Oleh : Irma Legendasari
"Banyak anak banyak rejeki" orang zaman dulu percaya sekali dengan ungkapan ini, semakin banyak anak rejeki pun semakin banyak didapat. Namun ungkapan ini tidak berlaku bagi kaum yang mengusung faham childfree.
Kata "Childfree" menjadi ramai diperbincangkan, setelah salah satu public figure mengumumkan bahwa dia dan pasangannya sepakat memutuskan untuk childfree. Childfree sendiri adalah keputusan bagi seseorang atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak.
Dari wawancara terhadap 14-16 orang yang memutuskan childfree, Victoria Tunggono selaku penulis buku "Childfree & Happy" mengungkapkan ada lima alasan yaitu isu fisik (sakit turunan), psikologis ( kesiapan/ masalah mental), ekonomi, lingkungan hidup ( dunia sudah terlalu padat) dan alasan personal. ( Detiknews.com, 31/8/2021).
Ide childfree ini, seolah-olah menjadi solusi permasalahan yang sedang dihadapi manusia, terutama memberikan kebebasan kepada perempuan untuk memilih tidak punya anak dengan alasan karier, kesehatan yang memburuk atau semakin mahalnya biaya pendidikan anak, tetapi ternyata ide ini menyimpang dan bertentangan dengan fitrah manusia.
Allah menciptakan manusia terdiri dari akal, naluri dan kebutuhan jasmani. Yang mana seluruh pemenuhannya harus bersandarkan pada aturan Allah. Salah satu naluri, yaitu naluri untuk mempunyai keturunan, naluri ini dapat terpenuhi dengan pernikahan.
Sangat disayangkan ide ini lahir bertentangan dengan fitrah manusia dan tujuan pernikahan.
Sejatinya anak adalah karunia. Kehadiran mereka adalah nikmat. Dalam kehidupan rumah tangga, anak-anak dan keturunan ibarat tali pengikat yang dapat menguatkan hubungan pasangan suami istri. Mempunyai anak adalah salah satu motivasi untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat, seperti sabda Rasulullah " jika seorang anak adam mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh." ( HR. Muslim)
Di sisi lain, anak- anak merupakan rejeki dari Allah. Karena rejeki sejatinya adalah hal yang bermanfaat dan menyenangkan penerimanya. Allah telah menjanjikan bahwa setiap anak yang terlahir akan Allah jamin rejekinya dalam QS. Al- An'am (6): 151 dan QS. Al- Isra (17) : 31 . Maka jangan ada keraguan dan ketakutan akan berkurang harta karena anak.
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim tujuan pernikahan harus karena dorongan keimanan dan meraih ridha Allah. Meraka akan berbahagia jika diberikan amanah seorang anak oleh Allah. Jerih payah, kerja keras ataupun besarnya materi yang telah dikeluarkan untuk membesarkan seorang anak akan bernilai pahala dan sebagai ladang amal jariyah untuk di akhirat kelak. Sehingga tidak ada lagi istilah buah hati yang tidak didambakan.
Wallahu 'alam bisshawab
Tags
Opini