Oleh: Rima Septiani, S. Pd.
(Pegiat Literasi)
Masyarakat dibuat geger dengan munculnya video yang menampilkan praktik penjualan daging anjing di pasar Senen, Jakarta Pusat. Video yang direkam oleh ADI (Animal Defenders Indonesia) menyertakan penjelasan tentang hasil penelusuran mengenai perdagangan daging anjing di Pasar Jaya Senen yang sudah beroperasi lebih dari enam tahun.
Atas kejadian tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga telah mengancam tegas penjual daging anjing di Pasar Senen Jakarta Pusat, jika hasil pemeriksaan telah selesai berdasarkan informasi dari Animal Defenders Indonesia (ADI) (Jpnn.com, 12/09/2021).
Tentu, kejadian tersebut membuat masyarakat khususnya muslim panik. Sebagai seorang muslim mengenal atau memahami jenis daging merupakan perkara yang sangat penting. Sebab ini berkaitan lansung dengan apa yang akan masuk ke lambung yang tentunya akan mempengaruhi kepribadian seorang muslim.
Karena menentukan makanan halal haram merupakan perintah syariat. Untuk itu, seorang muslim wajib memperhatikan apa-apa yang akan masuk ke dalam perutnya. Sebagaimana Allah Swt. berfiman dalam surah Al-Mukminun ayat 51, “Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Dalam banyak hadis juga telah dijelaskan jenis-jenis makanan dan minuman yang diharamkan selain yang telah disebutkan oleh Al-Qur’an. Demikian juga tentang aspek thayyib yakni bergizi dan aman bagi kesehatan, aman untuk dikonsumsi. Semuanya tinggal dikaji lalu dilaksanakan apa adanya sesuai tuntunan nas. Mengambil dan meninggalkan segala sesuatu atas dasar keimanan. Seperti firman Allah Swt. dalam surah Al-Maidah ayat 88, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayyib) dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
Namun, paham sekularisme yang telah menjauhkan negara dalam mengurus umat. Hal ini benar-benar membuat muslim ‘repot’ dalam memilih makanan. Masyarakat secara mandiri dituntut untuk selektif dan cerdas dalam menentukan makanan yang akan dikonsumsi berdasarkan halal-haram baik berupa makanan pokok, snack, jajanan, dan berbagai jenis daging. Benar-benar tidak ada jaminan rasa aman dan tenang bagi seorang muslim dalam kehidupan sekuler
Berkali-kali kasus penjualan daging haram (babi dan anjing) sering terjadi di negeri muslim terbesar ini. Namun minim langkah tegas dari negara dan hukuman jera bagi pelakunya. Miris!
Hal ini tentu merupakan kondisi yang memprihatinkan, karena sungguh bukan hanya transaksi barang haram yang terus menjamur, namun juga penistaan agama dan ajaran Islam sering sekali dijadikan bahan candaan yang dipublikasikan pada khalayak umum tanpa ada rasa bersalah.
Kita pun tentunya tak lupa dengan satu konten video yang dibuat oleh dua orang komika jebolan Majelis Lucu Indonesia. Mereka mempublikasi produk video candaan bertajuk memasak. Dan yang mereka masak adalah campuran daging babi dengan kurma dan madu. Lalu sambil memasak mereka menyitir candaan-candaan berbau SARA.
Dalam dialognya, mereka menjadikan daging babi sebagai simbolisasi orang-orang kafir sekaligus menu makanan yang diharamkan oleh Islam. Sementara, kurma dan madu mereka asosiasikan sebagai muslim, yang keduanya mereka sebut barakah dan sangat Timur Tengah.
Lalu dengan nyinyir mereka asyik membahas soal keharaman daging babi dan apa yang terjadi jika babi yang haram tadi dicampur dengan kurma, madu dan zamzam yang mereka sebut barakah. Dengan lucu-lucuan mereka membahas apakah cacing-cacing pita yang ada dalam babi itu akan menjadi mualaf atau tidak ketika disiram dengan zamzam. Itulah salah satu candaan mereka. Sungguh, sebuah lelucon yang tidak pantas disampaikan oleh siapapun dan hendaknya mendapat hukuman atas pelecehan agama.
Saat ini, makanan haram terus beredar, penistaan demi penistaan terus terjadi. Penyesatan-penyesatan juga masif terjadi. Sementara umat Islam tak bisa melakukan apa-apa tersebab negara dan penguasanya bersikap kurang peduli.
Oleh karena itu, inilah yang seharusnya menyadarkan kita bahwa sudah saatnya mencampakkan paham sekularisme yang menjauhkan kita dari aturan agama. Dengan demikian, umat akan paham tentang konsekuensi mereka sebagai muslim dan paham betapa syariat Islam adalah pilihan terbaik untuk kehidupan. Tak hanya buat mereka saja, tapi bagi semua umat dan makhluk di muka bumi. Wallahu a’lam.
Tags
Opini