Oleh : Ummu Khielba
(Penggiat Literasi Islam)
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menawarkan strategi perdamaian global model NU di International Religious Freedom (IRF) Summit di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis (15/7). Menurutnya dunia harus membangun konsensus atas nilai-nilai yang perlu disepakati agar semua pihak yang berbeda-beda dapat hidup berdampingan secara damai. Bahkan bila diperlukan, nilai-nilai tradisional yang menghambat koeksistensi damai pun layak untuk diubah. (https://www.antaranews.com/berita/2272978/gus-yahya-tawarkan-strategi-perdamaian-global-model-nu-di-irf-summit.)
Di dalam Kitabnya Mafaahim Siyasiyah Li Hizbit At-Tahriir, Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan bahwa ada tiga sebab penderitaan dunia hari ini yang menyebabkan dunia terus dilanda konflik berkepanjangan yaitu karena khurafat keluarga internasional, cengkeraman dan dominasi negara negara adidaya, dan adanya imperialisme (penjajahan) dan monopoli. Imperialisme saat ini yang menyebabkan perampasan kekayaan dan penghinaan negara kuat pada negara lemah.
Solusi parsial yang ditawarkan menjadi amunisi baru kancah politik dunia melihat masalah tidak dari akar masalah dan lebih parahnya jika kesepakatan yang digagas membentuk opini global akan lebih memarginalkan solusi Islam hakiki dengan dakwah dan jihad.
Kebobrokan sistem kapitalisme melahirkan penguasa, mufakkirun dan mutsaqaf Islam pada dangkalnya taraf berfikir bahkan mundur. Pemikiran politis yang menyalahi fitrah manusia bahwasanya manusia itu butuh aturan Al khaliq tapi diganti dengan aturan buatan manusia. Alhasil solusipun mengarah pada kepentingan para pengusung kapitalis dan meraup manfaat semata.
Gagal memahami akar masalah sehingga ujung solusinya yang salah kaprah. Padahal kalau kita kembalikan kepada frame berfikir akidah Islam yang benar. Permasalahan saat ini karena adanya dikotomi pengaturan yang essensial malah mengambil sekulerisme sebagai asas solusinya.
Orang yang berpaling dari hukum Allah kepada hukum jahiliyah adalah orang yang telah melakukan kezaliman dan terjerumus dalam kesesatan.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah para pelaku kekafiran.” (QS. Al-Ma’idah: 44). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah para pelaku kezaliman.” (QS. Al-Ma’idah: 45). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan maka mereka itulah para pelaku kefasikan.” (QS. Al-Ma’idah: 47).
Jelas sekali faktanya saat ini, alih-alih ingin terwujudnya perdamaian global dengan sistem saat ini malah muncul banyak fakta baru yang membuat ummat makin melarat, maksiat melesat bahkan kekufuran makin tampak. Peringatan Allah sudah jelas dan tegas. Solusi hakiki ya kembali kepada syariat Islam yang sempurna sehingga masalah global apalagi regional kan teratasi dalam bingkai khilafah ala minhaj kenabian.
Wallohu A'lam Bishowab