Oleh : Rindoe Arrayah
Tidak bisa dimungkiri lagi, tsunami Covid-19 semakin menjadi beberapa bulan terakhir ini. Korban berjatuhan setiap harinya tak terhitung lagi jumlahnya. Tenaga kesehatan berjuang dalam lara, rakyat terus dihantui ketakutan akan penularannya. Ironisnya, fasilitas kesehatan terlihat tak mampu melayani pasien yang mengantre setiap harinya. Walhasil, banyak pasien yang meninggal dalam masa isolasi mandiri di rumah. Di tengah keterbatasan, satu persatu rakyat miskin di Jakarta yang menjalani isolasi mandiri dikabarkan meninggal dunia (Kompas.com, 15/07/2021).
Kebijakan pemerintah melalui PPKM Darurat yang kini diterapkan menjadikan banyak masyarakat yang berkurang penghasilannya dan bahkan hilang mata pencahariannya. Hal ini, senada dengan ungkapan Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi yang meminta pemerintah memikirkan dengan masak-masak sebelum memutuskan untuk memperpanjang PPKM Darurat. Ia menyebut, rakyat ekonomi menengah ke bawah akan semakin terpuruk apabila tidak ada bantuan (liputan6.com/14/07/2021). Sementara di lain sisi, mereka harus menambah asupan bergizi sebagai kebutuhannya di tengah pandemi.
Negara tampak setengah hati dalam mengatasi pandemi. Mengapa demikian? Karena, di saat rakyat harus patuh akan PPKM Darurat, negara justru memberi ruang yang luas bagi 20 TKA asal China yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar (cnnindonesia.com, 05/07/2021). Diar sini bisa kita lihat bersama, betapa negara tidak konsisten akan kebijakan yang dikeluarkan karena ketat ke rakyat, tetapi longgar ke TKA. Tentu hal ini telah menunjukkan pengaruh kekuatan kapitalisme global yang telah berakar di Indonesia.
Sistem ekonomi kapitalisme yang terintegrasi dari sistem demokrasi telah menjadikan negara ini dipenuhi dengan banyaknya persoalan. Mulai dari serakahnya para kapitalis sampai semakin melaratnya rakyat miskin. Karena demokrasi telah menempatkan manusia sebagai pengelola kehidupan, termasuk bernegara. Sehingga, aturan Allah pun diabaikan, tak dihiraukan sama sekali. Padahal, Islam telah memberi solusi alternatif atasi pandemi dengan mengunci total wilayah (lockdown) dan memisahkan kerumunan disertai dengan jaminan kesehatan yang memadai. Sehingga, rakyat tidak berlama-lama dalam masa wabah. Islam menghargai setiap nyawa yang hilang dan ini yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Demikianlah kerusakan sistem Kapitalisme-Sekularisme yang nyata memisahkan agama dari kehidupan. Allah sama sekali tidak dipandang sebagai Dzat pembuat aturan. Sehingga, kepentingan rakyat tidak menjadi prioritas. Sudah selayaknya negara ini bertobat, jika memang ingin pandemi ini segera usai. Tatanan dunia ini harus diganti dengan sebuah tatanan yang sesuai dengan syariat-Nya. Menerapkan hukum Allah dan meninggikan kalimat-Nya agar rahmat Allah akan senantiasa menaungi seluruh alam.
Semua itu, bisa terealisasi dengan ditegakkannya kembali sebuah institusi yang akan menerapkan syariat-Nya di seluruh penjuru bumi, yaitu Khilafah Islamiyah. Sudah menjadi tugas kita bersama untuk sama-sama berjuang agar syariat Islam segera terterapkan yang akan mengantarkan pada kehidupan penuh keberkahan.
Wallahu a'lam bishshowab.