Saatnya Hijrah kepada Islam Kaffah



Krisdianti Nurayu Wulandari


Masih dalam suasana peringatan tahun baru Islam, yakni 1 Muharram 1443 H. Seringkali dalam momen seperti ini, kita mengingat kembali peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi SAW serta para sahabatnya. Mereka rela meninggalkan harta benda mereka di Mekkah dan pergi menuju Madinah demi menaati perintah Allah dan Rasul-Nya.

Muharram juga sering diidentikkan dengan momen tepat untuk melakukan perubahan. Ajang untuk memuhasabah diri selama satu tahun lamanya. Sudah apa saja yang kita lakukan pada satu tahun kemarin? Tak lupa juga merancang rencana dan target baru yang hendak dicapai tahun selanjutnya. Bukan hanya dalam ranah individu saja, melainkan juga harus ada muhasabah dalam ranah negara.

Apalagi saat ini kita sudah melewati 2 tahun pandemi yang tak kunjung usai. Kita banyak kehilangan orang-orang yang kita cintai. Juga para Nakes yang telah mengorbankan nyawa mereka demi kepentingan bangsa.

Anggota Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sukidi Mulyadi mengungkapkan bahwa imajinasi tentang impian Indonesia di masa depan  harus segera kita rumuskan dan kampanyekan sebagai bintang penuntun agar Indonesia modern, sejahtera, dan demokratis. (siapgrak.com)

Hal senada mengenai masa depan Indonesia juga diungkapkan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa. Ia mengatakan untuk bisa lepas dari jebakan negara pendapatan kelas menengah (middle income trap), pertumbuhan ekonomi Indonesia harus bisa mencapai 6% pada 2022 mendatang. Bila itu bisa dicapai, ia yakin Indonesia bisa naik kelas menjadi negara maju pada 2045. (dikutip dari CNN Indonesia)

Tidak ada yang salah mengenai harapan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara yang lebih baik untuk ke depannya. Akan tetapi, satu hal penting yang harus kita perhatikan adalah kita harus mencari akar permasalahan dari problematika yang dihadapi oleh umat saat ini. Karena kita harus mencari pangkal dari segala persoalan yang terjadi saat ini. Apabila tidak, maka solusi yang diberikan tentu saja tidak akan bisa menuntaskan persoalan yang terjadi di tengah umat.

Sejatinya akar permasalahan yang hadapi saat ini adalah ketika kita membiarkan hukum Allah digeser dan diganti dengan hukum buatan manusia. Dimana hukum buatan manusia ini telah nyata membawa kefasadan di tengah-tengah umat bahkan di berbagai belahan penjuru dunia. 
Dengan penggantian sistem Islam menjadi sistem kapitalisme inilah yang telah membawa umat Islam semakin jauh dari agamanya. Bahkan segala jenis kekufuran telah nyata ada di hadapan mata kita.

Oleh karena itulah, kesalahan yang terjadi saat ini bukan pada lagi skala individu saja, melainkan sudah sampai pada skala jama'i. Bukan hanya pada individu saja, bahkan juga negara.
Alhasil, negara-negara yang ada saat ini diwarnai dengan penguasa yang dzalim, ekonomi bangkrut, penghidupan sempit, penguasa menjadi antek musuh, serta kesulitan dan perpecahan yang tiada henti.

Inilah saatnya umat melakukan hijrah pada Islam Kaffah. Menerapkan kembali aturan Islam secara keseluruhan yang sudah lama tidak diterapkan. Melanjutkan kembali kehidupan Islam dalam bingkai Khilafah. Serta merajut ukhuwah  dengan dilandasi ikatan aqidah Islamiyah. 
Wallaahu A'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak