Oleh : Ummu Amira Aulia Amnan
Mengurangi pergerakan, melalui kebijakan PPKM ternyata bukan satu-satunya solusi menyelesaikan kasus covid di Indonesia. Terbukti diberitakan oleh bisnis.com, bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-2 tertinggi di dunia untuk penambahan jumlah harian kasus positif Covid-19.
Melansir data Worldometers Jumat (9/7/2021), penambahan kasus baru di seluruh dunia tercatat sebanyak 471.665 kasus dengan total kasus positif menembus 186.311.106 akibat Covid-19 pada Kamis (8/7/2021).
Dengan diberitakan pelonjakan kasus demikian, masyarakat pun dibingungkan dengan dugaan manipulasi data. Pasalnya, ada dugaan manipulasi data Covid-19 demi pelonggaran PPKM Level 4 pada 26 Juli, jika jumlah kasus menurun.
Jelas hal ini menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Sungguh sebuah dilema.
Virus ini sudah 1,5 tahun melanda. Ternyata tidak bisa dientengkan penanganannya. Pemerintah selama ini terpecah fokusnya pada perbaikan ekonomi. Akibatnya, virus semakin mewabah dan ekonomi juga tidak ada perubahan yang signifikan.
Anggota Komisi IX DPR Alifudin meminta pemerintah transparan terkait turunnya jumlah tes Covid-19, yang saat ini berdampak ke turunnya angka kasus Covid-19. (Kompas.com).
Turunnya antusias masyarakat melakukan tes, adalah permasalahan lain. Keengganan masyarakat mengeluarkan uang untuk tes PCR atau antigen adalah wajar. Khususnya masyarakat menengah ke bawah. Mereka kesulitan mencari biaya untuk makan keluarga, apalagi untuk melakukan tes.
Sudah selayaknya pemerintah mengevaluasi kinerja penanggulangan covid. Misalnya memberikan support penuh secara materi terhadap rakyat yang sedang melakukan isoman, penanganan kesehatan yang memadai, menyediakan tenaga nakes yang mencukupi, penyediaan rumah sakit yang memadai, adalah beberapa PR yang harus ditempuh oleh negara.
Itu semua bisa segera menanggulangi covid, bila mindset yang ada dibelakangnya bukan sekulerisme - materialisme.
Dikutip dari muslimahnews.com, bahwa penanggulangan penularan virus di dalam sistem negara demokrasi kapitalisme dan sosialisme tidak didasarkan sepenuhnya pada paradigma bahwa nyawa satu rakyat atau warga negara harus dilindungi dengan sungguh-sungguh. Masih ada unsur kepentingan lain seperti ekonomi dan politik yang cenderung diprioritaskan dibandingkan kesehatan.
Kapitalisme telah mendominasi pemikiran para pemimpin di negeri ini. Manipulasi data, hanya akan menyebabkan masalah covid tidak akan pernah selesai.
Sudah waktunya umat dan para pemimpin negeri ini, untuk kembali pada Islam Kaffah.
Wallahu a'lam bisshowab.