Oleh: Candra Windiantika
Sudah hampir dua tahun, namun nampaknya wabah virus Covid 19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Hal ini terbukti masih adanya pelonjakan kasus positif. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ada lima provinsi di luar Pulau Jawa-Bali yang mengalami kenaikan kasus Covid-19 cukup tinggi yaitu Kalimantan Timur (Kaltim), Sumatera Utara (Sumut), Papua, Sumatera Barat (Sumbar) dan Kepulauan Riau.
Oleh karena itu, ia meminta seluruh pihak khususnya pemerintah daerah di luar Jawa-Bali untuk menerapkan tiga hal yaitu, penurunan mobilitas, testing dan tracing serta penambahan ruangan isolasi terpusat (Isoter).
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk menangani pandemi juga bermacam-macam. Mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbagai level. Namun alih-alih mengalami penurunan, kasus positif justru melonjak di berbagai daerah. Tentunya dengan pemberlakuan kebijakan ini, kegiatan masyarakat juga dibatasi termasuk juga kegiatan mencari nafkah.
Disaat banyaknya kepala keluarga yang tak berpenghasilan di masa pandemi, bantuan sosial dari pemerintah pun masih tega dikorupsi. Padahal selama ini bantuan juga belum maksimal dalam penyalurannya dan jumlahnya juga tak seberapa dibandingkan kebutuhan pokok yang harga nya semakin melangit.
Kita juga tidak bisa terlalu berharap banyak kepada pemerintah. Pasalnya sejak munculnya pandemi kebijakan yang dibuat lebih mementingkan ekonomi dibandingkan kepentingan rakyat. Hal ini bisa dilihat saat kasus positif COVID mulai masuk Indonesia. Alih-alih melakukan lockdown atau menutup bandara-bandara International, pemerintah malah melakukan diskon pariwisata besar-besaran.
Hingga saat ini pun kebijakan lockdown belum juga diambil. Selain memang akan merugikan secara ekonomi, alasan lainnya yaitu menurut UU Kekarantinaan, pemerintah wajib memberikan kompensasi kepada rakyatnya. Hal inilah yang sejatinya dihindari oleh pemerintah. Kompensasi untuk rakyat dianggap sebagai beban.
Ditengah gagalnya pemerintah mengurus urusan rakyat, yang bisa kita lakukan sebagai kaum Muslim yaitu semakin mempererat ukhuwah. Meningkatkan kepedulian Dan bantuan untuk meringankan beban mereka yang terdampak wabah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ
Siapa saja yang menghilangkan satu kesusahan seorang Mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan menghilangkan dari dirinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan pada Hari Kiamat. Siapa saja yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah memberikan kemudahan bagi dirinya di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya (HR Muslim).
Saat ini banyak sekali saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan karena terdampak wabah. Maka dari itu, siapa saja yang memiliki kemampuan lebih, hendaklah ia banyak bersedekah. Apalagi sedekah atau infak hakikatnya adalah “memberikan pinjaman” kepada Allah SWT, yang akan dibalas dengan berlipat ganda, sebagaimana firman-Nya:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
Siapa saja yang memberi Allah pinjaman yang baik (menginfakkan hartanya di jalan-Nya), Dia akan melipatgandakan pembayarannya dengan berkali-kali lipat (QS al-Baqarah [2]: 245).
Karena terkadang bantuan yang kita anggap sepele tenyata sangat berharga bagi mereka yang membutuhkan.