PANCING POLEMIK, UCAPAN HARI RAYA PEJABAT KEPADA ALIRAN BAHAI





Oleh: Fitri Hidayati

Fenomena Ucapan Hari Raya terhadap Aliran Bahai
Dalam suasana pandemi ini, selain rakyat harus bejibaku dengan bagaimana berjuang untuk hidup juga sehat, dan berjuang agar ekonomi tetap berlangsung aman,  umat juga resah dengan adanya polemik di media sosial yang menyikapi video pejabat negara  yang viral, saat memberikan ucapan selamat merayakan hari raya Nawruz kepada komunitas Baha’i. Kontroversi muncul, mulai dari masyarakat biasa, tokoh ormas, hingga anggota DPR atau politisi. Pidato Menag tersebut dianggap off-side, dan membuat “gaduh”.

Pembelaan terhadap sikap pejabat tersebut dengan alasan tidak ada yang salah dengan video tersebut dan menganggap hanya terjadi karena adanya kesalahpahaman dalam melihat eksistensi agama Baha’i. Perlu di ketahui bahwa ajaran  aliran Baha’i memiliki penekanan kesatuan hakikat semua agama. Dalam rangka kesatuan ini, Tuhan diibaratkan sebagai Matahari. Sementara umat-umat beragama diibaratkan orang yang hidup dalam keluarga dan di rumah tertentu. Setiap orang hanya bisa melihat matahari berdasarkan warna kaca jendela masing-masing, sehingga ada yang melihat matahari itu berwarna hijau, merah, biru, dan sebagainya. Menurut ajaran Baha’i, setiap orang beragama harus keluar dari ekslusivisme agama masing-masing, sehingga mampu melihat hakikat kebenaran Tuhan Yang Satu. Setiap orang harus keluar dari rumahnya masing-masing, sehingga bisa melihat sinar matahari yang hakiki, tidak melalui kaca jendelanya. Atas dasar itu, ajaran Baha’i sering disebut memiliki prinsip kesatuan agama.

Agama Baha’I dimiripkan dengan agama Islam karena dianggap ada kemiripan dalam memiliki peribadatan seperti puasa, sembahyang, dan doa. Barangkali inilah yang sering disebut menyamai Islam. Sebagian menganggap sesat dan menyimpang, sebagian menganggap karena ajaran tersebut belum  dianggap agama yang belum diakui negara. 

Bagaimana Pandangan Islam?
Sudah kesekian kalinya polemik dan diskursus tentang penyikapan agama mengemuka di negeri ini. Apakah itu bagian sensitif atau karena keawaman umat sehingga selalu pada posisi serba salah dalam bersikap. Seperti tidak ada muaranya setiap polemik tidak bisa menjadi  sebuah hikmah dan pembelajaran untuk bersikap dengan benar dan proporsional. Entah sampai kapan? 

Yang jelas persoalan semacam ini bermula sejak negeri-negeri kaum muslim mempunyai pemahaman sekulerisme yaitu sebuah pemahaman tentang pemisahan agama dan kehidupan. Ketika ajaran Islam terlanjur di penjarakan dalam kehidupan hingga tinggal pelaksanaan ibadah ritual saja. Penyikapan secara Islami dalam persoalan hidup yang lain di abaikan begitu saja seperti  dalam hal ideologi, politik, ekonomi, budaya. Setiap muncul persoalan yang di kaitkan dengan agama menjadi blunder, meresahkan,  dan tidak karuan. 

Bukankah sudah jelas bahwa dalam keimanan konsep pengakuan tauhid uluhiyah merupakan sesuatu yang sudah baku dan pasti. 

Sebagamana Alloh menyampaikan dalam Quran surat ali Imron ayat 19 yang artinya bahwa: Islam agama yang diridhoi Alloh hanyalah Islam. 

Begitulah Islam membangun keimanannya sehingga tidak muncul keraguan sedikitpun. Meskipun demikian Islam juga memberikan toleransi kepada penganut agama lain secara proporsional yaitu dengan dengan tidak memaksakan agama lain untuk masuk islam. 

Seperti halnya firman Alloh SWT dalam Qur’an surat al kafirun ayat 6 yang artinya : bagimu agamamu dan bagiku agamaku.  

Demikian ketegasan Islam dalam menjunjung tinggi aqidahnya tapi tetap menghargai pemeluk agama lain. Tapi menjadi sangat rumit ketika Islam tidak diterapkan secara sempurna dalam sebuah sistem Islam. Karena sungguh Islam memberikan kesempatan kepada pemeluk agama lain untuk beribadah serta  merayakan hari rayanya pada kalangan mereka. 

Namun demikian sudah barang tentu seorang muslim  tidak di perbolehkan mengucapkan selamat, mengikuti ibadah agama lain, dan mencampuradukkan ajaran agama Islam dengan agama lain. Karena dalam agama Islam terkandung keyakinan yang mendalam yang di bangun dalam pemikiran maka di sebut aqidah aqliyah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak