Oleh Shofi Lidinilah
(Member AMK)
Masalah di tengah-tengah pandemi kian kompleks. Semakin lama virus ini ada, bukannya masyarakat menjadi lebih mengerti atau bisa mengkondusifkan suasana, melainkan membuat keadaan masyarakat menjadi kacau,
Seperti yang terjadi di Jember, adanya penganiayaan terhadap tim pemakaman Covid dipukul, dihadang dan dilempari karena jenazah yang dibawanya ingin diambil paksa untuk dimandikan secara mandiri oleh warga. Kompas.com (24/07/21).
Kemudian ada warga di daerah Sumatra, pasien Covid dianiaya pakai kayu sampai harus membutuhkan pertolongan medis karena keluar dari tempat isoman di hutan untuk kembali isoman di rumahnya. Kompas.com (24/07/21)
Hal ini terjadi karena kurang edukasinya masayarakat terhadap virus Covid-19. Namun hal ini tidak sepenuhnya salah masyarakat, karena disituasi yang seperti ini membuat masyarakat bingung karena faktor ekonomi yang memburuk dan tekanan sosisal yang membuat stress. Akibatnya, wabah ini ‘betah’ dan sulit dikendalikan. Seharusnya ini bisa terselesaikan dengan baik jika semua warga dapat menghadapi dengan cara saling mendukung antar masyarakat dan nakes serta melakukan upaya-upaya dengan tepat bersama-sama.
Pemerintah harus mengambil tindakan yang tegas serta memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana kepada masyarakat agar tidak ada yang merasakan diasingkan saat isoman dan mendapatkan kebutuhan pokok. Bukan hanya mengedukasi saja tetapi tidak memberi fasilitas untuk kesejahteraan masyarakat.
“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll.)
Dalam Islam, pemimpin merupakan pelindung rakyat. Sehingga, akan selalu memastikan rakyatnya terpenuhi kesejahteraannya dan terjaga dari segala mara bahaya. Semua itu bisa diwujudkan melalui penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallhu a’lam bishshawab.
Tags
Opini