Kurikulum Industri Mencetak Buruh Bukan Pelopor Peradaban



Oleh : Elly Waluyo*


Pengembangan kurikulum berbasis industri dalam perguruan tinggi  tak dapat lagi ditawar. Banyaknya disrupsi yang terjadi di Era sekarang ini, seperti perkembangan teknologi yang sangat cepat, ditambah dengan pandemik yang terjadi saat ini, membuat pemerintah menginginkan adanya kolaborasi antara Institusi pendidikan tinggi dengan pelaku Industri. 

Melalui penambahan jumlah sistem kredit semester (SKS) praktik lapangan diharapkan dapat meningkatkan pengalaman mahasiswa diluar akademis. Menurut Presiden Joko Widodo dalam Forum Rektor Indonesia, Industri harus diajak ikut serta dalam mendidik  para mahasiswa agar memperoleh pengalaman yang berbeda tidak hanya dalam akademis saja. 

Fasilitas pendukung kurikulum industri ini pun juga harus diperbanyak dengan menambahkan pengajar dan mentor dari pelaku industri, memperbolehkan mahasiswanya untuk mempelajari apa pun sebagai bentuk penggalian talenta yang dimiliki tidak harus mempelajari ilmu yang sama dengan teman satu jurusannya dan sebagai bentuk pengembangan talentanya agar sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sehingga mampu menyongsong masa depan menjadi industriawan yang menciptakan lapangan kerja karena “Pengetahuan dan keterampilan yang hebat di masa kini bisa jadi sudah tidak dibutuhkan lagi dalam 5 tahun atau 10 tahun ke depan. Mahasiswa harus disiapkan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk zamannya," demikian kata Presiden Joko Widodo (kompas.com: 2021)

Perguruan tinggi harus dapat menjadi rumah untuk mahasiswa mengembangkan kemampuan akademik maupun non-akademik dengan tetap menggunakan landasan kurikulum dalam belajar “Sehingga saat mereka lulus, mahasiswa mampu diterima secara cepat di dunia industri dan dunia usaha “ ujar Raymond Christyanto selaku Brand Communications Manager Kalbis Institute yang mengembangkan kurikulum berbasis industri dengan bekerjasama dengan beberapa industri dalam dan juga luar negeri ( medcom.id: 2021)

Keseriusan pemerintah dalam memberlakukan kurikulum industri di perguruan tinggi  telah mengalihkan fokus mahasiswa dari pendalaman ilmu, yang akan berdampak pada terancam hilangnya SDM (Sumber Daya Manusia) pakar ilmu yang menjadi sumber lahirnya inovasi maslahat bagi rakyat. 

Kolaborasi antara perguruan tinggi dengan pelaku industri menunjukkan abainya pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi warganya dan ketergantungan pemerintah pada bantuan para pelaku industri sehingga menempatkan pemerintah sebagai legislator dan fasilitator saja. Kurikulum berbasis industri yang diterapkan akan menghasilkan generasi buruh, karyawan, pegawai bukan pelopor peradaban. 

Orientasi materi dalam sistem kapitalis menyebabkan para mahasiswa menempuh pendidikan tidak lagi untuk mencari ilmu dan menjadikannya bermanfaat untuk umat, namun hanya semata -mata untuk mendapatkan ijazah sebagai surat untuk memperlancar memperoleh pekerjaan yang layak dan dapat segera mengembalikan biaya pendidikan yang telah ia keluarkan. 

Komersialisme pendidikan dalam sistem kapitalis telah menempatkan kualitas pendidikan pada materi. Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin tinggi pula biayanya dan semakin tinggi kualitas penyedia layanan pendidikan maka semakin tinggi pula biayanya. Pendidikan yang berbasis ekonomi dalam sistem kapitalis digunakan sebagai pelindung dalam pertumbuhan ekonomi dalam negara yang memudahkan Industri dengan menarik pekerja yang terdidik.

Dalam daulah Khilafah Islamiyah, negara berkewajiban mutlak menjamin kebutuhan primer secara tidak langsung seperti sandang, pangan, papan dan memberikan akses gratis warganegara dalam bidang pendidikan, kesehatan  dan keamanan. Jaminan ini membuat rakyat fokus dalam ibadah sebagai investasi akhirat yang berdampak pada ketenangan hidup, masyarakat terbentuk dari keluarga-keluarga yang memiliki akidah kuat, harmonis, dan penuh limpahan kasih sayang karena tidak berorientasi pada keduniawian, yang ada hanyalah berlomba-lomba meraih akhirat. 

Menciptakan masyarakat yang sukses dunia dan akhirat. Kurikulum pendidikan dalam sistem Islam tidak berubah karena berlandaskan pada akidah yaitu Wahyu Allah SWT. Tujuan pendidikan tidak merujuk pada pola pikir tenaga kerja namun pada pola pikir Islam dan berkepribadian Islam yaitu Faqih Fiddin (penguasaan ilmu agama), Faqih Finnas (penguasaan teknologi, sains dan inovasi) berjiwa pemimpin, melahirkan generasi pencari ilmu yang berorientasi untuk kemaslahatan ummat dan kebaikan seluruh dunia, tidak egois dan tidak memiliki jiwa persaingan dunia. 

Ukhuwah Islamiyah yang melandasi kerjasama dan persatuan memunculkan karya – karya inovatif yang bertujuan pada investasi akhirat. Sistem Islam yang diterapkan pada sistem pendidikan telah terbukti banyak melahirkan para pakar dan pelopor ilmu yang mendunia seperti Ibnu Sina (kedokteran), Al Jahrowi (Ahli bedah), Al Jazari (Ahli mekanika), Ibnu Khaldun (Ahli ekonomi, sosiologi dan historical), Ibnu Haitsam (ahli Optik), Imam Syafi’i(Mujahid dan Mujtahid Madzab), dan pakar – pakar lainnya


*(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak