Kurikulum Industri Mencegah Lahirnya Generasi Intelektual




Penulis : Siti Fatimah (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Dunia pendidikan sedang berduka. Di era pandemi yang tak ujung usai ini, tak hanya bidang kesehatan dan perekonomian saja yang mengalami guncangan. Namun sistem pendidikan pun juga sedang terancam dari segi tujuannya. Seharusnya pendidikan saat ini mampu mencetak para generasi dengan intelektualitas yang mumpuni sehingga dapat memberikan kontribusi didalam kehidupan bermasyarakat dan berinovasi untuk bangsa dan negara. 

Alih-alih memberikan fasilitas untuk perkembangan dunia pendidikan dalam rangka mencetak out put yang sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, penguasa justru hendak mengamputasinya. 
Seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.20 Tahum 2003 tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”(kai.or.id, 29/01/2021)

Namun,  penguasa justru hendak menerbitkan kurikulum industri yang bertujuan untuk mencetak para buruh demi memenuhi kebutuhan korporasi. Perguruan tinggi dimanfaatkan oleh penguasa untuk meluluskan generasi siap kerja berorientasi pada materi yang ujung-ujungnya demi  ekonomi kapitalis. 

Presiden Joko Widodo meminta perguruan tinggi melibatkan berbagai industri untuk mendidik para mahasiswa.
"Ajak industri ikut mendidik para mahasiswa sesuai dengan kurikulum industri, bukan kurikulum dosen, agar para mahasiswa memperoleh pengalaman yang berbeda dari pengalaman di dunia akademis semata," kata Jokowi dalam Konferensi Forum Rektor Indonesia yang ditayangkan YouTube Universitas Gadjah Mada pada hati Selasa (nasional.kompas.com, 27/07/2021)

Dengan demikian jelas sudah kemana arah pendidikan akan digiring. Pemerintah tidak lagi memperdulikan kurikulum berbasis intelektual inovasi, justru yang ada adalah melakukan pembajakan terhadap potensi kemampuan berfikir generasi muda. Hal ini sangat membahayakan kondisi negara dalam jangka panjang, karena akan menghilangkan munculnya para pemikir, para jenius dalam bidang teknologi maupun bidang kesehatan, juga para pakar ilmu secara umum. SDM yang ada di masa mendatang hanyalah kaum buruh dan operator mesin industri, bukan para ilmuwan yang dapat mendedikasikan potensi mereka untuk kemajuan masyarakat bangsa dan negara. Sungguh miris bukan?

/Bagaimana Islam Mampu Melahirkan Para Ilmuwan Handal/

Para pakar ilmu tentu tidaklah lahir begitu saja. Mereka ada karena sistem pemerintahan amat sangat mendukung lahirnya para ilmuwan pencetak peradaban dunia. Dalam sistem pemerintahan Islam pendidikan dapat diakses secara gratis. Rakyat berhak mengenyam pendidikan dengan kualitas yang sama. Didukung oleh sarana perpustakaan yang dapat diakses dengan cuma-cuma. Pemerintah memastikan ketersediaan kitab-kitab yang mumpuni untuk para seluruh mahasiswanya. Menyediakan laboratorium guna melakukan riset dalam bidang teknologi dan kesehatan. Ditambah dengan pendidikan dasar berbasis  akidah yang kuat, senantiasa menghubungkan setiap perbuatan dengan hukum-hukum Allah SWT sehingga tumbuh rasa takut untuk melakukan dosa. 

Dengan demikian output yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam sangat berkualitas disebabkan adanya ruh atas setiap perbuatan termasuk dalam menuntut ilmu. 

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ
"Barang siapa keluar dalam rangka menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah sampai ia kembali."

Kewajiban atas menuntut ilmu inilah yang senantiasa menjadi pegangan umat Islam bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Mempersembahkan potensi yang ada untuk kemaslahatan umat, bukan untuk mencari uang sebagai tujuan utama. 

Rasulullah SAW bersabda,
تَعَلَّمُوْاوَعَلِّمُوْاوَتَوَاضَعُوْالِمُعَلِّمِيْكُمْ وَلَيَلَوْا لِمُعَلِّمِيْكُمْ ( رَواهُ الطَّبْرَانِيْ)
"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani).

Jadi jelas sudah bahwa dalam sistem demokrasi kapitalisme keuntungan merupakan prioritas utama. Mereka akan menjadikan dunia pendidikan sebagai lahan bisnis untuk menghasilkan uang. Sistem ini tidak akan mampu menghasilkan para ilmuwan yang tulus untuk kemajuan bangsa, melainkan demi uang karena LMOA tu pembiayaan pendidikan yang dikeluarkan mereka  pun juga sangat besar. Hanya islam yang mampu melahirkan generasi pemikir sejati karena menuntut ilmu adalah ladang pahala. Demikian juga dengan menebarkan ilmu adalah kebaikan yang berbuah pahala juga.

 Wallahu a'lam bish shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak