Kurikulum Industri Kampus Mencetak Buruh Bagi Kapital



Oleh Salsabilla Al-Khoir
(Aktivis Muslimah)

Tak ayal saat ini dunia pendidikan semakin karut marut. Mulai dari kurikulum yang belum mampu menghasilkan output pendidikan yang berkualitas hingga lahirnya generasi yang belum mampu memberikan manfaat banyak kepada masyarakat.

Sebagaimana dilansir oleh Kompas.com (27/7/2021), Presiden Joko Widodo meminta Perguruan Tinggi melibatkan berbagai industri untuk mendidik para mahasiswa. Di era yang penuh disrupsi seperti sekarang ini, kata dia, kolaborasi antara perguruan tinggi dengan para praktisi dan pelaku industri sangat penting.

Komitmen perguruan tinggi untuk mengembangkan kurikulum berbasis industri sudah menjadi syarat mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi di era persaingan global. Namun sayangnya, masih banyak kampus yang hadir hanya sebatas hadir, namun tidak mengubah kurikulum mereka sesuai kebutuhan industri. Brand Communications Manager Kalbis Institute, Raymond Christantyo mengatakan, saat ini perguruan tinggi harus menjadi rumah bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan akademik dan non akademik.  Sementara itu, kurikulum menjadi landasan untuk mahasiswa belajar. (Medcom.id, 22/1/2021).

Sungguh begitu ironis, ketika kurikulum kampus melibatkan industri yang notabane di kelola oleh korporasi. Pendidikan tidak lagi mencetak generasi yang kaya akan ilmu dan bermanfaat bagi masyarakat, namun ujungnya kampus bakal mencetak generasi yang hanya sebagai buruh pekerja untuk memuaskan para korporasi, kapital semata.

Kapitalisme Biang Kerok Pencetak Generasi Buruk bagi Korporasi

Sudah tidak heran, jika hidup dalam sistem kapitalisme ini maka seluruh aspek kehidupan akan diatur dan berorientasi materi. Sebab, asas yang dibangunnya adalah sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) hingga agama akan dikesampingnya dan materi menjadi tolak ukurnya. Begitupula pada dunia pendidikan, pendidikan dalam sistem kapitalis tentu menjadi aspek yang paling empuk untuk menanamkan ide sekuler dan menghasilkan materialistik.

Pendidikan dalam sistem kapitalis bukan untuk melahirkan generasi unggul, terbaik lagi beriman, namun bagaimana generasi mampu bersaing dengan di topang oleh para kapital korporasi yang ujungnya sebagai buruh pekerja semata, semua hanya sebatas meraih pundi-pundi materialistik.

Tentu sangat bahaya jika kurikulum pendidikan dengan Industri senantiasa di satukan maka akan mengalihkan fokus mahasiswa dari pendalaman ilmu. Hal tersebut juga akan menjadi pintu korporasi membajak potensi intelektual generasi. Sungguh ini pula menjadi ancaman jangka panjang bagi bangsa karena kehilangan SDM (Sumber Daya Manusia) pakar ilmu sebagai sumber lahirnya inovasi maslahat bagi masyarakat, karena jika itu terjadi maka hanya sebagai SDM (Sumber Daya Manusia) operator mesin industri bagi para kapital korporasi.

Namun, sebuah keniscayaan bagi sistem kapitalis bahwa kurikulum pendidikan akan berkesinambungan bahkan bekerja sama dengan industri. Pendidikan tinggi telah difungsikan sebagai pintu masuknya imperialisme dalam akademik, hegemoni riset dengan dana dari para kapital korporasi dan menjadi lahan subur menanamkan ide-ide sekuler dan liberal. Maka tidak heran bahwa pendidikan hanya sebagai alat penjajah untuk meraih tujuan-tujuan kapitalisme Barat. Generasi yang lahir minim iman, tertanam individualisme dan begitu hedonis hidupnya. Subhanallah.

Islam Mampu Mencetak Generasi Berkualitas

Berbeda dengan Islam, agama Islam merupakan agama sekaligus ideologi yang melahirkan aturan-aturan sempurna dan menyeluruh. Islam mengatur seluruh aspek kehidupan yang dibangun atas akidah Islam. Sumbernya tentu dari Al-Quran dan sunah Allah Swt. Maka, tidak ada keraguan jika aturan Islam yakni syariah Islam ketika mengatur kehidupan akan mendatangkan rahmat lil alamin.

Begitupula dalam aspek pendidikan, Islam sangat detail dalam mengaturnya. Maka, untuk menghasilkan output pendidikan terbaik dalam hal ini negeri yang menerapkan syariah Islam yakni negeri Khilafah Islamiyah merincikan dalam beberapa hal, diantaranya :

Pertama, asas pendidikan dalam negeri khilafah islamiyah adalah akidah Islam. Asas ini dalam ilmu pengetahuan dan menjadi standar pemikiran peserta didik, sehingga output yang dihasilkan murni untuk kemaslahatan umat. Kedua, tujuan pendidikan dalam Islam ialah membentuk peserta didik menjadi generasi yang bersyaksiyah Islam (berkepribadian Islam). Peserta didik menjadi generasi kamil selayaknya ulama yang berilmu agama maupun terapan darinya berkontribusi kepada negeri khilafah dan kemaslahatan umat.

Ketiga, kurikulum pendidikan dalam Islam yang mencakup rancangan pembelajaran dan metode pembelajaran untuk meningkatkan kualitas berpikir para peserta didik agar melahirkan pemikiran yang mustanir (cemerlang).

Mereka peserta didik tidak akan menjadi generasi buruh atau plagiat. Keempat, metode pembelajarannya ialah talqiyan fikriyan. Para peserta didik mendapatkan pembelajaran dengan sebuah konsep yakni mengaitkan akal dengan fakta yang mereka indra. Proses penyampaiannya diarahkan agar para peserta didik paham dan mampu mengamalkan dalam kehidupan. Hal ini pula sebagai landasan bersikap dan berperilaku bagi peserta didik hingga mereka menjadi generasi bersyaksiyah Islam (berkepribadian Islam).

Adapun ketika empat hal diatas telah menjadi nafas dalam sistem pendidikan Islam. Tidak heran kita lihat sejarah peradaban Islam dahulu telah banyak lahir ilmuan hebat semisal para sahabat Nabi saw. yang melahirkan berbagai ilmu, Abbas Ibnu Firnas menemukan cikal-bakal pesawat terbang, Al-Khawarizmi penemu ilmu matematika, dan banyak lainnya.

Semua dari mereka terdidik di sistem Khilafah Islamiyah yang mengadopsi sistem pendidikan Islam. Oleh karenanya, pendidikan hari ini semestinya mencontoh bagaimana pendidikan di sistem khilafah dahulu. Semua bisa terwujud tatkala syariat Islam diterapkan dalam kehidupan di bawah naungan negeri khilafah islamiyah. Bukankah pendidikan seperti ini yang kita rindukan?

Wallahu a'lam bishsawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak