Korban Covid-19 Meningkat, Meski PPKM Darurat Diperketat




Oleh : Rindoe Arrayah

             Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sudah berlangsung selama dua pekan berlangsung. Kebijakan PPKM Darurat  ini diambil dilatarbelakangi oleh melonjakanya kasus Covid-19 pasca lebaran, serta masuknya virus varian baru dari negara lain. Di tengah penerapan PPKM Darurat ini banyak tantangan baru sekaligus masalah komplek yang timbul.

Meskipun telah menerapkan PPKM Darurat, kasus positif Covid-19 di Indonesia terus melonjak drastis. Beberapa kali tercatat rekor baru. Terbaru kemarin, Rabu (14/7), dengan tambahan 54.517 kasus (cnnindonesia, 14/7/2021). 

Total kasus positif Covid-19 mencapai 2.615.529 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 68.219 orang meninggal dunia, 2.139.601 orang sembuh, dan 443.473 orang masih dalam perawatan maupun isolasi mandiri (cnnindonesia, 15/07/2021).

Pelaksanaan PPKM Darurat selama sepekan masih belum berhasil mengatasi pandemi virus Corona (COVID-19). "Growth rate atau pertumbuhan kasus itu 3 Juli dari 38,3% meningkat 9 Juli menjadi 45,4%. Kemudian angka reproduksi dari 3 Juli 1,37 pada 9 Juli menjadi 1,4. Menurut   Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman (detik.com, 10/7/2021).

Berdasarkan dari data para pakar epidemologi, pemberlakuan PPKM Darurat ini tidak membuahkan hasil, justru meningkatkan angka korban positif Covid-19. Baru diterapkan hampir dua pekan saja lonjakan kasus baru meroket. Fakta yang terjadi di lapangan, ternyata belum terealisasikan seratus persen pembatasan mobilitas di masyarakat. Bagi para pekerja masih ada yang bekerja keluar  rumah, seperti pedagang, jasa tambal ban, OJOl, kuli bangunan, serta pekerja kasar lainnya. Masyarakat terus berjibaku tetap bekerja  untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebab, mereka memiliki tanggunan untuk menghidupi keluarganya, di mana seharusnya ada bantuan sosial yang merata di tengah pandemi. Ditambah lagi kepatuhan prokes juga masih sangat minim, masih ada masyarakat yang mengabaikannya. Di sisilain, banyak yang menjalani isoman di rumah tanpa ada fasilitas yang memadai, sehingga menimbulkan kluster baru yakni di keluarga hingga ada satu keluarga terpapar Covid-19 dan meninggal.


Ironisnya, di tengah penerapan PPKM Darurat ini, ternyata pemerintah justru memberi jalan masuk dengan leluasa kepada para TKA. Dikutip dari kompas.com  pemerintah mengizinkan tenaga kerja asing dari Tiongkok masuk ke Indonesia di tengah memburuknya lonjakan kasus positif dan kematian Covid-19. Kedatangan para TKA ini pun mendapat sorotan publik, terutama di masa PPKM Darurat diterapkan. Pihak imigrasi menyatakan mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten pada 25 Juni lalu untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Makassar (6/7/2021).

Melihat fakta di atas, tampak bahwa negara tidak sungguh - sungguh menangani pandemi ini dari sejak awal kemunculannya. Kebijakan lockdown pun tidak diambil untuk menghambat masuknya virus, justru membuka lebar- lebar jalur udara dan lainnya. Seakan tak tanggap akan adanya ancaman gelombang virus yang menyebar. Dengan alasan klasik agar pertumbuhan ekonmi tetap berjalan dan meningkat. Akan tetapi faktanya justru  mengalami resesi tingkat  tinggi.

Beginilah realita penanganan  pandemi oleh sebuah negara yang menerapkan sistem Kapitalisme-Sekularisme. Kemashlatan bersama bukan jadi yang utama, akan tetapi hanya untuk segelintir elite saja. Sistem kehidupan yang telah nyata rusak dan merusak ini sudah selayaknya untuk dicampakkan. Kemudian digantikan dengan sebuah sistem kehidupan yang akan mengantarkan masyarakat menuju keberkahan.

Peristiwa terjadinya wabah juga pernah ada pada masa Rasulullah pada 628 M dengan munculnya tha’un syirwaih. Lalu di masa Khalifah Umar bin Khaththab ada tha’un ‘amwas tahun 640 M yang membunuh 25.000 orang. Kemudian, pada masa Abdullah bin Al-Zubair hadir tha’un al-Jarif pada 691 M dengan korban meninggal sekira 70.000 orang setiap hari selama tiga hari. Disusul tha’un Al-Futyat pada 709 M dan tha’un yang berjadi beberapa hari pada 753 M dengan korban meninggal sekira 1.000 orang setiap harinya (An-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, I/147-148).

Rasulullah saw telah memberikan contoh saat menghadapai wabah. Beliau saw bersabda, “Ketika kalian mendengar (wabah) di suatu daerah, janganlah kalian mendatangi daerah tersebut. Dan jika wabah itu terjadi di daerah kalian berada, janganlah kalian pergi melarikan diri dari daerah tersebut.” (HR. Bukhari dalam Al-Jami’ Al-Shahih, IV/14).

Itulah tuntunan Rasulullah dalam menangani wabah, yakni isolasi tingkat mikro sedini mungkin, terlebih ketika virus itu terdeteksi, maka segera melakukan penguncian terhadap wilayah sumber awal virus tersebut (lockdown).



Upaya yang dilakukan haruslah secara totalitas, yakni dengan menutup pintu sumber datangnya virus, seperti jalur laut ,udara dan darat sehingga warga asing tidak dapat masuk ke negeri kita. Seperti halnya sekarang harusnya bandara, pelabuhan dan perbatasan - perbatasan antar negara di tutup total agar warga asing tidak ada celah membawa virus baru serta menularkan.

Selain itu, negara juga harus hadir dalam memberikan bantuan langsung kepada rakyatnya dengan memuhui kebutuhan primer dan sekunder. Menjamin segalanya dengan fasilitas kesehatan, obat - obatan serta memberikan pelayanan tenaga medis yang profesional. Tidak cukup itu saja, pusat kesehatan pun dipersiapkan secara matang, mulai  fasiltas, sarana prasrana, kemudian tenaga perawat, dokter dan lainya semua dijamin secara optimal. Sehingga, tidak akan terjadi banyaknya tenaga medis yang meninggal dikarenakan kekurangan APD dan kerja dengan jam yang panjang.

Tentunya, semua itu tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sistem kehidupan yang diterapkan oleh suatu negara demi kemaslahatan rakyatnya. Kita dapati saat ini, sistem Kapitalisme-Sekularisme yang dijadikan sebagai rujukan oleh pemerintah dalam mengatur rakyat, ternyata tidak bisa menjadikan rakyat menuju kehidupan yang lebih baik.

Untuk itu hanya ada satu solusi, yaitu mengembalikan syariat-Nya diterapkan di muka bumi ini melalui penegakkan sebuah institusi Khilafah Islamiyah yang telah terbukti dalam kurun waktu 14 abad lamanya pernah mengantarkan masyarakat hidup dengan suasana penuh keberkahan.

Waallahu a’lam bishshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak