Konflik Sosial Di Tengah Pandemi




Oleh : Ummu Amira Aulia Amnan


Warga Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, yang melakukan penganiayaan terhadap tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 meminta maaf.Warga Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, yang melakukan penganiayaan terhadap tim pemakaman jenazah pasien Covid-19 meminta maaf.Mereka mengakui kesalahannya dan meminta untuk berdamai. (kompas.com).

Konflik sosial di tengah pandemi tidak hanya itu, diberitakan oleh kompas.com, Salamat Sianipar (45), warga Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Pasalnya, gara-gara positif Covid-19 dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah justru diamuk oleh warga sekitar. Peristiwa memilukan itu terjadi pada Kamis (22/7/2021).

Konflik horizontal makin banyak terjadi, antar anggota masyarakat dan antara masyarakat-nakes dan pelaksana program terkait Covid. Mengapa hal itu bisa terjadi? Beberapa faktor berikut, bisa menjadi penyebabnya :

1. Faktor ekonomi
Krisis ekonomi akibat pandemi bisa menjadi penyebab utama konflik di masyarakat. Pasalnya pada masa pandemi ini, banyak para pekerja yang dirumahkan. Juga banyak yang beralih pekerjaan demi mencukupi kebutuhan keluarga. Banyak usaha kecil yang gulung tikar.

2. Ketidakmerataan bantuan pemerintah
Ida Ruwaida selaku sosiolog Universitas Indonesia menjelaskan, pandemi covid-19 memicu masyarakat ke dalam adanya konflik sosial secara horizontal dan vertikal. Pemberian bantuan sosial atas wabah pandemi covid-19 kepada kalangan kelas bawah akan menimbulkan sebuah konflik horizontal yang mengacu pada kecemburuan sosial. Konflik sosial horizontal ini dipicu atas ketidakmerataan pemberian bantuan sosial (bansos) yang biasanya sering terjadi saat proses pemberian bantuan sosial.

3. Kebijakan pemerintah yang tidak solutif, berubah-ubah dan pragmatis. 
Mulai dari awal pandemi hingga saat ini, kebijakan menangani pandemi selalu berubah-ubah dari PSBB, PSBB mikro, PPKM serta PPKM mikro. Kondisi seperti ini membuat rakyat bingung. Hal ini memicu konflik vertikal antara rakyat dengan pemerintah.

Evaluasi dari berbagai konflik yang terjadi di masyarakat, maka sudah seharusnya negeri ini berevolusi menuju sistem yang berbasis Islam. Namun, kepesimisan pemerintah beserta pengaruh kapitalisme global telah meracuninya. Islam memiliki khilafah sebagai solusinya. Kenapa harus khilafah?karena khilafah adalah solusi komprehensif dan holistik. Khilafah telah terbukti menyelesaikan masalah wabah dengan cepat dan tuntas. Di awal pandemi khilafah akan memutuskan lockdown total untuk negeri yang terkena wabah. Mengapa harus demikian? Karena jelas perintah rasul dalam sebuah hadisnya yaitu :
“Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Muslim).

Konsep lockdown yang dilakukan oleh Khilafah tidaklah berorientasi ekonomi, melainkan fokus pada aspek kesehatan dan penyelamatan jiwa rakyatnya.

Tidak menunggu tahunan, dalam hitungan bulan masalah wabah sudah teratasi oleh sistem khilafah Islam. 

Masyarakat yang belum mempercayai solusi Islam sudah seharusnya dapatkan pembinaan Islam kaffah. 

Dengan mempelajari berbagai sejarah Islam, Sirah Nabawiyah akan membawa kita pada kebenaran ajaran Islam. Mendalami aqidah Islam dan meyakini solusi-solusi darinya, adalah langkah awal bagi umat Islam saat ini. Pada akhirnya umat akan menyadari, sistem kapitalis harus segera dibuang.

Demikianlah solusi pandemi oleh sistem khilafah Islamiyah. Bukan hanya menyelesaikan masalah pan demi tapi Islam memiliki aturan yang Paripurna untuk menyelesaikan berbagai masalah yang muncul di masyarakat. Sudah waktunya umat bergegas menuju fitrahnya yaitu sistem khilafah Islamiyah 'ala minhaj nubuwwah. Wallahualam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak