Klaim Ekonomi Indonesia Tumbuh, Benarkah ?





Oleh : Eti Fairuzita

Ekonomi Indonesia mencatat pertumbuhan memuaskan pada kuartal II (Q2) 2021. Di mana pertumbuhan tercatat 7,07% dibanding Q2 2020 5,3%.
Namun sayangnya, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menilai pertumbuhan ini adalah "pertumbuhan ekonomi semu". Karena menggunakan base rendah di tahun 2020.

Menurut INDEF di Q2 2020 pemerintah melakukan PSBB. Sementara di di Q2 2021 pelonggaran PPKM terjadi.

"Hal ini menyebabkan pertumbuhan tinggi melebihi rata-rata pertumbuhan kuartalan Indonesia sebesar 5%," kata lembaga itu dalam pernyataan yang diterima CNBC Indonesia, Sabtu (7/8/2021).

Lembaga itu juga menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi belum kembali ke kondisi normal. Jika dibandingkan dengan rerata pertumbuhan sebelum pandemi (2018-2019), Q2 2021 hanya tumbuh 3,87%.

INDEF juga menyamakan hal yang terjadi di Indonesia dengan negara lain. Tidak hanya Indonesia, negara mitra dagang juga sama setelah setahun sebelumnya mengalami kontraksi yang lebih dalam.

Bahkan China bisa tumbuh sebesar 18,3 % (QI 2021) dari sebelumnya -6,8 % (Q1 2020), Singapore 14% (Q2 2021) dari sebelumnya -13,3 % (Q2 2020) dan Amerika tumbuh 12,2 % (Q2 2021) dari sebelumnya -9,1 % (Q2 2020).

"Jadi wajar kalau pertumbuhan karena low base effect (dasar perhitungan rendah) memang menjadi faktor utama pertumbuhan ekonomi kita, sama seperti negara-negara di atas," papar lembaga itu.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210807114953-4-266881/ekonomi-ri-707-dicap-pertumbuhan-semu-kenapa

Di tengah realita kelesuan ekonomi yang dirasakan publik, pemerintah justru umumkan pertumbuhan dengan angka fantastis. Tidak heran ketika dalam kondisi ini banyak publik yang menganggap klaim tersebut hanya kebohongan semata tanpa bukti nyata. Karena pada faktanya, masyarakat bisa mengindra bahwa pengangguran masih menjadi masalah besar yang belum terselesaikan bahkan penurunan tingkat kesejahteraan menjadi momok yang menakutkan.

Masalah pengangguran di Indonesia yang terus bertambah bukanlah perkara baru yang bisa diselesaikan dengan mudah. Ibarat mata rantai semua masalah yang menimpa negeri ini saling berkaitan satu sama lain dimana setiap kebijakan yang diambil akan berdampak luas tak terkecuali masalah pengangguran tidak lepas dari sistem yang menaungi.

Dalam sistem ekonomi liberal, untuk mewujudkan kemakmuran rakyat negara tidak perlu ikut campur tangan terhadap perekonomian masyarakat. Hal ini tampak dari definisi politik ekonomi yang menyebutkan bahwa " politik ekonomi adalah ilmu pengetahuan tentang kekayaan dan berhubungan dengan usaha-usaha yang dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginan ".

Definisi tersebut sama sekali tidak menyebutkan peran negara melainkan hanya sekedar ilmu belaka, sehingga negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis kurang berperan dalam mensejahterakan rakyatnya. Sangat berbeda dengan politik ekonomi Islam dimana dalam politik ekonomi Islam merupakan kebijakan yang diterapkan oleh negara khilafah untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, orang per-orang secara menyeluruh, serta menjamin kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sekunder mereka sesuai dengan kadar yang mampu diraih sebagai manusia yang hidup dalam suatu masyarakat yang khas dengan corak dan gaya hidup yang unik. 

Berdasarkan definisi tersebut politik ekonomi Islam merupakan kebijakan negara yang fokus pada kesejahteraan orang per-orang, bukan sekadar kesejahteraan negara yang hanya tertulis dalam angka, namun kenyataannya ada saja kasus rakyat yang mati kelaparan. Sementara di dalam politik ekonomi Islam ada jaminan bagi setiap individu yang hidup dalam Daulah Islamiyah untuk memenuhi kebutuhan primernya. Negara mendorong dan mengkondisikan agar setiap laki-laki yang mempunyai kemampuan untuk berusaha dan bekerja mencari rezeki tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk memenuhi semua orang yang menjadi tanggung jawabnya. Disinilah negara hadir dalam mencipta lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya bagi rakyatnya. 

Namun apabila individu tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhannya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya maka beban tersebut dibebankan kepada ahli waris dan kerabat dekatnya. Jika hal itupun tidak bisa terpenuhi maka beban tersebut beralih kepada negara dengan menggunakan harta yang ada di kas Baitul Mal, termasuk harta zakat. 

Negara juga menciptakan kondisi agar warganya berkesempatan untuk memenuhi kebutuhan sekunder mereka sesuai dengan kemampuan masing-masing. Meskipun demikian dengan dakwah dan pendidikan yang sistemik negara mengarahkan warganya memiliki corak dan gaya hidup yang Islami (sederhana, tidak boros,  tidak menggunakan hartanya untuk bermaksiat, melainkan mendorong warganya untuk mendayagunakan hartanya di jalan Allah. Walhasil, apabila taraf hidup orang per-orang warga negara meningkat ditambah dengan corak dan gaya hidup yang Islami, maka tentu pertumbuhan ekonominya akan stabil dan rakyat menjadi sejahtera.

Keadaan ini sungguh berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang diadopsi negeri ini dimana peran negara sangat minim terhadap kesejahteraan rakyat yang terjadi justru sebaliknya negara makin liberal dan pro asing sehingga kegagalan pembangunan ekonomi tampak begitu nyata.

Terbukti dengan segudang masalah yang melanda negeri ini mulai dari pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat makin merosot, pendapatan negara seret, kelaparan merajalela, dan jutaan orang menganggur. Keadaan ini diperparah dengan kenaikan berbagai pelayanan publik membuat kehidupan mereka semakin tercekik bahkan demi masuknya investasi asing dibuatlah kebijakan yang menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengancam kenyamanan dan keamanan masyarakat. 

Dengan demikian sudah saatnya Islam tampil ke pentas dunia dengan sistem ekonomi Islamnya. Dimana hanya Islam satu-satunya alternatif terakhir agar kesengsaraan dan penderitaan rakyat segera diakhiri. Sudah seharusnya kita umat secara keseluruhan ikut berjuang agar syariat Islam bisa diterapkan secara kaffah dalam bingkai negara khilafah.

Sejarah telah membuktikan kemampuan khilafah dalam mensejahterakan rakyatnya, sebagai contoh pada masa kholifah Umar bin Abdul Aziz tergambar dari ucapan Yahya bin Zaid seorang petugas zakat masa itu, " Saat hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar Abdul Aziz telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan.
Mau tunggu apa lagi? Ganti sistem adalah solusi yang hakiki dimana keberkahan Islam akan dirasakan oleh semua penduduk bumi. 

Wallahu alam bish-sawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak