Penulis: Ummu Khansa
Persoalan akibat pandemi covid-19 yang berlangsung lama kian bertambah. Kini bukan hanya masalah ekonomi, kualitas pendidikan dan anak didik, ataupun kesehatan saja. Namun berimbas pula pada hubungan antar masyarakat, dan antara masyarakat dengan tenaga kesehatan (nakes).
Warga Desa Jatisari Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, nekat mengadang dan menganiaya tim pemakaman jenazah Covid-19.Mereka melempari batu, memukul hingga membanting relawan pemakaman jenazah hingga terjatuh. Ironisnya, warga nekat melakukan penganiayaan di depan polisi dan TNI serta anggota DPRD Jember.(Kompas.com, 23/07/2021)
Konflik horizontal antar masyarakat dan antara masyarakat dengan nakes serta pelaksana program terkait covid menjadi sulit untuk terhindarkan. Masalah ini semakin menambah daftar panjang efek ikutan dari wabah yang terjadi hampir 1,5 tahun lamanya.
Konflik -konflik sosial yang terjadi bermuara pada Public distrust, yang menjadi penyebab munculnya persoalan ini. Dimulai dari penanganan pandemi yang tidak tepat sejak awal munculnya, yakni tidak diberlakukan lockdown ataupun karantina sejak awal, hingga kebijakan-kebijakan yang menunjukkan inkonsistensi, seperti kebijakan larangan mudik pada masa hari raya umat muslim, namun orang-orang dari luar negeri masuk ke dalam negeri.
Hal ini menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Rasa Pesimis, antipati bahkan k3kemudian berkembang menjadi rasa tidak percaya terhadap para tenaga kesehatan serta kepada para pelaksana program terkait covid seakan menjamur di tengah-tengah masyarakat.
Telah cukup banyak kasus serupa yang terjadi. Rasa tidak percaya bahkan berprasangka buruk terhadap para tenaga kesehatan dan pemangku kebijakan semakin sulit dibendung. Padahal para tenaga kesehatan pun berjuang dan berada di garis terdepan dalam menghadapi wabah ini. Bahkan telah banyak di antara mereka yang harus meregang nyawa di tengah menjalankan pekerjaan mereka.
Kasus kematian dokter dan tenaga kesehatan karena Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Beberapa faktor dinilai menjadi penyebab tingginya angka kematian dokter dan tenaga kesehatan (nakes) lainnya, salah satunya adalah burnout atau kelelahan bekerja.
Studi terbaru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menunjukkan semua tenaga kesehatan mengalami burnout atau gejala yang timbul karena stresor dan konflik di tempat kerja seperti kelelahan emosi, kehilangan empati, dan berkurangnya rasa percaya diri. Sebanyak 83 persen tenaga kesehatan mengalami gejala sedang hingga berat.
Burnout pada tenaga kesehatan menimbulkan rasa lelah baik secara fisik maupun emosi. Keadaan ini membuat daya tahan tubuh melemah sehingga lebih rentan terhadap Covid-19 dan berisiko menimbulkan gejala yang parah sehingga menyebabkan kematian. (indonesia.com, 04/09/2020)
Pun masyarakat yang bertindak tidak tepat terhadap para nakes dan pelaksana program terkait covid bukan tanpa sebab. Rasa lelah akibat terlalu lamanya wabah, himpitan ekonomi, berbagai teori-teori yang memperkeruh persoalan hingga berujung pada kehilangan kepercayaan.
Penanganan Pandemi Covid-19 jika ditangani secara tepat dan cepat sejak awal, tentu akan menghindarkan munculnya persoalan-persoalan ini. Islam memiliki sistem penanganan wabah yang benar hingga dapat terselesaikan secara tuntas.
Langkah lockdown total merupakan solusi awal penanganan wabah dalam Islam yang merupakan tuntunan syar’i. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., yang artinya, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat, maka janganlah memasukinya, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu ada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR Imam Muslim).
Bersamaan dengan proses ini, negara tentu wajib menyediakan segala kebutuhan rakyatnya agar wabah tertangani secara efektif,.masyarakat tenang dan tidak memunculkan persoalan. Mulai dari dukungan logistik, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, obat-obatan, alat test, vaksin, dan lain-lain.
Sumber dana tidak menjadi masalah karena negara yang mengelola sumber-sumber keuangan yang ada termasuk harta milik umum di kas negara untuk memenuhi hajat hidup masyarakat, khususnya mereka yang terdampak agar kesehatan mereka terjaga dan imunitasnya tinggi.
Edukasi terhadap masyarakat dan riset untuk berupaya mencari langkah pengobatan dan sebagainya yang berkaitan akan didukung penuh oleh negara sebagai manifestasi tanggung jawab kepemimpinan mengurus dan menjaga umat. Keduanya berjalan secara simultan dengan penerapan aturan lain yang semuanya ada dalam kontrol negara.
Dalam hal edukasi misalnya, negara wajib memastikan tak boleh ada satu pun masyarakat yang tak paham apa yang sedang terjadi, sehingga mereka membahayakan orang lain dan dirinya sendiri. Seluruh kanal media yang ada akan dioptimalkan untuk membangun kesadaran umat ini dengan kesadaran berbasis akidah. Sehingga umat akan bertindak tepat, dan tidak mudah terpengaruh isu atau teori-teori yang akan memperkeruh permasalahan.
Kesadaran umat yang terbangun melalui edukasi yang massif serta penanganan yang benar tentu akan menghindarkan terjadinya public distrust atau ketidakpercayaan masyarakat serta tidak akan terjadi konflik sosial baik antar masyarakat atau dengan nakes dan pelaksana program terkait covid. Wallahua'lam
Tags
Opini