Efek Pandemi Kesenjangan Semakin Menjadi

Oleh : Diani Ambarawati
(Pengemban Dakwah)

Pandemi Covid-19 meluaskan si kaya dan menyempitkan si miskin. Melansir data dari lembaga keuangan Credit Suisse, jumlah penduduk dengan kekayaan bersih 1 juta dollar AS atau lebih di Indonesia mencapai 171.740 orang pada tahun 2020. Angka tersebut melonjak 61,69 persen year on year (yoy) dari jumlah pada tahun 2019 yang berjumlah 106.215 orang. Lembaga tersebut juga mencatat, jumlah orang Indonesia sangat kaya atau dengan kekayaan tercatat lebih dari 100 juta dollar AS pada tahun 2020 mencapai 417 orang atau naik 22,29 persen dari tahun sebelumnya. (Kompas.com) 

Laporan Credit Suisse nampaknya memberikan bukti bahwa kesenjangan antara rakyat Indonesia agak melebar. Terlihat dari data indeks gini yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks gini adalah indikator yang mengukur tingkat pengeluaran penduduk yang dicerminkan dengan angka 0-1. Semakin rendah angkanya, maka pengeluaran semakin merata.
Suatu keniscayaan fakta ini terjadi di sistem pro korporasi yang bergengsi dan dipayungi oleh kebijakan pro korporat rakyat melarat. Bagaimana tidak terjadi kesenjangan sosial jika yang kaya mengumpulkan kekayaan pribadi alhasil kemiskinan massal individu, masyarakat bahkan negara wajar terjadi. Kalangan crazy rich ini bisa demikian kaya karena menguasai kepemilikan umum, yang seharusnya milik rakyat banyak. 

Inilah watak asli sistem ekonomi kapitalisme. Ketika pertumbuhan ekonomi yang dikejar, maka jurang ketimpangan akan kian menganga. Pada kasus Indonesia, sudahlah target pertumbuhan ekonomi tak teraih, ketimpangan ekonomi sudah jelas di pelupuk mata. 

Di dalam sistem Islam, keberadaan orang kaya adalah sebuah keniscayaan. Sahabat Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Muawiyah, dan lain-lain adalah sederet orang kaya di masa Islam. Mereka menafkahkan hartanya di jalan Allah Swt. dengan membiayai ekspedisi jihad, menyediakan fasilitas umum dengan wakaf, dan bersedekah. 

Saat terjadi guncangan ekonomi seperti paceklik, kekeringan, maupun wabah penyakit, kalangan tajir ini membantu masyarakat dengan sedekah, baik berupa uang maupun barang, sehingga mempercepat pemulihan ekonomi. 

Mereka memahami firman Allah Swt., 

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَالْمُصَّدِّقٰتِ وَاَقْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ 

Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasul-Nya) baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS Al-Hadid: 18) 

Dalam Islam, keberadaan yang kaya akan membersamai rakyat miskin, saling membantu dan semua ini perlu peran dari seorang Khalifah dalam bingkai khilafah ala minhaj nubuwwah yang akan menuntaskan kesenjangan secara tuntas.  

Wallahu a’lam bishowwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak