Berani Hijrah, Negeri Berkah




Oleh: Sari Isna*


Sudah hampir dua tahun pandemi wabah covid-19 tak juga menunjukkan tanda-tanda berhenti. Yang ada justru angka korban dan kematian yang semakin tinggi. Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1443 H yang jatuh bertepatan tanggal 10 Agustus 2021 seharusnya menjadi momen perubahan ke arah yang lebih baik lagi dari segala segi tapi nyatanya kondisi umat dan negeri ini masih saja seperti ini.

Tahun baru Hijriyah harusnya bisa mewujudkan harapan negeri ini, sebagai pertanda hijrahnya suatu negeri dari sistem kufur menuju ke aturan Ilahi. Sedangkan semangat hijrah pada umat Islam di negeri semakin menguat, harusnya bisa membangkitkan ghirah umat kepada pelaksanaan syariat. Namun semangat hijrah pada umat Islam sepatutnya tidak berhenti pada perbaikan individu, tapi diarahkan mewujudkan harapan terwujudnya negeri baldatun thayyibah wa rabbun ghafur. Apa saja prasyarat hijrah individu dan hijrah menuju perubahan bangsa?

Namun banyak kalangan yang menganggap perubahan suatu bangsa menuju ke arah kebaikan hanya diukur sebatas materi dan dari sisi ekonomi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Indonesia bisa menjadi negara maju jika perekonomiannya meningkat. Beliau mengatakan untuk bisa lepas dari jebakan negara pendapatan kelas menengah (middle income trap), pertumbuhan ekonomi Indonesia harus bisa mencapai 6 persen pada 2022 mendatang. Bila itu bisa dicapai, ia yakin Indonesia bisa naik kelas menjadi negara maju pada 2045. Sedangkan faktanya pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca 1998 sampai saat ini selalu macet di posisi 5 persen. (cnnindonesia.com, 04/08/2021).

Anggota Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sukidi Muyadi juga mengungkapkan bangsa besar itu memiliki impian, gagasan, dan pemikiran terhadap keberlangsungan masa depan, termasuk Indonesia. Dia menyebut 10 nilai dalam The Indonesian Dream yakni; kebinekaan, negara berketuhanan, gotong royong, kebebasan, kemanusiaan, persatuan, keadilan, kesetaraan, kesejahteraan, serta negara berdaulat, maju, adil, dan makmur. Menurut Sukidi, dari sekian banyak impian, tentu sudah ada yang tercapai, dan masih banyak yang belum terealisasi. Maka perlu ikhtiar bersama, mengajak seluruh komponen bangsa untuk berpikir tentang Indonesia yang kita cita-citakan bersama. (republika.co.id, 08/08/2021).

Tidak salah pandangan yang mengatakan kemajuan suatu bangsa atau negara dilihat dari kemajuan perekonomiannya dan mempunyai mimpi yang perlu dirumuskan bersama. Namun pertanyaannya, cukupkah dengan itu semua negeri baldatun thayyibah wa rabbun ghafur akan tercipta? Tidakkah kita melihat perekonomian yang dilandaskan riba dengan hutang-hutangnya sudah menjadi budaya? Mimpi mampu menerapkan slogan kebinekaan dan negara berketuhanan, tapi pada kenyataannya muslim mayoritas yang selalu dituduh intoleran dan radikal. Kesetaraan sosial yang digadang-gadang bisa mencapai keadilan dan kemakmuran tapi semakin ke sini makin nampak adanya jarak mengangga antara pengusaha dan orang biasa, antara si miskin dan si kaya, antara pejabat dan rakyat jelata. Kesataraan gender dengan dalih feminisme justru makin menjauhkan umat dari agama. Dan bagaimana mungkin suatu negara bisa berdaulat jika masih berada di bawah bayang-bayang Barat yang makin menyengsarakan rakyat. Sistem kufur yang berasas kapitalis sekular telah nyata membuat umat semakin jauh dari syariat. 

Hijrah seharusnya meninggalkan segala yang dilarang Allah SWT, sehingga konsekuensinya harus siap untuk menjauhkan segala sesuatu untuk ditinggalkan sekalipun melenakan dan menyenangkan. Hijrah tidak hanya dari segi individu, melainkan ditujukan juga pada  masyarakat dan negara. Di sinilah pentingnya kita secara bersama, dalam dakwah berjamaah menyerukan di tengah-tengah masyarakat, di tengah-tengah umat untuk menerapkan syari’at, melangsungkan kembali kehidupan Islam. meski perjuangan ini tidaklah mudah dan tentunya banyak halangan dan rintangan, yakinlah pertolongan Allah akan segera datang. Jika suatu negeri taat dan tunduk kepada hokum Allah niscaya Allah akan melimpahkan berkah, baldatun thayyibah wa rabbun ghafur akan terwujud nyata.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,….” (QS. Al-A’raf: 96).



*Muslimah Penulis Tulungagung

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak