Oleh Wanti Rohani
(Komunitas Muslimah Peduli Umat)
Tak terasa hampir 2 tahun kita hidup dalam kondisi pandemi Covid-19. Seakan tak ada ujung nya pandemi ini terus menerus berlanjut,semakin banyak orang yang terpapar virus Covid-19, terlebih saat ini ada virus varian baru yang lebih cepat penularannya yaitu virus corona varian Delta.
Di lansir JAKARTA, KOMPAS.com - Varian baru virus corona, Delta (B.1617.2), yang pertama kali ditemukan di India, semakin mengganas di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia menjelaskan, ditemukan puluhan kasus transmisi lokal varian Delta di wilayah Jabodetabek.
"46 transmisi lokal varian Delta di DKI Jakarta, 22 transmisi lokal varian Delta di Bodetabek yang mana pemeriksaannya dilakukan di Jakarta," kata Dwi dalam keterangan tertulis, Senin (28/6/2021).
Data tersebut merupakan data pemeriksaan sampel varian baru atau Variant of Concern (VoC) per 28 Juni 2021.
Tidak hanya kasus transmisi lokal, Dwi juga mengatakan, ada 20 kasus virus corona varian Delta yang teridentifikasi dari perjalanan orang keluar negeri atau kasus impor.
Selain itu, 25 kasus varian Delta lainnya masih dalam proses verifikasi, apakah merupakan kasus transmisi lokal atau kasus impor.
Total orang yang terjangkit varian Delta di Jabodetabek kini berjumlah 113 kasus dari 980 sampel yang diperiksa.
Sementara itu, varian Alpha (B.117) asal Afrika Selatan ditemukan sebanyak 12 kasus dan varian Beta (B.1.351) asal Inggris ditemukan tiga kasus.
Dwi mengimbau masyarakat waspada karena varian baru virus corona, khususnya Delta (B.1617.2), jauh lebih cepat menular.
"Kami mengimbau seluruh masyarakat tetap waspada karena varian baru ini lebih cepat menular dan menimbulkan gejala yang lebih berat, Kata dia.
Dilansir dari Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus positif varian Delta di Indonesia mencapai 160 kasus. Total kasus tersebut terdeteksi dari proses whole genome sequencing(WGS) per 20 Juni 2021.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari sebelumnya. Pada 6 Juni 2021, Kemenkes mencatat jumlah varian Delta sebanyak 31 kasus dan hanya tersebar di lima Provinsi.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Litbang Kemenkes, varian Delta per 20 Juni ditemukan di sembilan Provinsi di Indonesia.
Berikut data persebaran mutasi virus Covid-19 varian Delta:
1. Sumatera Selatan 3 kasus
2. Banten 2 kasus
3. DKI Jakarta 57 kasus
4. Jawa Barat 1 kasus
5. Jawa Tengah 80 Kasus
6. Jawa Timur 10 Kasus
7. Kalimantan Tengah 3 kasus
8. Kalimantan Timur 3 kasus
9. Gorontalo 1 kasus.
Sungguh disayangkan sudah hampir 2 tahun hidup di tengah-tengah pandemi tapi pemerintah seolah tak punya solusi yang tepat untuk mengakhiri pandemi ini.
Kendali penanganan pandemi Rasulullah Saw. bersabda, “setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dia pimpin. “(HR AL-Bukhari)
Pandemi membutuhkan Pengendalian yang tepat dan cepat agar tidak terus memakan lebih banyak korban. Ranah Pengendalian jelas ada dipundak pemerintah. Pemerintah memiliki sistem dan instrumen yang lengkap untuk menghadapi segala bencana.
Lebih dari itu, tanggung Jawab mengurusi masalah rakyat menjadi kewajiban syar’i bagi pemerintah. Ingat, bahwa imam adalah pengurus urusan rakyat dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah swt, atas kepengurusan mereka.
Rasulullah saw. pun bersabda, “Hancurnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak. “(HR An-Nasa’i dan At-Tirmidzi)
Syariat telah memberi kan petunjuk yang jelas dan terperinci tentang cara menyelesaikan pandemi. Islam mengajarkan bahwa nyawa manusia harus dinomorsatukan (hafidz an-nafs). Pertimbangan ekonomi, pariwisata, Pendidikan, ataupun sosial budaya tidak boleh diprioritaskan melebihi penjagaan terhadap jiwa.
Jika kalian mendengar wabah terjadi di satu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal,janganlah kalian meninggalkan tempat itu. “(HR AL-Bukhari)
Solusi efektif penanggulangan wabah adalah dengan isolasi manusiawi yang terpusat dilakukan oleh pemerintah, bukan isolasi mandiri yang di serahkan pada kemampuan Masing-masing orang dengan segala keterbatasan. Berapapun pembiayaan yang dibutuhkan untuk isolasi terpusat bagi pasien, wajib di tanggung negara.
Tes dan Isolasi harus tetap dilakukan oleh pemerintah dengan cepat dan akurat tanpa tebang pilih. Kelambanan dalam melakukan tes dan isolasi berarti membiarkan banyak masyarakat yang meninggal. Sekali lagi, aspek pembiayaan menjadi tanggung Jawab negara secara penuh.
Sistem kapitalis yang diterapkan saat ini sudah jelas menyengsarakan rakyat,, maka akan sangat mungkin jika pandemi saat ini ditangani oleh pemerintah dengan menerapkan aturan Islam di tengah-tengah masyarakat secara kaffah di bawah naungan Khilafah Islam. Dimana penanganan wabah akan menjadi tanggung Jawab negara secara keseluruhan.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.
Tags
Opini