PM Israel Berganti Bukan Solusi Palestina, Hanya Khilafah Pembebas Palestina




Oleh : Mira Sutami H ( Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik ) 

lsrael telah memiliki perdana menteri (PM) yang baru yaitu Naftali Bennett. Beberapa negara menyambut gembira pergantian PM Israel ini. Salah satu negara yang mendukung terpilihnya yaitu negara adikuasa AS. Berbeda dengan negara lain yang mendukung pergantian PM Israel, Palestina menolak mentah - mentah pergantian tersebut karena dianggap tak akan menyelesaikan konflik di negeri itu. Sebenarnya dalam pidato pertamanya, Bennett mendapatkan banyak cemoohan karena dianggap menyudutkan umat lslam. Bagi  kaum muslimin yang paham dan peduli terhadap penderitaan muslim Palestina juga tidak akan sepaham dengan hal itu.

Sebenarnya Bennett bukanlah orang baru dalam perpolitikan karena dia menjadi bagian dari kabinet Netanyahu. Bennett pernah menduduki kursi menteri ekonomi, menteri pendidikan, dan menteri urusan Diaspora. Bennett bahkan sangat vokal dalam menyuarakan anti terhadap kemerdekaan Palestina. Pernyataan Bennett: " Tidak, Selamanya saya  punya kekuasaan dan kontrol, takkan saya serahkan satu sentimeter pun lahan tanah lsrael.Titik." 

Bahkan Bennett pernah mengunggah di laman facebooknya: " Teroris harus dibunuh, alih - alih dibebaskan." Cuitan itu terkait dengan tekan dari administrasi Obama terhadap lsrael agar membebaskan 104 militan Palestina untuk menunjukkan " niat baik " kepada pemimpin otoritas Palestina.( tirto.id , 18/6/2021 )

Pergantian PM Israel ini sangat terkait dengan nasib umat muslim di Palestina. Karena jelas - jelas Israel adalah penjajah Palestina. Apabila berganti pemimpin tentu akan berdampak  terhadap kondisi dari muslim Palestina. Apalagi bila melihat dari sepak terjang Bennett. Belum lagi Bennet tidak pernah mendengarkan apa kata PBB dan tak ingin melakukan gencatan senjata seperti PM sebelumnya. 

Dapat dipastikan kondisi umat muslim Palestina. Yakni akan jauh lebih sulit karena selama ini muslim di sana berjuang sendirian melawan penjajah Israel.  Tentu saja darah muslim di sana akan terus tertumpah. Sementara negeri - negeri muslim di sekitar Palestina diam saja tak bergeming. Bahkan banyak dari mereka yang melakukan kerja sama diplomasi dengan Israel. Sungguh fakta yang  sangat miris . Harusnya sesama muslim itu  ibarat satu tubuh apabila anggota tubuh yang satu sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakan hal yang sama. Namun, faktanya nasionalisme telah melunturkan rasa kasih sayang dan persatuan umat. Padahal nasionalisme adalah senjata yang dipakai penjajah untuk melemahkan umat lslam.

Begitupun organisasi - organisasi semisal PBB dan OKl tak bisa diharapkan. Bagaimana tidak konflik Palestina - lsrael sudah berlangsung hampir 100 tahun. Namun, hingga kini Palesti tetap membara. Gencatan senjata yang dilakukan Istrael atas saran PBB pun hanya sementara dan kedok untuk lebih memperkuat mereka di kala lsrael kehabisan kekuatan. Namun, setelah kekuatan pulih maka kembali rudal, peluru, dan bom diluncurkan lsrael ke Palestina. Sehingga bumi Syam semakin sempit setiap harinya. Nyawa - nyawa tak bersalah telah syahid di tangan penjajah Israel. 

Kasus Palestina ini akan tetap membara apabila sistem kapitalisme tetap diterapkan. Karena walau berganti - ganti pemimpin namun sama saja tak ada perubahan dengan kondisi Palestina. Padahal jelas - jelas negeri Palestina adalah milik umat lslam bukan milik Yahudi lsrael.   Tanah Palestina  perlu diperjuangkan dan dibela oleh kaum muslimin seluruhnya. Membiarkan muslim Palestina begitu saja, apalagi mengadakan hubungan diplomasi dengan negara yang memusuhi negara muslim  sama halnya kita berkhianat terhadap saudara sesama muslim. Yang perlu diingat bahwa  saudara muslim Palestina tidak hanya membutuhkan bantuan obat - obatan, pangan pakaian dan doa semata. Karena bantuan tersebut adalah solusi parsial untuk saat ini bagi Palestina.  Muslim Palestina saat ini butuh kemerdekaan yang hakiki dan inilah solusi konkrit bagi bumi Syam.

Sesungguhnya umat seharusnya apabila peduli terhadap muslim Palestina maka harus menerapkan lslam dalam seluruh aspek kehidupan dengan institusi Khilafah sebagai pelaksana.  Seorang pemimpin  lslam akan menjaga seluruh keamanan dan kesatuan wilayah  kaum muslimin. Selain itu lslam itu sangat membenci penjajahan di seluruh penjuru dunia. Seperti kasus Palestina memang butuh perisai (pelindung umat) dan junnah ( penjaga umat ).  Khalifah apabila ada kasus semacam Palestina maka akan mengerahkan pasukan untuk berjihad melawan lsrael.  Khalifah akan mengembalikan hak  sebuah negeri kepada pemiliknya dan mengembalikan umat yang terusir dari negerinya.  Hal ini memang telah dicontohkan oleh para Khalifah terdahulu sebelum  Khilafah diruntuhkan oleh penjajah barat. 

Jadi, umat saat ini memang butuh junnah  dan perisai karena bukan hanya Palestina saja yang mengalami penderitaan. Banyak negeri-negeri kaum muslimin yang mengalami konflik  seperti Syuriah misalnya. Jadi khilafah  lah yang dibutuhkan umat saat ini. Tapi Khilafah  yang dibutuhkan umat saat ini belum tegak. Maka dari itu tugas kita sebagai muslim untuk menegakkannya sesuai dengan metode yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Wallahu a'lam bish shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak