Oleh : Aghnia Yanisari (Aktivis
BMIC Kalsel)
Hidup
Mahasiswa! Begitulah slogan yang disemarakkan oleh sekumpulan mahasiswa yang
tak gentar menyuarakan aspirasinya di depan gedung DPRD untuk kedua kalinya
pada Kamis, 24 Juni lalu, setelah sebelumnya juga melakukan aksi pada Senin, 21
Juni, namun dirasa gagal karena tidak ada tindaklanjut dari Presiden padahal
surat permohonan sudah diajukan ke Istana Negara oleh Ketua Komisi I DPRD
Kalimantan Selatan, Rahmah Norlias. (Banjarmasin
Post/24/06/2021).
Pada
aksi yang pertama massa demonstrasi sudah mengajukan surat tuntutan yang
disaksikan oleh Ketua Komisi I DPRD Kalimantan Selatan, berisi tentang
permohonan kepada Presiden agar membatalkan penonaktifan 75 pegawai KPK yang
tak lolos twk, hingga membentuk tim investigasi, serta meminta penjelasan BKN
tentang indikator merah dan hijau yang dikaitkan dengan pegawai KPK, namun
hingga hari ini tidak ada jawaban apapun dari Istana Negara. (Kompas
TV/22/06/2021).
Untuk
kesekian kalinya mahasiswa menuntut keadilan di negeri ini, berharap hidup
damai sejahtera bisa didapatkan. Untuk kesekian kalinya mahasiswa harus
menerjang terik dan badai demi aspirasi mereka didengar. Untuk kesekian kalinya
mahasiswa maju tak gentar melawan ketertindasan. Meski harus menerima sakitnya
pukulan dari aparat, letihnya menunggu di depan gedung wakil rakyat, namun
mereka tetap berjuang. Kita mungkin masih ingat dengan gerakan reformasi yang
berhasil melengserkan suharto, atau aksi beberapa tahun lalu yang menghebohkan
seluruh Indonesia terkait RUU KUHP, Omnibus Law, hingga aksi melawan pelemahan
KPK, namun apa yang didapat? hanyalah kekecewaan. Demonstrasi tak kunjung usai
membuat jera para penguasa untuk berhenti melakukan kezaliman. Dari tahun ke
tahun negeri ini selalu mengalami permasalahan yang semakin pelik.
Berbagai
macam tuntutan mulai dari mencabut undang-undang hingga menuntut pergantian
rezim selalu disuarakan, namun ternyata tidak berhasil menghentikan kezaliman.
Sudah berapa lembar surat yang diajukan ke Istana Negara melalui wakil rakyat
hanya berakhir dengan lembaran yang seakan tak berharga. Kalaupun aspirasi
berhasil didengar, namun itu hanya sebentar. Besoknya mulai lagi dengan
kezaliman yang baru. Kalaupun rezim berhasil digantikan, namun korupsi,
kedustaan, pengkhinatan, sikap otoriter masih saja dilakukan. Lantas harus
dengan apa negeri ini bisa berubah? Dari jahiliyah menuju negeri yang berkah?
Jauh dari kezaliman, pengkhianatan, kebohongan oleh para penguasa.
Mahasiswa
harus memahami akar masalahnya, sehingga mendapatkan solusi tuntas bukan solusi
pragmatis. Mahasiswa harus melihat dari berbagai lini, apa dan mengapa
permasalahan di negeri ini tak kunjung berhenti, benarkah hanya sekedar kinerja
seseorang saja yang tidak becus mengurus negara, atau ada sumber lain yang
mendasari kezaliman hari ini. Jika ditelaah lebih dalam, ternyata problematika
yang tak kunjung usai melanda negeri ini bukan hanya tentang siapa yang
mengatur negara, tapi dengan apa ia mengatur. Persoalan hari ini bukan lagi
tentang kebijaksanaan oleh penguasa, tapi sudah menyangkut ideologi yang
diterapkan oleh negara. Jika mahasiswa menggantungkan arah pergerakan pada
belas kasihan rezim, bisa dipastikan pergerakan mahasiswa akan gagal. Aksi mahasiswa
akan dibeli dengan undangan santap siang di istana. Jika mahasiswa menari
mengikuti irama yang ditabuh rezim, selesailah sudah perjuangan. Amanat rakyat
yang menuntut perubahan hakiki tak akan tertunaikan.
Korupsi di tidak bisa dihentikan hanya dengan memukul mundur tokoh
tertentu, karena korupsi bukan hanya berasal dari lalainya seseorang menjaga
amanah, namun juga berasal dari penerapan sistem yang salah. Semua problematika
akan terus berlanjut. Pola
kehidupan di dalam ideologi Kapitalis yang dianut saat ini tidak akan bisa memberi keadilan. Ideologi yang hanya
mementingkan bagaimana caranya bisa mendapatkan modal yang banyak agar bisa
berkuasa, bukan untuk menyejahterakan banyak orang. Ideologi yang hanya
mementingkan perut para kapital
bukan untuk kepentingan rakyat. Undang-undang yang selama ini dibuat adalah
jalan pemulus para kapital untuk semakin memeras darah rakyat. Bisa kita liat
dari sistem ekonomi yang selalu diterapkan pajak tiada henti seiring hutang
terus naik sementara gaji para petinggi sudah diambang batas kewajaran,
ujung-ujungnya berita korupsi merebak dimana-mana. Sistem pendidikan yang mulai
dimanipulasi dengen berbagai macam program agar senantiasa bisa terus dekat
dengan korporasi. Pelayanan kesehatan yang selalu dikapitalisasi, hingga sumber
daya alam yang diswastanisasi. Sistem pemerintahan demokrasi hanya berhasil
menciptakan undang-undang lemah, yang tak mampu memenuhi kebutuhan seluruh
manusia. Semua ini berawal dari ideologi rusak yang menyesatkan, jauh dari
keberkahan.
Jika
mahasiswa ingin perjuangannya tak sia-sia, maka sudah seharusnya dari sekarang
mengubah arah perjuangan. Tidak hanya sekedar menuntut belas kasihan rezim,
atau melengserkannya, tapi sudah menuju pada perubahan hakiki, yakni mencabut
ideologi kapitalis dan menggantikannya dengan penerapan ideologi yang benar.
Bukan diganti dengan Ideologi Sosialis-Komunis yang telah terbukti hanya
menyengsarakan manusia, tetapi harus diganti dengan ideologi yang hanya berasal
dari pencipta manusia, yakni Allah swt. Karena Allah-lah yang paling tau apa
yang dibutuhkan oleh ciptaanNya. Islam sebagai satu-satunya aturan yang Allah
ciptakan untuk manusia. Maka menerapkan ideologi Islam adalah suatu keharusan
yang tidak bisa ditawar-tawar.
Sejarah
mengatakan bahwa Khilafah Islamiyah sebagai sistem pemerintahan Islam yang
pernah berjaya selama kurang lebih 13 abad, menunjukan eksistensinya sebagai
satu-satunya sistem pemerintahan yang diidam-idamkan. Bagaimana tidak, khilafah
mampu menindak para koruptor dengan sanksi yang sangat berat, menghilangkan
berbagai bentuk penjajahan, membebaskan negeri-negeri yang dizalimi, dan
menghalau setiap pemikiran liberal, sehingga masyarakat bisa hidup dengan
tenang di bawah naungan khilafah Islamiyah. Umat muslim pun hidup rukun bersama
non-muslim. Namun semenjak keruntuhannya yang dilakukan oleh penjajah kafir
bersama mustafa kemal, membuat negara Islam terpecah belah menjadi
negara-negara kecil nasionalis. Perpecahan ini yang membuat para penjajah
semakin mudah menjarah dengan gaya-gaya baru. Sudah saatnya mahasiswa
memperjuangkan kebangkitan hakiki, memperjuangkan penerapan Khilafah
Islamiyah.[]