Pergantian PM Israil dan Masa Depan Palestina



Oleh : Sasmin
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton)

Perdana Mentri israel Benjamin Netanyahul yang menjabat selama 12 tahun kini telah digantikan setelah pemimpin oposisi Yair Lapid dan pemimpin ultra-nasionalis Naftali Bennett membentuk koalisi untuk membentuk pemerintahan baru.

Sejak tahun 2019 Israel mengalami krisis politik sehingga Israel terpaksa menyelenggarakan dua kali pemilu karena parlemen gagal membentuk koalisi mayoritas. Krisis pun berlanjut sampai pemilu ketiga diselenggarakan pada awal 2020. Dari situ, Netanyahu dan Gantz dari partai berhaluan tengah Biru dan Putih sepakat untuk berbagi pemerintahan, Netanyahu akan menjadi PM selama 18 bulan, kemudian Gantz menggantikannya pada separuh periode pemerintahan sisanya. Namun ditengah ingar-bingar koalisi Netanyahu-Gantz bubrah. Pasalnya, kedua belah pihak silang pendapat tentang rencana APBN. Parlemen Kessnet kembali dibubarkan dan pemilu yang keempat hanya dalam dua tahun dilaksanakan pada Maret 2021. Partai Likud mendapatkan suara terbesar namun gagal membangun koalisi yang solid. Sehingga koalisi pemerintahan baru berhasil diprakarsai oleh Yair Lapid, pemimpin Yesh Atid partai berhaluan tengah dengan suara terbanyak kedua. Koalisi ini didukung oleh delapan parpol dengan ideologi beragam (tirto.id,18/06/2021).

Benjamin Netanyahul pun dilengserkan karena tidak mampu menangani krisis ekonomi dan Covid 19 yang makin merebak dan demonstran juga gerah terhadap Netanyahul yang terjerat oleh kasus korupsi sehingga dibentuklah koalisi pemerintahan baru untuk menggantikan Netanyahul,yakni Naftali Bannett yang di angkat sebagai Perdana Menteri Israel. 

Terbentuknya pemerintahan baru Israel banyak pemimpin dunia menyambutnya dari negera Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Austria dan Inggris menyambut baik dengan mengajak untuk bekerja sama dalam mempertahankan pemerintahan baru Israel, namun berbeda dengan Palestina yang menganggap tidak ada perbedaan kepemimpinan Netanyahul dengan Bannett, sebagaimana dikatakan juru bicara hamas Fawzi barhoum terlepas dari bentuk pemerintahan di Israel, itu tidak akan mengubah cara kita memandang entitas Zionis.

Pergantian pemimpin Israel memang tidak memiliki pengaruh baik untuk palestina, yang sering kali ditindas dan dibombardir oleh Israel. Apalagi Bannett adalah oknum yang anti kemerdekaan palestina jadi mengharapkan kemerdekaan Palestina terhadap pergantian PM baru yang diduduki Bannet sangat mustahil.

Kemerdekaan Palestina tidak mengharapkan pemimpin dalam demokrasi karena pemimpin demokrasi bekerja untuk negara mereka masing-masing sehingga tidak memiliki waktu untuk membantu derita umat di Palestina maupun pemimpin dinegeri mayoritas muslim justru memilih bungkam.

Sedangkan Rasulullah Saw. mengatakan bahwa umat muslim itu ibaratnya satu tubuh, ketika salah satu dari tubuh itu terluka maka tubuh lainnya merasakan sakit. 

Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa kondisi umat muslim di akhir zaman  akan seperti makanan di atas meja hidangan yang diperebutkan oleh orang-orang dimana dikepung oleh barat yang mau menerkam, timur mau menghantam, selatan mau menginjak-injak dan Utara mau menjelajah.

Para sahabat bertanya, apa jumlah kami pada saaat itu sedikit ya Rasulullah ? Rasulullah menjawab sama sekali tidak, kalian banyak dan mayoritas akan tetapi kalian tidak memiliki perlawan oleh para penjajah seperti kuantitas yang tidak berkualitas.Dan hari ini terbukti umat muslim berdiri sendiri-sendiri abai terhadap saudara aqidah yang tertindas.

Apalagi Palestina adalah tanah suci yang diberkati oleh Allah, yang menyimpan banyak sejarah para nabi dan tempat kiblat pertama umat Islam sehinggah masalah Palestina adalah masalah umat Islam sedunia, namun karena kedudukan di bawah demokrasi kapitalesme membuat pemimpin abai dan memilih diam.

Kapitalisme telah berhasil menyebarkan opininya untuk memecah belah umat Islam sedunia. Fenomena ini seharusnya membuat kita sadar, mengapa umat Islam tidak pernah bersatu melawan penjajah sedangkan umat Islam sedunia amat banyak apabila di satukan maka penjajah akan bertekuk lutut karena umat Islam memiliki kekuatan militer yang sangat dahsyat dan Islam pernah membuktikan kemenangan itu selalu berpihak terhadap Islam seperti Umar bin Khattab menaklukkan Palestina dari tangan Nasrani tanpa peperangan tapi dengan kerendahannya sebagai pemimpin selain itu beliau adalah pemimpin Islam yang amat tegas.

Sedangkan hari ini umat Islam telah bertekuk lutut terhadap penjajah akibat tidak memiliki pemimpin yang mengayomi mereka. Apabila menginginkan persatuan umat Islam sedunia maka hanya bisa terealisasikan dibawah naungan khilafah Islamiyah.
Oleh karena itu khilafah Islamiyah amat dibutuhkan untuk bersatunya umat Islam dalam satu negara dan membebaskan Palestina dari Jajahan Israel.
Wallahu A'lam bis shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak