Oleh: Eva Nurfalah
Pandemi Covid-19 ini sudah berlangsung lebih satu tahun, namun belum terlihat ada tanda-tanda kapan akan berakhir. Selain itu, kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi ini juga terlihat belum serius, sebut saja dalam hal pemulasaraan jenazah Covid-19 terutama untuk pasien yang meninggal dalam kondisi sedang melakukan isolasi mandiri.
Seperti dilansir dari Dara.co.id, (4/7/2021), Kepala Desa Lengkong Kecamatan Bojongsoang, Agus Salam meminta pemerintah Kabupaten Bandung segera membentuk relawan atau Satgas khusus untuk pemulasaraan jenazah Covid-19 yang meninggal ketika melaksanakan isolasi mandiri (isoman). Agus menuturkan selama ini pihaknya kebingungan jika ada masyarakat yang mengadukan perihal warga isoman yang meninggal, karena masyarakat tidak tahu tata cara pemulasaraannya. Sehingga akhirnya ia dan aparat desa juga puskesmas yang bertindak sebagai relawan yang turun untuk memulasara jenazah meski dengan segala keterbatasan. Bukan hanya itu, para penyintas Covid pun banyak yang terpaksa keluar rumah membeli kebutuhan, karena tidak dipenuhi oleh pengurus setempat. Hal ini jelas membahayakan masyarakat, sebab kemungkinan menularkan semakin besar dan akan berakibat semakin menyebarnya virus ini.
Selain itu, menjalankan isolasi mandiri menjadi tantangan berat bagi penyintas Covid-19. Terlebih jika lingkungan sekitar seolah tidak perduli dengan keberadaan warga yang menjalankan isolasi mandiri. Seperti yang diungkapkan oleh seorang penyitas Covid-19 yang bernama Kris, beliau melakukan isolasi mandiri dirumah selama 14 hari. Sejumlah pihak diberi tahu oleh Kris, baik itu pemerintah tingkat desa, maupun RT dan RW di lingkungannya. Bukan berharap bantuan pangan, namun Kris berharap dengan memberi tahu kepada lingkungan, paling tidak orang menjadi lebih waspada. Akan tetapi, warga sekitar banyak yang tidak peduli dengan Covid-19 ini bahkan cenderung tidak mempercayainya. Akibatnya, Kris terkadang terpaksa harus keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga pada saat stok sudah habis.(ayobandung.com, 6/7/2021)
Penanganan Covid-19 yang tidak terstruktur sejak awal, nyatanya telah berakibat fatal bagi masyarakat. Situasi semakin mengerikan dan tak jelas sampai kapan pandemi ini akan usai. Kezaliman rezim kepada rakyat sudah sangat keterlaluan, hal ini bisa terlihat dari kebijakan amburadul yang digulirkan pada masa pandemi ini. Sehingga, wajar saat ini penderitaan dialami oleh masyarakat semakin berlipat seolah tak berkesudahan. Abainya pemerintah terkait proses pamulasaraan jenazah Covid ini, mengakibatkan jenazah tidak ditangani dengan standar yang benar. Jelas ini sangat membahayakan, baik itu bagi yang menanganinya maupun masyarakat sekitar.
Hal ini sangat berbeda dengan penanganan pandemi dalam sistem Islam. Ketika Rasulullah memimpin umat juga pernah terjadi wabah. Kemudian, beliau melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan wabah itu dengan cepat dan tepat. Sebagai tindakan pencegahan, Rasul memerintahkan agar setiap orang tidak saling berdekatan. Bagi penderitanya akan diisolasi dari orang sehat. Orang yang berada daerah wabah tidak diizinkan untuk keluar. Demikian pula orang yang berada di luar daerah wabah dilarang untuk memasuki daerah wabah. Seperti dalam haditsnya Rasul Saw bersabda, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari)
Selain itu, untuk para penderita diberikan pengobatan terbaik yang berlaku sesuai apa yang dilakukan pada zaman Rasulullah maupun Umar bin Khattab. Sehingga, pasien dengan cepat berangsur-angsur sembuh. Akhirnya, wabah pun dapat segera berakhir.
Oleh karena itu, sangat jelas bahwa solusi tuntas dalam menyelesaikan pandemi ini adalah penerapan Islam secara Kaffah. Sebab, Islam sudah terbukti keberhasilannya dalam menangani pandemi. Wallahu'alam bishowab.
Tags
Opini