Panic Buying Menerpa Saat Pandemi Melanda




Oleh : Rindoe Arrayah

Pandemi jilid II ini telah menumbuhkan kepanikan di tengah masyarakat. Bagaimana tidak? Beberapa barang yang disinyalir bisa menyembuhkan covid diburu habis oleh masyarakat. Hingga didapati kelangkaan serta kenaikan harga mencapai tiga kali lipatnya.

Belum lama ini, sebuah susu bermerk dalam kemasan mendadak diburu oleh masyarakat karena diyakini mampu mengobati covid. Adanya lonjakan kasus covid membuat rumah sakit penuh dan tidak dapat menampung pasien yang membutuhkan perawatan. Berangkat dari sinilah, akhirnya masyarakat berusaha sendiri mencari pengobatan dan pencegahan. 

Susu yang sedang diburu saat ini adalah susu dengan merk " Bear Brand”. Menurut Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB, Epi Taufik, menjelaskan kandungan dari susu ini. Menurut Epi, Perbedaannya yang biasa pada bahan baku atau formulasi susu steril /UHT tersebut," Ujarnya  dalam keterangan tertulis yang dibagikannya, Senin 5 Juli 2021 ( Tempo.co, 5/7/2021)

Proses pengolahan memang akan mempengaruhi kandungan nutrisi, tapi juga bergantung kepada metode dan proses pengolahannya ada yang sangat minim, ada juga yang cukup besar penurunannya. Tapi komponen nutrisi yang berkurang akibat pengolahan dapat disubstitusi dengan proses fortifikasi/ suplementasi. Prinsip dasar dari kualitas nutrisi bahan pangan, termasuk susu adalah semakin segar bahan tersebut saat dikonsumsi, maka kandungan nutrisinya relatif masih lengkap. Dalam konteks susu, makan susu pasteurisasi masih memiliki kandungan gizi alami yang relatif masih lengkap dibandingkan susu steril/UHT.

Epi juga mengatakan agar masyarakat tidak perlu panik karena semua jenis olahan susu cair baik itu susu steril atau pasteurisasi dari berbagai merk yang beredar di pasaran memiliki kandungan nilai gizi yang hampir sama. Sehingga manfaat kesehatan yang didapatkan pun relatif sama. 

Susu adalah sumber nutrisi bagi tubuh untuk menjaga metabolisme normal, termasuk mencegah Inflamasi juga meningkatkan imunitas tubuh. Komponen-komponen yang terkandung dalam susu selain sumber nutrisi juga memiliki karakteristik bio-fungsional atau bio-aktif. Artinya ia berkontribusi terhadap perbaikan fungsi fisiologis tubuh sehingga meningkatkan status kesehatan. Sama dengan produk lainnya, susu ini bukanlah obat atau vaksin. 

Konsumsi susu sebagai minuman kesehatan harus sesuai saran penyajian untuk meningkatkan imunitas tubuh terhadap serangan patogen dan virus. Namun, jangan sampai membuat kepanikan karena masih banyak sumber nutrisi lain. Masih banyak herbal yang bisa dikonsumsi untuk meningkatkan imun diantaranya Quds Al-Hindi, madu, bawang tunggal, propolis, dan rempah-rempah pilihan yang jumlahnya melimpah di negeri ini. 

BBC News Indonesia, 5/3/2020 menuliskan selama pandemi ini masyarakat berburu berbagai kebutuhan seperti masker, pencuci tangan, tisu toilet, oximeter, obat-obatan, hingga vitamin. Miguel Lyiz Grichero, CEO produsen masker di Brazil sampai mengatakan kepada kepala kantor berita Reuters masker diburu layaknya emas. 

Fenomena Panic Buying ini lahir akibat kapitalisme yang mendominasi sistem hari ini. Aktifitas berbelanja bukan lagi sekadar memenuhi kebutuhan hidup. Banyak masyarakat membeli sesuatu bukan berdasarkan kebutuhan tapi keinginan atau hawa nafsu. Khawatir jika tidak mendapat persediaan, latah mengikuti orang lain, dan kurangnya pemahaman. 

Apalagi di era digital saat ini. Berbagai informasi berkembang bak bola liar. Informasi berkembang begitu cepat tanpa ada filter dan kepastian kebenarannya. Metode berbelanja yang serba online membuat kegiatan berbelanja sangat mudah.  Hasil riset Perusahaan layanan kredit digital Kredivo menunjukkan bahwa tingkat kecendrungan belanja online di Indonesia untuk tahun 2019 tinggi. Rata-rata laki-laki bisa belanja 14 kali dalam setahun sementara perempuan dua kali lipatnya. 

Meski di tengah pandemi, dorongan belanja masyarakat tidak surut. Berbagai pusat perbelanjaan masih ramai bahkan dipadati masyarakat apalagi pada momen tertentu  seperti jelang lebaran. Ironisnya barang-barang yang dibeli bukan kebutuhan pokok, melainkan sekadar keinginan dan kepanikan saja. 

Perilaku ini muncul karena kebutuhan jasmani. Orang rela antre berdesakan, menunggu berjam-jam hanya demi mendapatkan suatu produk. Rasa khawatir membuat orang mengabaikan keselamatan terutama resiko terpapar covid.

Selain karena kebutuhan jasmani, naluri baqa'  (eksistensi diri) membuat orang melalukan hal ini. Naluri ini dimanfaatkan oleh para kapital. Melalui berbagai propaganda mereka berusaha membangkitkan naluri ini. Iklan yang hiperbola, mengunakan jasa artis terkenal, atau memunculkan rasa kekhawatiran membuat masyarakat berbelanja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan.

Standar kebahagiaan dalam sistem kapitalis adalah terpenuhinya semua kebutuhan jasmani dan naluri. Akidah sekular yang  menjadi asasnya membuat halal haram tidak  lagi jadi patokan melainkan manfaat. Sehingga ketika sesuatu itu dirasa memberi manfaat masyarakat membelinya. 

Sistem kapitalis yang bertujuan pada materi (keuntungan) terus memberikan rangsangan yang menguatkan hasrat untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri. Berbagai sarana, dan uslub digunakan agar masyarakat tergoda dengan rangsangan tadi. 

Media  elektronik seperti TV dan media sosial terbukti ampuh mempengaruhi masyarakat. Masyarakat cendrung latah mengikuti sesuai yang viral atau meniru idola mereka. Tontonan hari ini telah menjadi tuntunan bagi masyarakat. Sayangnya tidak diimbangi dengan pemahaman agama yang baik dan benar sehingga, banyak tontonan yang tidak mendidik diikuti masyarakat. 

Berbeda dengan sistem Islam yang mengatur segala aspek kehidupan manusia secara sempurna. Islam  senantiasa membimbing individu agar terikat dengan hukum suara dalam setiap aktivitasnya. Islam juga memberi pedoman agar suatu perbuatan itu menjadi amal terbaik  yang akan mendatangkan pahala dan kebaikan di dunia dan akhirat. 

Dalam pengelolaan harta Islam melarang seorang hamba untuk berlebih-lebihan, dan terlalu kikir. Islam melarang perbuatan israf ( berlebihan) yaitu membelanjakan harta dengan cara menghambur-hamburkan dan melebihi kebutuhan. Islam juga menganjurkan agar umatnya melakukan taqtir (berhemat) yaitu memangkas pengeluaran sehingga kebutuhan sendiri saja tidak tercukupi (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran 5/608).

Setiap orang harus memastikan harta yang ia peroleh adalah halal. Harta yang akan mendatangkan keberkahan. Islam menyeru umatnya agar mencari rezki dengan cara halal, dan menggunakannya dengan cara yang baik juga. 

Panic buying tidak akan pernah muncul manakala masyarakat merasakan kenyamanan karena segala kebutuhannya terkait dengan masalah kesehatan terpenuhi dengan baik. Situasi yang nyaman ini hanya bisa terwujud dalam sistem yang mengedapankan kemaslahatan bagi masyarakat, yaitu syariat Islam. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak