Mengatasi Pandemi Covid-19 Cukupkah dengan Doa Bersama?



Oleh Nasywa Adzkiya

 (Aktivis Muslimah Banua)


Di pertengahan tahun 2021, dunia khususnya Indonesia masih menghadapi badai Covid-19 yang tidak kunjung mengalami penurunan. Alih-alih berkurang kasus Covid-19 justru meningkat tajam. Seperti dilansir dari CNN Indonesia(28/06/2021) Indonesia mencapai rekor tertinggi kasus Covid-19 no 2 di Asia setelah India. Bahkan terhitung per 7 Juli 2021 kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 2.379.397 orang. Dengan jumlah kematian mencapai 62.908 orang.


Meningkatkannya jumlah kasus Covid-19 ini tentu tidak terlepas dari bagaimana keseriusan pemerintah dalam menangani pandemi yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Kondisi ini sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, pendidikan bahkan sosial. Sekolah daring (dalam jaringan/online)!sudah berlangsung hampir dua tahun, rumah-rumah ibadah ditutup, pendapatan masyarakat khususnya masyarakat kecilpun berkurang. Bahkan PHK massal pun terjadi di mana-mana.

 

Berharap tahun ini pandemi berakhir sepertinya hanya isapan jempol belaka. Kasus kematian Covid-19 per hari justru terus meningkat.


Masyarakat bahkan harus antre untuk mendapatkan oksigen. Banyak rumah sakit yang kewalahan menerima pasien. Pemerintah pun memutuskan kebijakan baru setelah pernah diberlakukan PSBB, kemudian new normal.


Akibat peningkatan kasus yang melonjak tajam, pemerintah membuat kebijakan baru yaitu PPKM. Namun PPKM sendiri sangat menyulitkan rakyat kecil. Karena ketika aktivitas masyarakat dibatasi, pemerintah justru membuka pintu bagi kedatangan warga asing ke Indonesia. Sungguh sangat ironis.


Sebagai negeri dengan mayoritas Muslim, keadaan Indonesia saat ini tentu begitu menyesakan dada. Sehingga beberapa kalangan menyerukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Sang Pencipta. Yang mana bencana ini tentu terjadi atas izin-Nya.


Salah seorang petinggi negeri yaitu Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa dan warga desa untuk menggelar doa bersama.

Dalam surat resmi tersebut, Halim mengimbau agar seluruh pihak melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Adapun doa ini dilakukan guna menyikapi kondisi melonjaknya angka Covid-19 di Indonesia. "Doa bersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing," ujarnya dalam keterangan tertulis. (detik.com, 03/07/2021).


Apa yang dihimbau oleh Mendes PDTT tersebut tentu adalah sesuatu yang sangat baik dan layak untuk dilakukan. Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya ketika kita mendapatkan bencana atau musibah hal pertama yang kita lakukan adalah menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. 


Bencana Allah hadirkan sebagai ujian untuk orang-orang yang beriman dan azab bagi orang-orang yang munafiqin, kafirin atau fasiqin. Dapat pula musibah Allah hadirkan sebagai sebuah peringatan kepada manusia. Sehingga seharusnya kita peka dengan kode-kode dari Allah ini. 


Sebagaimana firman-Nya: "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan saja mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta (TQS al- Ankabut [29]: 2-3).


"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agat mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS Ar Rum [30]: 41).


Dari ayat-ayat Allah di atas seharusnya mampu membuka hati dan pikiran kita bahwa segala sesuatu yang terjadi di bumi ini termasuk musibah pandemi adalah atas izin Allah. himbauan untuk berdoa kepada Allah agar pandemi segera berakhir tentu adalah hal yang harus dilakukan. Berdoa artinya mengakui bahwa kita sebagai seorang hamba membutuhkan pertolongan Allah untuk menyelesaikan pandemi ini. Bahkan ilmu pengetahuan manusia pun tidak cukup mampu untuk mengatasi musibah ini jika bukan Karena izin-Nya.


Namun perlu dipahami, doa bersama seharusnya tidak hanya dilakukan oleh keluarga atau personal saja. Seharusnya doa bersama dilakukan sampai ke pemangku kebijakan. Karena pemerintah lah yang memiliki peran besar dalam menangani kasus ini. Apalagi jika musibah ini terjadi di seluruh negeri. Sudah seharusnya pemerintah dan rakyatnya bukan sekedar melakukan doa bersama melainkan taubatan nasuha. Menyadari bahwa telah banyak kezaliman, kemaksiatan, mencampakkan hukum-hukum Allah yang dilakukan sehingga mengundang murka-Nya.


Taubatan nasuha sesungguhnya adalah ketika pemerintah bersama rakyat kembali mendekatkan diri kepada Allah dengan berhukum kepada hukum-hukum Allah. Mencampakan sistem kufur yang telah nyata memberikan banyak kerusakan. Bahwa dengan menerapkan hukum-hukum Allah lah riha Allah akan kita dapatkan. Dan keberkahan pun akan Allah hadirkan ke seluruh negeri.


 Sebagaimana firman Allah Swt:

"Dan sekiranya pendudk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan" (TQS Al Araf [7]: 96).


Wallahu a'lam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak