Kebenaran Al-Quran dan Peradaban



Oleh Raissa Aditya
(Generasi Millenial Peradaban Cemerlang)

Para ahli menyelam melakukan eksplorasi pada kawasan Cenote Angelita yang ada di Meksiko. Pada kedalaman 180 kaki mereka dibuat takjub oleh sebuah fenomena. Mereka mengambil foto berupa kabut yang berputar mirip sungai mengalir dalam lautan. Kabut tersebut merupakan perbenturan dari air tawar dan juga air asin. Mereka melihat aliran mirip sungai yang ternyata berupa lapisan hydrogen sulfide. Hal ini menjadi momen dimana air sungai yang tawar terpisah dari air laut yang asin. Tanpa diketahui banyak orang, fakta ini sebenarnya sudah ada sejak lama dalam Al-Quran bahkan sebelum ada teknologi canggih yang membuktikannya.

Al-Qur’an yang menjelaskan tentang air tawar dan asin tidak tercampur ada dalam surat Al-Furqan ayat 53, yang artinya:
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.” (TQS al-Furqan [25]: 53).

Selain itu, baru-baru ini para ilmuan berhasil mengungkapkan setelah lebih dari 14 abad pencarian dan menemukan laut dua warna, seperti yang sudah dijelaskan juga dalam Al-Quran surah Al-Rahman ayat 19-22, yang artinya:
''Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka, nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.'' (TQS Al-Rahman [55]: 19-22).

Dari ratusan tempat yang diteliti, ternyata laut dua warna yang disebutkan dalam Al-Qur'an, berada di Selat Gibraltar yang menghubungkan antara Lautan Mediterania dan Samudera Atlantik serta memisahkan Spanyol dan Maroko. Di Selat Gibraltar itu terdapat pertemuan dua jenis laut yang berbeda warna. Sepertinya, ada garis pembatas yang memisahkan keduanya. Satu bagian berwarna biru agak gelap dan bagian lainnya berwarna biru lebih terang.

Menurut penjelasan para ahli kelautan, seperti William W Hay, guru besar Ilmu Bumi di Universitas Colorado, Boulder AS, dan mantan dekan Sekolah Kelautan Rosentiel dan Sains Atmosfer di Universitas Miami, Florida AS, serta Prof Dorja Rao, seorang spesialis di Geologi Kelautan dan dosen di Universitas King Abdul-Aziz, Jeddah, air laut yang terletak di Selat Gibraltar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari kadar garamnya, suhu, maupun kerapatan air laut. (republika.co.id, 12/2/2017)

Maa syaa Allah, dari sini kita tahu bahwasanya isi Al-Quran meliputi segala aspek kehidupan, mulai dari ibadah, hikmah, serta ilmu sains yang hingga kini belum sepenuhnya terungkap. Melihat dari sepanjang perkembangan ilmu pengetahuan mulai dari zaman Mesir kuno, Islam bahkan hingga kini, hanya peradapan Islamlah satu-satunya peradaban yang mampu mengiringi manusia dari masa kegelapan manuju kehidupan yang terang benderang.

Ilmuan Islam pertama yang mampu membawa pengaruh besar bagi dunia, yakni Ibnu Sina. Kontribusi beliau di dunia kedokteran tidak perlu diragukan lagi, hingga beliau mendapat julukan sebagai “Father of Doctor”. Salah satu penemuan beliau yang dipakai hingga saat ini ialah manfaat etanol sebagai pembunuh mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan infeksi pada tubuh pasien.

Yang kedua, ilmuan Islam yang juga membawa pengaruh besar bahkan menjadi inspirasi bagi para ilmuan sains Yunani, ialah Al-Khawarizmi. Beliau memperkenalkan awal memulai perhitungan manusia, yakni angka “0”. Tidak ketinggalan ilmuan dari bidang teknologi, Islam mempunyai Abbas Ibnu Firnas, ilmuan asal Andalusia ini adalah ilmuan serba bisa, pertama kali mencetuskan ide pesawat terbang yang mustahil pada saat itu, namun siapa sangka sekarang ada ribuan pesawat terbang yang sudah berlalu lalang dalam sehari di atas langit kita.

Bisa dilihat bahwa pada peradaban Islam inilah banyak lahir ilmuan-ilmuan handal yang hasil pemikirannya masih dipakai hingga sekarang. Mereka adalah generasi emas yang telah menuangkan karyanya bagi kegemilangan peradaban. Umat Islam yang dulunya adalah subjek peradaban dan pemimpin peradaban dunia, berubah menjadi objek negara-negara penjajah barat. Pemikiran pemuda muslim dirusak dengan sistem sekularisme.

Hingga sampai saat ini umat Islam dipenuhi penderitaan selama 100 tahun tanpa kepemimpinan Islam, selama itu pula keterpurukan dan kerusakan diberbagai bidang terjadi, salah satunya yaitu menipu generasi dengan menisbatkan penemuan-penemuan itu pada mereka. Peradaban yang dibangun atas dasar Al-Quran dan sunah, yang akhirnya mampu menyelaraskan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Keseimbangan antara agama dengan ilmu pengetahuan akhirnya menghasilkan karya-karya luar biasa untuk kehidupan manusia, akhirnya terkikis habis. Tidak ada lagi gambaran kejayaan peradaban yang tercermin dari pendidikan yang epic dan melahirkan generasi pemimpin emas. Tersisalah pendidikan sekuler yang menghasilkan lulusan dengan kualitas rendah.

Oleh sebab itu, benar adanya jika umat Muslim tanpa sistem Islam itu digambarkan ibarat “ayam yang kehilangan induknya”. Sekarang umat Islam dibiarkan kembali ke masa kegelapan, tidak lagi berkilau seperti dahulu. Karena Islam telah dipisahkan dari kehidupan. Bahkan umat dibuat ketakutan dengan agamanya sendiri.

Maka tidakkah kita merindukan kejayaan kita, apa alasan kita hingga tidak ingin hidup kembali ke peradaban yang mulia ini? Terlebih lagi, harus dipahami bahwasanya kemenangan dan kembalinya peradaban dibawah umat Rasulullah adalah pasti. Maka akan sangat rugi jika kita tidak turut berkontribusi mengambil bagian untuk menyongsong kembalinya peradaban gemilang tersebut. Saatnya bersiap berjuang mewujudkan janji yang pasti dari Allah dan Rasul-Nya.

Wallahu a'lam bishawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak