Ironi TKA Masuk Saat Pandemi, Islam Solusinya





Oleh : Nita Karlina 
(Aktivis Muslimah Kendari)


Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia menyatakan masuknya tenaga kerja asing (TKA) asal China dan India di tengah pandemi Covid-19 dan pelarangan mudik Lebaran merupakan sebuah ironi yang melukai kaum buruh. (Bisnis.com, 11/05/2021)

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan kedatangan TKA asal China dan India menggunakan pesawat sewa di tengah pandemi Covid-19 merupakan ironi yang menyakitkan dan mencederai rasa keadilan. Terlebih kedatangan mereka terjadi saat jutaan pemudik bersepeda motor yang bisa dipastikan sebagian besar adalah buruh dicegat di perbatasan kota.

“Ibaratnya buruh dikasih jalan tanah yang becek, tetapi TKA diberi karpet merah dengan penyambutan yang gegap gempita atas nama industri strategis. Padahal buruh yang mudik tidak mencarter pesawat, tetapi membeli sendiri bensin motor dan makannya, di saat sebagian dari mereka uang THR-nya tidak dibayar penuh oleh pengusaha,” katanya melalui keterangan resmi yang diterima oleh Bisnis pada Selasa (11/5/2021).

menurut Iqbal, kedatangan TKA dari China dan India tersebut makin menegaskan fakta UU Cipta Kerja, khususnya klaster ketenagakerjaan dibuat pemerintah untuk memudahkan masuknya TKA yang mengancam lapangan pekerjaan pekerja lokal.

Terbukti, masuknya tenaga kerja asing ke indonesia selama pandemi merupakan sebuah ironi. Di saat masyarakat banyak kehilangan pekerjaan karna covid, pemerintah malah membiarkan para pekerja asing masuk ke negeri kita dengan mudahnya. Padahal terbukti kasus sebaran varian baru adalah kasus yang di impor, di dapatkan dari mobilitas orang dan perjalanan internasiaonal. 

Sekulerisme merupakan biang dari semua kebijakan tersebut, mereka tidak lagi melihat kepentingan rakyat, melainkan asas manfaat yang mereka cari. Alasan bahwa TKA tersebut bagian dari proyek investasi asing, membuktikan bahwa kebijakan tersebut bukan untuk kepentingan rakyat. Padahal bisa jadi TKA China dan India yang masuk ke Indonesia tersebut adalah buruh kasar yang bekerja di industri-industri konstruksi, perdagangan, baja, tekstil, pertambangan nikel, dan industri-industri lain, yang semestinya bisa merekrut buruh lokal Indonesia.

Sungguh memilukan melihat negeri kita ini, tak ada masalah yang di selesaikan dengan baik, bahkan solusi yang di tawarkan mulai melenceng dari persoalan yang di hadapi. Tak ada solusi tuntas dalam setiap permasalahan, karena solusi yang di berikan berasal dari manusia, yang pada hakikatnya akan selalu mengalami perbedaan, perselisihan dan pertentangan.

Berbeda dengan islam, bukan hanya sebagai agama dalam kehidupan, tetapi ia juga dapat memberikan solusi atas setiap persoalan. Seperti halnya wabah, dalam islam wabah dapat di atasi dengan beberapa cara, yaitu: 

Pertama, perintah melakukan karantina. Hal ini sebagaimana sabda Nabi SAW : “Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kelian meninggalkan tempat itu,” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Kedua, perintah untuk menjauh dari penyakit menular.
Dari hadis Abu Hurairah, Imam Bukhari meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena lepra, seperti kamu menjauhi singa.”

Ketiga, melakukan penelusuran yang sakit dari yang sehat memisahkannya. Sebagaimana dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi bersabda:“Janganlah (unta) yang sakit itu didekatkan dengan (unta) yang sehat.

Untuk menjalankannya tentu membutuhkan peran pemimpin di tengah masyarakat, yang akan mengarahkan dan memimpin masyarakat secara tegas dan konsisten untuk menjalaninya. Nabi SAW bersabda: ” Imam (pemimpin) adalah ra’in (pengurus urusan masyarakat), dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas pengurusannya". Selayaknya, para pemimpin yang diamanahi mengurus urusan masyarakat, bersikap amanah dalam mengurus urusan masyarakat.

Di sisi lain, islam sebagai agama yang paripurna yang di mana akan ada solusi bagi setiap persoalan dalam kehidupan. Seperti halnya mengatasi perekonomian negara di saat pandemi. Dalam islam sumber-sumber pemasukannya berasal dari fai, anfal, kharaj, jizyah, dan pemasukan dari pengelolaan harta milik umum dengan berbagai macam bentuknya (seperti hutan dan barang tambang), serta pemasukan dari pengelolaan harta milik negara.

Sejatinya, kekayaan alam yang dikaruniakan Allah SWT sangat luas dan bervariasi. Jika saja dikelola dengan amanah dan sesuai dengan syariat, tentu akan mencukupi kesejahteraan masyarakat. Belum lagi dari sumber daya alam dan pemasukan lainnya. Maka, masyarakat tidak akan terbebani jika mereka harus menjalani karantina di rumah, karna semua kebutuhan mereka akan di tanggung oleh negara.

Untuk menerapkan kabijakan tersebut tentu harus di jalankan oleh pemerintahan yang berbasis islam. Yang di mana syariat-syariat islam di junjung tinggi, bukan hanya manusia yang akan merasakan keadilannya, bahkan hewan dan tumbuhan pun ikut merasakan. Sudah saatnya kembali kepada hukum Allah Swt yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Dan hukum tersebut hanya ada dalam bingkai daulah khilafah islamiyah. Wallahualam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak