Gerakan Keluarga Berdoa, Solusi Bencana?



Oleh: Amila Rosyada

Melalui cuitannya di akun Twitter @halimiskandarnu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengimbau warga desa untuk membatasi mobilitas di luar rumah sekaligus meminta warga desa selalu mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas di luar rumah.

"Tetap waspada, jaga kesehatan, patuhi protokol kesehatan; cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, selalu pakai masker, jaga jarak, hindari kerumunan, kurangi mobilitas dan jangan lupa senantiasa memanjatkan doa,"


Halim Iskandar juga mengimbau seluruh kepala desa, pendamping desa, serta seluruh warga desa untuk melakukan doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing yang digelar secara rutin di desa-desa. Dimulai serentak pada Minggu (4/7/2021) pukul 18.00 Waktu setempat di kediaman masing-masing dengan harapan agar pandemi dan lonjakan kasus COVID-19 segera berakhir. "Doa bersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing," pesan Halim Iskandar.

Doa merupakan salah satu bentuk upaya manusia memohon pertolongan terhadap Dzat yang maha segalanya selagi berusaha dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah.
Imbauan doa bersama juga berarti bentuk pengakuan terhadap lemahnya manusia dan tiada daya upaya selain meminta pertolongan Allah, termasuk dalam menghadapi wabah lonjakan kasus COVID-19 ini.

Sekilas, wabah COVID-19 ini menjadi pengingat bagi manusia untuk kembali mengakui kelemahannya, menghapus kesombongannya, dan tiada jalan lain kecuali bertaubat dan meminta pertolongan pada Allah semata. Sejatinya manusia sering terlena akan dunia yang fana dan baru tersadar ketika ditimpa sengsara dan bencana. 

Bukan hanya sekedar imbauan, doa bersama harusnya juga menjadi salah satu perintah atau langkah yang dimaksimalkan. Gerakan doa bersama merupakan upaya yang tepat digalakkan bukan hanya untuk keluarga, tapi juga seluruh masyarakat terdampak wabah termasuk didalamnya para pembuat kebijakan di negeri ini.

Wabah COVID-19 ini seharusnya juga menjadi pengingat akan sebetapa jauhnya kita dari Allah, seberapa banyak kita mengabaikan perintah-Nya dan berbuat keonaran di atas bumi-Nya. 

Sebagaimana yang tercantum dalam firman-Nya dalam surah Ar-Rum ayat 41 yang artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”


Islam merupakan agama yang lengkap dan paripurna. Dalam setiap permasalahan, islam selalu memiliki solusi jitu untuk menyelesaikannya, termasuk dalam menangani wabah dan krisis yang dahsyat sekalipun. Islam mengajarkan bertaubat untuk mengatasi wabah sebagai bagian dari ketaatan total. 

Maka bukan taubat saja yang harus dijalankan, namun seluruh perintah syariat dalam mengatasi wabah. Maka dari itu, tidak berhenti dengan gerakan doa bersama saja, melainkan seharusnya taubat nasuha yang diikuti dengan gerakan kembali melaksanakan hukum Allah secara sempurna oleh seluruh masyarakat dan juga pemerintah.

Jangan sampai kita menjadi manusia yang hanya ingat kepada Allah ketika tertimpa bencana dan kembali lupa serta bermaksiat ketika hidup kembali aman. Taubat nasuha bukan hanya berdoa meminta pertolongan, melainkan memohon ampunan serta kembali manaati dan melaksanakan perintah-Nya. 

Taubat nasuha berarti totalitas kembali kepada hukum Allah, sehingga tidak lain dan tidak bukan adalah sekaligus dengan mengganti sistem pemerintahan sesuai dengan syariat-Nya yaitu dengan sistem pemerintahan Khilafah.

Merubah sistem pemerintahan yang rusak dan menggantinya dengan sistem pemerintahan yang diridhoi Allah merupakan salah satu bentuk taubat nasuha. Dengan diterapkannya sistem pemerintahan Khilafah maka bisa dipastikan diterapkan pula peraturan yang sesuai dengan syariat Islam, sehingga seluruh masyarakat kembali menerapkan hukum Allah. 

Tanpa adanya sistem pemerintahan Khilafah maka hukum Allah tidak bisa diterapkan secara totalitas, melainkan hanya beberapa saja dan oleh segelintir masyarakat. Maka dari itu, gerakan doa bersama tidak bisa menjadi solusi tuntas wabah apabila tidak dilanjutkan dengan adanya gerakan taubat nasuha yaitu dengan kembali menerapkan sistem pemerintahan Khilafah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak