Ayah, Bunda.... itu fitrahmu!






Oleh : Ummu Aqeela

Tahun ajaran baru 2021/2022 sudah kembali berlangsung ditengah masa pandemi Covid-19. Selain itu juga bersamaan dengan penerapan PPKM Darurat yang dilakukan untuk menekan laju kasus Covid-19 di Pulau Jawa dan Bali dan zona merah lainnya.


Dikutip dari instagram Direktorat SD Kemendikbudristek di @ditpsd, Senin (12/7), kebijakan pembelajaran di masa pandemi sesuai dengan Instruksi Mendagri No 15/2021 tentang PPKM Darurat dan Instruksi Mendagri No 14/2021 tentang PPKM Berbasis Mikro. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) wajib dilakukan melalui daring bagi kabupaten/kota sasaran PPKM Darurat. Selain itu juga dilakukan daring di kabupaten/kota diluar sasaran PPKM Darurat yang berada di Zona Merah. Selain daring, KBM dapat dilakukan melalui PTM Terbatas dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat bagi kabupaten/kota diluar sasaran PPKM Darurat yang berada di zona selain Merah. ( Sindonews.com, Senin 12 juli 2021 )


Pandemi Covid-19 menuntut peran orang tua untuk aktif secara maksimal dalam pembelajaran anak. Peran orang tua dalam membantu anak belajar dari rumah di antaranya memastikan anak belajar daring dengan aman. Orang tua juga harus memperhatikan akses yang dilakukan anak terhadap internet. Karena tak bisa dipungkiri perkembangan teknologi saat ini selain berdampak positif juga negatif terhadap perkembangan anak.


Salah satu ajaran yang terkenal dari sang bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara adalah “ Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.” Bahwa setiap jiwa manusia hendaknya mampu menjadi seorang guru atau panutan bagi orang lain, minimal bagi lingkup terkecil yaitu keluarganya. Sedangkan setiap rumah hendaknya menjadi wadah pertama dan utama dalam penanaman pendidikan dari dasar dan menguatkan satu sama lain di masing-masing anggota keluarganya.


Anak merupakan titipan Allah yang kelak akan hidup mandiri dan lepas dari orang tuanya. Karenanya ia harus dibekali dangan keimanan yang kuat dan aturan yang tegas dalam menjalani kehidupan. Begitu pun bagi pendidik, anak adalah amanah yang harus dididik agar kelak ia dapat menjalani kehidupannya dengan bekal pengetahuan dan pengajaran dari sang pendidik. Pada umumnya, orang tua atau pendidik hanya menjadikan buku-buku psikologi sebagai referensi pendidikan bagi anak-anaknya. Jarang sekali diantara mereka yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan dalam menerapkan pendidikan. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alalmiin mempunyai metode dan cara yang spesifik untuk memperbaiki dan mendidik anak. Cara pendidikannya tentu disesuaikan dengan tingkatan umur dan kematangan berfikirnya.


Keterlibatan orang tua merupakan faktor utama bagi keberhasilan pendidikan karakter siswa di sekolah. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan pertama bagi anak adalah pendidikan oleh orang tuanya di lingkungan keluarga. Anak yang memiliki hubungan keluarga dengan baik akan cenderung lebih baik pendidikannya di sekolah, begitu pun sebaliknya jika anak memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarganya akan cenderung kurang baik pendidikannya di sekolah.


Di dalam ajaran Islam sebenarnya telah banyak dijelaskan tentang tuntunan dalam mendidik anak, salah satunya di dalam surat At-Tahrim Ayat 6 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. Perintah untuk menjaga diri dan keluarga itu berada di pundak orang tua. Itu artinya ini sebuah amanah besar bagi orang tua untuk menjalankan perannya sebagai orang tua dalam mendidik anak, dalam hal ini khususnya pendidikan, karakter atau akhlak bagi putra putrinya.


Orang tua yang memiliki akhlak yang baik tentunya akan menjadi role model bagi anaknya. Dan dengan dukungan akhlak yang dimiliki pula menjadi daya dorong orang tua untuk menunaikan amanahnya sebagai penanggung jawab utama bagi anaknya. Untuk itu tetaplah bersemangat, tanpa mengeluh, meskipun saat ini tanggung jawab penuh ada dipundakmu (orang tua). Terus berproses menjadi orang tua seperti fitrah seharusnya, dan mendidik calon-calon generasi masa depan dengan kekuatan juang penuh menegakkan Islam sebagai aturan yang memuliakan.


Wallahu’alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak