Pelajar dan Aktivis Dakwah
Di tengah pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir dua tahun, setidaknya kita memperoleh hikmah menarik. Betapa luar biasanya sistem pernafasan manusia. Dalam sehari manusia bernafas sekitar 23 ribu kali. Udara yang kita hirup rata-rata 6,3 sampai 13 liter permenit, berarti sekitar 492 sampai 1000 galon perhari. Dalam sistem ini terdapat organ penting, yaitu paru-paru. Organ ini beroperasi sangat menakjubkan tanpa disadari oleh manusia. Semua dirancang dengan sangat detail dan teratur.
Al-Qur’an adalah kalamulLah. Kitab suci yang merupakan firman Allah Swt. Dialah Penguasa alam semesta, manusia (dengan seluruh sistem anatomi dan fisiologisnya) dan kehidupan. Al-Qur’an bukan larangan manusia, baik Arab maupun non-Arab. Al-Qur’an juga bukan karangan Nabi Muhammad saw. Maka tidak ada pilihan bagi seorang muslim kecuali hanya berpedoman pada Al-Qur’an. Allah Swt. berfirman:
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Mahatahu.”(TQS al-An’am [6]: 115)
Qatadah mengatakan, maksudnya benar dalam ucapan-Nya dan adil dalam semua keputusan-Nya. Selalu benar dalam pemberitaan dan adil dalam tuntutan. Setiap yang Allah Swt. beritakan adalah benar. Tiada keraguan dan kebimbangan padanya. Semua yang Allah Swt. perintahkan adalah adil. Tiada keadilan selain keadilan-Nya. Setiap yang Allah Swt. larang adalah batil. Sungguh tidak sekali-kali Allah Swt. melarang, melainkan karena adanya mafsadat (kerusakan) pada yang Dia larang (Tafsir Ibnu Katsir, 3/322).
Respon yang tegas menunjukkan keyakinan Islam yang kuat dan lurus. Jika ada yang menyatakan respon tegas ini dimaknai kaku, intoleran dan radikal, maka ada persoalan pada mindset orang yang membuat pernyataan tersebut.
Al-Qur’an adalah cahaya petunjuk yang menerangi kehidupan yang gelap gulita. Siapa saja yang mengabaikan Al-Qur’an akan terjerumus ke dalam jurang kegelapan dosa. Siapa saja yang berpegang teguh pada Al-Qur’an maka ia akan selalu diliputi cahaya petunjuk dan tidak akan tersesat selamanya.
“Aku telah meninggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selamanya selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku.” (HR Al-Hakim)
Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia dalam semua aspek kehidupan.
“Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu serta petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (TQS an-Nahl [16]: 89)
Faktanya, Al-Qur’an tidak hanya menjelaskan perkara akidah, ibadah, hukum makanan, pakaian dan akhlak. Di dalam Al-Qur’an pun terdapat ayat-ayat yang menerangkan tentang kepemimpinan dan pemerintahan beserta hukum yang wajib diterapkan dalam kehidupan. Juga tentang jihad, harta rampasan perang, sanksi bagi pencuri, pezina dan lain-lain.
Oleh karena itu, sekularisme jelas bertentangan dengan Islam dan harus ditinggalkan. Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Dalam pandangan kaum sekuler, agama boleh ada, namun tidak boleh mengatur kehidupan publik, seperti negara, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, keamanan dan berbagai kehidupan lainnya. Agama dibatasi hanya untuk mengatur kehidupan privat, seperti dalam masalah ibadah, moral dan keluarga.
Paham sekularisme inilah yang secara faktual berlangsung di negeri ini mulai rezim Orde Lama hingga sekarang. Bahkan kondisi saat ini lebih parah karena yang berlaku adalah sekularisme radikal. Sekularisme radikal betul-betul mengebiri Al-Qur’an. Syariah Islam dijauhkan sama sekali dalam pengaturan urusan publik di negeri ini. Sekularisme radikal bukan sekadar memisahkan agama dari kehidupan, namun sudah pada taraf memusuhi agama. Misalnya pernyataan dari pejabat publik bahwa musuh terbesar Pancasila adalah agama. Jadi, tidak aneh jika dalam Tes Wawasan Kebangsaan ada pertanyaan, “Pilih Al-Qur’an atau Pancasila?” Inilah paham sekularisme radikal.
Inilah yang sekarang dialami negeri ini. Korupsi semakin menggila. Utang semakin menggunung. Tembus 6.5000 Triliun rupiah. Pajak diperluas dan dinaikkan sehingga mencekik rakyat. Sumberdaya alam diprivatisasi dan banyak dikuasai asing. Jumlah rakyat miskin semakin banyak, juga kriminalitas yang semakin meningkat dan lain-lain.
Maka dari itu, tidak ada pilihan bagi kita selain terus berjuang menjemput pertolongan Allah Swt. sehingga Islam kembali berjaya dan syariat-Nya kembali diterapkan di seluruh aspek kehidupan.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.
(Sumber: Buletin Kaffah)
Tags
Opini