Oleh : Ummu Hanif
(Pemerhati Sosial dan Anak)
1 Juni diperingati sebagaian negara di dunia sebagai Hari Anak Internasional. Hari Anak dirayakan di banyak negara di seluruh dunia untuk menghormati anak-anak dan meningkatkan kesadaran akan hak-hak anak. Hari Anak yang dirayakan pada 1 Juni dikenal juga Hari Perlindungan Anak Internasional (terkadang juga disebut sebagai Hari Anak Internasional) ditetapkan oleh Women's International Democratic Federation selama kongres tahun 1949 yang diadakan di Moskow.
Perayaan pertama berlangsung pada tanggal 1 Juni 1950. Dilansir Any Day Guide, saat ini, Hari Anak Internasional dirayakan pada tanggal 1 Juni terutama di negara-negara seperti Rusia, Yugoslavia, serta beberapa negara Eropa, Afrika, Asia dan Amerika Latin lainnya. Hari Anak Internasional (1 Juni) ini biasanya ditandai dengan berbagai kegiatan seperti kontes, pertunjukan, liburan bersama anak, dan lain-lain agar anak bersenang-senang. Di beberapa negara, Hari Perlindungan Anak Internasional dirayakan sebagai hari libur, seperti di Cape Verde, Laos dan Mongolia. Di Cape Verde hari ini disebut sebagai Hari Pemuda, dan di Mongolia dikenal sebagai Hari Ibu dan Anak.
Tanggal hari anak dapat berbeda di setiap negara, meskipun, umumnya tanggal 20 November sering kali merupakan tanggal yang dipilih karena ini adalah tanggal ketika Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak Anak pada 1959. Ini juga merupakan tanggal pada tahun 1989 ketika Sidang Umum PBB mengadopsi Konvensi Hak Anak. maka sejak 1990, banyak negara yang memperingati Hari Anak Sedunia dengan mengambil tanggal 20 November.
Namun bisa kita saksikan bersama, peringatan-peringatan itu hanya bersifat seremonial belaka. Bagaimana tidak, jikalau dunia benar-benar menaruh perhatian lebih terhadap kesejahteraan anak maka tak akan ada lagi dentuman bom di Palestina. Tanpa menafikkan seluruh persoalan anak yang ada di seluruh dunia, anak-anak Palestina adalah fakta real korban ketidakadilan.
Direktur Save The Children di wilayah Palestina, Jason Lee, mengungkapkan sedikitnya 60 anak Palestina terbunuh di Gaza dalam sepekan terakhir serangan Israel pada bulan lalu. Berdasarkan laporan timnya, Jason Lee mengungkapkan tim medis di Gaza kesulitan merawat korban pemboman, termasuk anak-anak, karena jaringan listrik rusak. Pasokan bahan bakar, yang merupakan satu-satunya sumber tenaga listrik di Jalur Gaza, kian menipis. Sementara Israel telah memblokade perbatasan tempat masuknya bahan bakar ke Gaza.
Save the Children memperingatkan akan adanya dua guncangan terhadap warga sipil di Gaza. Pertama, pemboman Israel yang terus berlanjut, akan merusak fasilitas kesehatan dan infrastruktur sehingga warga Gaza akan sulit mendapat pasokan hidup. Kedua, anak-anak Gaza yang sakit kritis dan terluka tidak dapat meninggalkan daerah itu untuk mendapatkan perawatan lebih memadai.
Fakta terpuruknya kondisi anak-anak Palestina, semakin membuktikan bahwa ide HAM yang sudah dibanggakan oleh Demokrasi telah sirna. Peringatan hari anak internasional pun kehilangan makna.
Pendudukan kaum Zionis atas Palestina bukan sekadar mengakibatkan kematian ratusan ribu warganya, tetapi juga menciptakan penderitaan yang berkepanjangan yang dialami jutaan warga lainnya yaitu Palestina. Dengan demikian, masih bercokolnya kaum penjajah Zionis Israel inilah yang menjadi pangkal persoalan di tanah Palestina dan menyebabkan penderitaan kaum muslim berkepanjangan. Sedangkan mengusir Israel tidak bisa dengan sekadar bantuan uang dan obat-obatan, apalagi hanya dengan retorika. Israel hanya bisa diusir dari tanah suci dengan mengerahkan pasukan militer negara – negara islam di dunia. Dan semua itu, meniscayakan persatuan keseluruhan umat muslim di dunia. Wallahu a’lam bi ash showab.