RENOVASI TANPA HENTI IDE “KESETARAAN GENDER”

 

Kesetaraan gender
(Sumber gambar: google) 

Oleh : Ummu Syaiq



Perempuan kembali menjadi sorotan karena menjadi pelaku dalam serangan teror di dua kejadian terakhir di Makassar dan Jakarta. Para pegiat gender menyoroti perubahan kondisi perempuan. Dulu sebagai korban aksi terorisme, sekarang sebagai subjek, pelaku langsung aksi terorisme.

Munculnya perempuan sebagai pelaku teror, menurut para pegiat gender, disebabkan budaya patriarki dan doktrin hukum Islam yang kuat. Mereka dianggap “terpaksa” sebagai pelaku akibat tunduk pada suami yang memiliki relasi kuasa atas istri dan tergantung secara nafkah. 


Narasi “perempuan pelaku terorisme” sepertinya sengaja digulirkan untuk mengopinikan solusi yang sejalan dengan ide kesetaraan gender, mengacu kepada area kritis BPfA sebagaimana yang disampaikan para pegiat gender. Mengincar Generasi Muslimah Milenial Moderasi Islam dengan pintu masuk ide-ide feminisme sampai detik ini masih terus dikampanyekan, bahkan semakin masif merangsek ke segala aspek kehidupan. Kampanye itu kini banyak menyasar generasi muda, calon penerus dan pemimpin masa depan, baik melalui jalur pendidikan formal, maupun nonformal melalui penggaungan jargon-jargon ala feminis yang menyesatkan. 


Potensi demografis umat Islam dunia yang didominasi usia muda dengan karakter pemuda yang bersemangat, produktif, dan jiwa pergerakan, terutama kalangan milenial muslimah, merupakan potensi yang besar untuk kebangkitan kembali peradaban islam. Potensi ini membuat Barat khawatir. Barat merencanakan bagaimana menghentikan pertumbuhan generasi muda yang Islami dengan melibatkan generasi muda milenial yang sudah lebih dahulu berhasil “dimoderasi” keberislamannya.


Kaum feminis digandeng para pengusung ideologi kapitalisme-sekuler karena permusuhannya yang sangat nyata dengan Islam dan syariatnya. 

Kesetaraan gender, sebagai tujuan ke-5 SDGs, adalah senjata penjajahan Barat yang diselubungi utopia kesejahteraan perempuan. Kemajuan” gender yang dipropagandakan hanyalah mantra sihir yang menyuburkan mimpi perempuan dan keluarganya untuk meraih kebahagiaan semu.


Sangat disayangkan jika narasi “kesetaraan gender” yang menyerang syariat Islam, walaupun telah terbukti gagal, tetap saja ‘dipungut’ oleh sebagian perempuan, khususnya kaum muslimah. 

Untuk menjejalkan konsep kesetaraan gender ke negeri-negeri muslim, kaum feminis mengemas propaganda kesetaraan gender dengan kampanye opini yang tampak manis. 


Realitasnya, feminisme dan cita-cita kesetaraan gendernya, merupakan konsep yang cacat secara rasional, merusak secara sosial, dan telah menimbulkan banyak kerusakan. Feminisme tidak dapat mewujudkan kehidupan yang adil dan bahagia bagi kaum perempuan, sebagaimana janji-janjinya. Sebaliknya, malah membebani mereka dengan tanggung jawab ekstra, peran ganda, pengasuhan dan pencari nafkah sekaligus. Hal inilah yang menyebabkan kaum perempuan menjadi lebih mudah stres bahkan depresi, yang pada gilirannya akan mengantarkan pada hilangnya ketenangan hidup. Ide-ide sesat itu justru hanya akan menjadi penghalang tegaknya perisai umat Khilafah, yang dengan syariat Islamnya diyakini akan mampu menyelesaikan berbagai permasalahan umat manusia, termasuk kaum perempuan. Oleh karena itu, kelangsungan kehidupan demokrasi- sekuler di negeri - negeri muslim yang akan berujung pada ketahanan yang terus berulang lagi kaum perempuan. Padahal, Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda, “Dan seorang mukmin tidak akan terjatuh dalam lubang yang sama duakali.”(H.R.Muslim,No.5317)


Islam memang mengharuskan setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan untuk menerapkan Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan. Namun, dalam perjuangan untuk dapat menerapkannya, wajib meneladani perjuangan Rasulullah dalam menegakkan Islam, yakni bersifat pemikiran, politik, dan tanpa kekerasan. Seorang muslim haram melakukan tindakan menakut-nakuti manusia, apalagi membunuhnya, termasuk merusak berbagai fasilitas umum dalam rangka perjuangan ini.

Oleh karena itu, tindak terorisme seperti di atas jelas tidak ada tuntunannya dalam Islam. Dalam Q.S. al-Maidah ayat 32, Allah Swt menyatakan bahwa membunuh seorang manusia tanpa hak, sama seperti membunuh manusia seluruhnya.


“Oleh karena Itu Kami Tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan ( membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui atasi bumi”.(al-Maidah[5]:32)


Terkait Beberapa Aturan Islam Yang Berbeda Antara Laki-laki-laki dan perempuan, semua itu bukan dalam rangka merendahkan perempuan, bahkan sejatinya merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT Pencipta manusia, yang Maha Mengetahui detil perbedaan fungsi manusia berdasarkan jenis kelaminnya. Demikian halnya ketika Islam menetapkan laki-laki sebagai pemimpin negara, ia wajib mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyatnya, baik laki-laki maupun perempuan. Begitu juga kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga, termasuk tanggungjawabnya dalam mengkaji keluarga, bukanlah bentuk inferioritas perempuan. 


Dalam bingkai keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, semua itu menjadi satu tatanan yang harmonis, yang menjamin ketenangan semua pihak. Inilah yang tidak akan pernah dipahami Oleh Barat,termasuk para pegiat gender dan semua pihak yang menjadikan alasan hak asasi manusia sebagai landasan hidupnya. Kehidupan harmonis dalam ketaatan kepada Allah tersebut hanya dapat terwujud ketika aturan Allah diterapkan secara kaffah dalam kehidupan, saat seorang khalifah memimpin penerapan Islam menyeluruh di dalam negeri, penyebaran Islam ke seluruh dunia, sekaligus menyetop tipu daya dan makar jahat orang dan negara- negara kafir penjajah terhadap Islam dan umatnya. InshaAllah

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak