Potret Nestapa Idul Fitri Karena Tiada Junnah



Oleh: Naini MS

Palestina kembali dibombardir oleh Israel di akhir-akhir Ramadhan ini. Hal itu bermula saat Polisi Israel mengusir serta menembaki kaum Muslimin yang tengah melakukan shalat tarawih di kawasan Masjidil Aqsa. Banyak kaum Muslimin yang terluka. Tentunya, di saat seluruh kaum Muslimin tengah berbahagia menyambut hari kemenangan, Idul Fitri, yang terjadi di sana justru kondisi yang sangat berkebalikan. Sebab, kaum Muslimin di Palestina tengah berjuang menghadapi serangan Zionis Israel yang membombardir kawasan Gaza Palestina dengan rudal-rudal mereka.

Militer Israel terus melancarkan serangan-serangan udara ke wilayah Gaza. Korban jiwa warga Palestina pun terus berjatuhan. Serangan Israel yang bertubi-tubi telah membuat dua juta warga Palestina di Gaza menderita.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (19/5/2021), Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan, rentetan gempuran Israel yang nyaris tanpa henti telah menewaskan setidaknya 217 warga Palestina, termasuk 63 anak-anak, dan melukai lebih dari 1.400 orang hanya dalam waktu seminggu di wilayah yang dikuasai kelompok Hamas tersebut.

Hal yang sama terjadi di Xinjiang, China. Suasana akhir Ramadan dan Idul Fitri bagi masyarakat Muslim di kota ini tak semeriah saudara seiman mereka yang lain di dunia. Masyarakat Muslim yang kebanyakan adalah bagian dari suku Uighur dan minoritas lainnya merayakan Idul Fitri kali ini dengan tekanan, setelah puluhan masjid dihancurkan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China telah meningkatkan kontrol dari aktivitas tradisi dan kegiatan beragama di tempat publik di Xinjiang. Sejumlah gambar satelit dan analisis visual oleh Earthrise Alliance kepada AFP menunjukkan ada 36 masjid dan bangunan keagamaan lainnya yang diruntuhkan atau dihapus oleh pemerintah setempat sejak 2017 (cnnindonesia.com, 08/06/2019).

Nasib yang sama juga dialami oleh umat muslim di Kashmir dan Rohingya. Dilansir Anadolu Agency, Selasa (9/3), berdasarkan laporan dari Ontario International Development Agency (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar.

Lebih dari 34 ribu pengungsi Rohingya dilempar ke dalam api, lebih dari 114 ribu lainnya dipukuli, dan sebanyak 18 ribu wanita diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar. Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya yang mayoritas wanita dan anak-anak melarikan diri dari Myanmar.
 Mereka menyeberang ke negara tetangga seperti Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017.

Dikutip dari cnnindonesia.com, Di minggu terakhir Ramadan di tengah pandemi virus corona, 172 juta Muslim India sedang mempersiapkan Idulfitri yang biasanya diisi dengan kegiatan belanja, Salat Id, dan kunjungan ke rumah kerabat. Para pemimpin agama telah mendesak orang-orang untuk tetap tinggal di dalam rumah dan menghindari kelompok-kelompok besar pada hari Lebaran, sejalan dengan larangan berkumpul dari pemerintah.

Penguncian negara (lockdown) yang diperpanjang di India untuk memerangi pandemi virus corona telah menutup sekolah, tempat kerja, transportasi dan industri.
Tetapi pembatasan perjalanan, keamanan, dan informasi bukanlah hal baru bagi penduduk di bagian Kashmir yang dikontrol India. Lebih dari 7 juta penduduk wilayah itu dipaksa untuk tinggal di dalam rumah selama berbulan-bulan pada bulan Agustus tahun lalu, ketika India menanggalkan semi-otonomi Kashmir yang bergolak dan memberlakukan pemadaman komunikasi total.

Pemerintah di Jammu dan Kashmir yang dicaplok India, pada hari Ahad memperpanjang penguncian total yang sedang berlangsung selama seminggu, menjelang perayaan Idul Fitri bagi umat Muslim. Pihak berwenang mengatakan jam malam, yang seharusnya berakhir pukul 7 pagi pada 10 Mei, telah diperpanjang hingga 17 Mei. Pada 29 April, administrasi mengumumkan penguncian yang ketat, dengan hanya layanan penting seperti perusahaan makanan dan rumah sakit yang diizinkan beroperasi. Wilayah sengketa, yang telah mendaftarkan total 211.742 kasus dan 2.672 kematian, pada Sabtu mencatat 60 kematian terkait (indonesiainside.id).

Kashmir dikuasai oleh India dan Pakistan sebagian dan diklaim keduanya secara penuh. Sebagian kecil wilayah itu juga di bawah kendali China. Sejak mereka dipecah pada tahun 1947, kedua negara telah berperang tiga kali, dua di antaranya memperebutkan Kashmir.

Begitulah, potret Idul Fitri kaum muslimin tanpa junnah, sangat kentara di wilayah pendudukan, wilayah muslim yang tertindas seperti Palestina, Uigur, Rohingya, Kashmir dan wilayah kaum Muslim berada.

Kaum Muslimin butuh pelindung. Mereka butuh tentara yang membebaskan, bukan sekedar makanan dan obat. Beginilah jika Junnah kaum muslimin hilang. Islam dihinakan. Penganutnya terhina. Penjajah menginjak harga diri umat tanpa takut apapun. Melakukan genocida tanpa ampun. Membunuh, memperkosa tanpa rasa bersalah sedikitpun. Karena mereka menyakini tidak akan ada yang melawan mereka. Semua negeri Islam dalam kendali  lewat perjanjian internasional. Begitupula konsep nations state, membuat para pemimpin Islam lumpuh total. 

Hal ini mengingatkan kita bahwa kaum Muslimin sedunia butuh junnah yakni Khilafah untuk memberi jaminan rasa aman dan perlindungan dari beragam serangan, ancaman dan memberikan kesejahteraan.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)

Sebagaimana yang dilakukan Khalifah Al Mu’tashim Billah yang demi melindungi kehormatan seorang muslimah mengerahkan ribuan pasukan menuju kota Ammuriah. Dari perang tersebut 9000 tentara Romawi terbunuh dan 9000 lainnya menjadi tawanan. Pun juga yang dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II yang dengan tegas menolak permintaan Yahudi yang ingin menguasai tanah Palestina. Padahal kondisi Khilafah Usmani saat itu sudah melemah. Namun, Khalifah masih memiliki taring keberanian menolak upaya Yahudi yang penuh kelicikan tersebut.

Kiranya hal itu bisa dijadikan sebagai semangat untuk senantiasa berjuang demi tegaknya Islam di muka bumi ini. Sehingga keberadaan Khalifah sebagai junnah benar-benar akan terwujud dan mampu melibas siapapun yang berusaha menghancurkan kaum muslimin.

Wallahu a’lam bish showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak