Politik Islam Substansial, Islamophobia Kian Kental



Oleh : Ummu Hanif, Pengamat Sosial Dan Keluarga

Partai Amanat Nasional (PAN) kembali menegaskan sikap mereka yang tidak tertarik bergabung dalam “poros Islam”. Melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) PAN, Eddy Suparno. Dia menyatakan bahwa PAN kini mengedepankan politik Islam substansial. Melalui politik Islam substansial, PAN pasca-Amien Rais ingin menjadi partai yang hadir di tengah-tengah masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan mereka. PAN ingin mengedepankan politik kemajemukan dan politik yang merangkul seluruh elemen.

Wacana poros Islam dipandang hanya akan menghasilkan pembelahan di masyarakat. Politik identitas juga dinilai hanya menghasilkan dampak negatif dan mudarat. (www.republika.co.id, 28/5/2021)

Senada seirama dengan Sekjen PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa kesamaan ideologi menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam membangun koalisi. Salah satu partai yang dinilai PDIP cocok untuk diajak kerja sama politik yaitu PAN.

Diakui atau tidak, islamofobia telah merasuk ke jiwa kaum muslimin saat ini. islamophobia telah memandulkan cara berpikir banyak kaum muslimin bahkan para politisinya.

Akibat islamofobia, seorang muslim merasa tidak berdosa mengingkari ajaran Islam hanya agar diakui sebagai manusia yang inklusif atau terbuka. Begitu fobianya terhadap agama, sampai-sampai lafaz partai Islam, poros Islam, ideologi Islam, dan negara Islam pun dipermasalahkan.

Kaum islamofobia kronik merasa menjadi manusia paling bijak, paling baik, paling benar dengan tidak membawa Islam simbolis dalam kancah politik. Sebaliknya, menuduh sesama muslim yang mengupayakan formalisasi Islam dalam politik negara sebagai radikal, pemecah belah, hingga pembawa mudarat.

Kalau kita kembali membuka berbagai kitab karya ulama terdahulu, kita akan dapati, sungguh substansi ajaran Islam adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt. Tidak dikatakan menjalankan Islam jika justru menjauh dari ketaatan. Implementasi ketaatan yang paling mudah dilihat adalah sejauh apa ajaran Islam boleh diterapkan dalam kehidupan umat. 

Islam bukan agama
prasmanan yang bisa diambil sesuai selera, lalu dibuang sebagian lainnya. Dikotomi Islam simbolis dan Islam substansial hanyalah akal-akalan kaum sekuler untuk menghindarkan umat dari tanggung jawab mereka menerapkan Islam secara kafah. Dan untuk menerapkan Islam secara kafah membutuhkan kekuatan/kekuasaan. Karena negara adalah satu-satunya metode praktis untuk mengimplementasikan ketaatan total kepada Allah Swt.

Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak