Perundingan Damai untuk Memgakhiri Kebiadaban Israel




Oleh : Yuni Nisawati

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi menegaskan pentingnya Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng, menyusul pengumuman gencatan senjata di Gaza. Menlu menyampaikan pernyataan itu dalam pertemuan tertutup dengan sejumlah menteri luar negeri dan Presiden Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volkan Bozkir di New York. (https://www.viva.co.id/21/05/2021)


Sekita satu juta warga Palestina telah ditangkap oleh pasukan Israel sejak perang Timur Tengah tahun 1967, menurut laporan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal pada sabtu 5 Juni 2021. Sekitar 17.000 perempuan dan 50.000 anak-anak termasuk antara mereka yang ditahan, kata LSM Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, dikutip dari Ana dolu Agenci, LSM mengatakan lebih dari 54.000 perintah penahanan administratif dicatat sejak tahun 1967. Kebijakan penahanan administratif memungkinkan Israel untuk memperpanjang penahanan seseorang tahanan tanpa tuduhan atau pengadilan. (www.pikiran-rakyat.com/05/06/2021)


Pertemuan tertutup bertujuan untuk mewujudkan perdamaian adalah hal yang sia-sia. Pasalnya penyerangan Israel kepada Palestina merupakan penjajahan dan tidak mungkin Israel melepaskan Palestina begitu saja. Karena tujuan Israel adalah merebut tanah Palestina khususnya Al-Aqsha. Apalagi hampir semua negara di dunia adalah antek-antek Israel. Sudah pasti mereka akan memihak Israel dan memenangkan Israel. Bahkan beberapa negara islam pun memiliki hubungan perjanjian perdagangan dengan Israel, jadi mereka tidak dapat membantu Palestina secara total. Perundingan Perdamaian tersebut bisa jadi hanya kamuflase untuk membuat masyarakat dunia yang berbondong-bondong melakukan aksi membela Palestina agar ssdikit tenang. Namun pada kenyataannya, Palestina tetaplah terjajah dan tertindas.


Selama berpulu-puluh tahun Palestina tertindas dan terjajah. Banyak wanita dan anak-anak yang terbunuh dan terpenjara. Bahkan nama Palestina telah menghilang di peta dunia. Nama tersebut diganti dengan nama Israel. Sedikit demi sedikit wilayah Palestina diambil oleh Israel. Bahkan secara sepihak Amerika mengesahkan Yerussalem sebagai ibu kota Israel, dan memindahkan kedutaan Amerika di Tel Aviv ke Yerussalem. Israel dan Palestina bukanlah permasalahan sengketa tanah. Namun ini adalah penjajahan dimana Palestina adalah korbannya. Banyak wanita dan anak-anak yang terbunuh. Rudal-rudal Israel yang menjatuhi rumah-rumah mereka dan membuat mereka kehilangan tempat tinggal, keluarga, bahkan nyawa.


Sudah saatnya umat islam sadar fakta-fakta tersebut. Karena Palestina membutuhkan pertolongan umat islam diseluruh dunia. Namun hal itu tidak akan terjadi apabila negara-negara kaum muslimin masi tetap menggunakan sistem demokrasi. Sistem demokrasi adalah sistem dari negara-negara barat untuk mempertahan kekuasaannya. Mereka tidak akan membiarkan kaum muslimin bangkit selama sistem itu masi digunakan. Hanya sistem islam yang mampu membebaskan dan menolomg saudara-saudara kita yang tertindas. Hanya sistem islam yang mampu melindungi mereka dan mengusir para penjajah-penjajah itu keluar dari tanah mereka.Karena itulah kita perlu belajar mengenai islam secara kaffah dan menyebarkannya kepada orang-orang yang belum memahaminya. Agar umat segera bersatu, dan dapat menolong saudara-saudara muslim yang tertindas.


“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah padanya dan bertawakallah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  (Q.S. Al-Anfal: 61).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak