Peran Al I'lam dalam Membesarkan Opini Islam



Peran Al I'lam dalam Membesarkan Opini Islam

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban


Pernah mendengar istilah pemimpin turun gunung? Pasti teringat salah satu pemimpin partai yang karena kisruh hingga turun gunung menangani sendiri kekisruhan itu. Tapi yang ini, luar biasa, sosok istimewa yang selama ini hanya bisa dilihat di flyer, video, atau channel YouTube. Bisa saya lihat nyata meski via layar zoom. Ya, bagi saya, Ustaza Ratu Erma adalah salah satu sosok mengagumkan, dan hari ini bertepatan dengan hari Selasa, 1 Juni 2021 beliau berkenan hadir dalam acara halal bihalal kerjasama WCWH dan Lensamedia news.


Beliau mengawali penjabaran dengan QS an-Nisaa 4:83 yang artinya," Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu)".


Ada dua kata yang mengindikasikan bahwa ini adalah tentang media, yaitu perkara (Amrun) dan menyiarkannya ( da'awa bihi). Perkara itu tentang keamanan dan rasa takut, dan itu secara syariat ada pada kewenangan negara. Langsung berada di bawah Kholifah. Namun, ketika berada di bawah kekuasaan sekularisme maka, justru yang berlaku adalah kebebasan berpendapat. Berputar-putar bak lingkaran setan.


Media hari ini berputar hanya pada penguasa dan pengusaha, yang pada akhirnya menjadi alat penjajahan baru. Memagari dunia dengan link-link yang besar, agar kebenaran yang ada adalah kebenaran yang mereka ciptakan, yang kita dengar adalah apa yang mereka siarkan, yang kita baca adalah yang mereka tulis. Tidak bicara dan memahami kecuali atas arahan dan mau mereka. 


Benar-benar tak dapat dihindari bahwa media hari ini menjadi corong penguasa dan eksistensi politik kufur,  jika memilih jujur dan obyektif justru mendapatkan tekanan atau diimingi-imingi dengan uang, sungguh mengerikan! Tak ada lagi independensi media. 


Bahkan mereka rela menyerukan black campaign tentang Islam, dan menjadikan setiap hari masyarakat hanya menikmati berita yang tak penting. Mengulik dunia artis hingga berhari-hari, buka aib jadi tak tabu lagi, yang penting rating dan media tetap "hidup". Meskipun nurani telah mati. Astaghfirullah...


Tapi inilah yang kemudian menumbuh suburkan media ideologis, sebagai jawaban ketidakpuasan sebagian masyarakat terkait berita yang aktual dan faktual. Berdiri di atas kebenaran hakiki. Tak berat karena pesanan atau tekanan. Sebab media cetak dan elektronik nyatanya telah terkooptasi pemikiran sekular, sehingga benar-benar menurunkan kepercayaan publik.


Sekaranglah saat tepat untuk makin menggencarkan dakwah Islam Kaffah. Dan siapa pelaku utamanya? Tentulah penulis ideologis. Dakwah menggencarkan opini Islam, agar umat sadar bahwa mereka telah kehilangan mutiara berharga, yaitu politik Islam- Islam politik.


Umat mesti paham bahwa mereka hanya bisa hidup mulia jika diatur oleh sistem Islam, maka opini Islam harus berisi akidah, dakwah, jihad dan 
Syariat Islam. Benar-benar kemajuan teknologi hari ini sangat membantu dakwah untuk makin meluaskan opini Islam, menggambarkan Islam yang sesungguhnya, bukan menakutkan tapi memuliakan, bukan menzalimi tapi memberi keadilan, bukan menghilangkan tapi melestarikan. 


Maka, bagi siapa saya yang telah mewakafkan diri menjadi opinion maker Ideologis hendaknya terus menerus menempa diri dengan tsaqofah, tatabu' berita agar menjadi pembawa berita terpercaya dan kuat sudut pandang Islamnya, serta aktif dan kreatif. Manfaatkan segala potensi yang ada termasuk kemampuan desain, editing video dan yang lain. Ceritakanlah Islam dari kisah-kisah keluarga Muslim teladan, bukan hanya dari keluarga para sahabat Rasulullah Saw, tapi dengan penelurusan yang detil, akan didapat keluarga yang dimaksud. Semua agar muncul kesadaran Islam itu dekat dan bukan khayali. 


Diakhir pemaparan beliau, Ustaza Ratu Erma menambahkan, bahwa hidup kita terbatas, selama belum sampai pada batasan itulah kita maksimalkan potensi yang ada. Terjun langsung agar tahu kita mampu atau tidak, sebab sejatinya amanah yang kita emban itulah yang menjawab kita bisa atau tidak, mampu atau tidak. 


Akhirul kata, untuk semua yang mengazamkan menjadi para penulis ideologis agar senantiasa bersandar kepada Allah, agar memudahkan dan menguatkan untuk tetap menulis dan menulis. Agar hati terjaga lillahi taala, bukan semata karena pujian manusia meskipun itu wajar, namun tak sampai melenakan. Ya Allah, semoga kami menjadi bagian orang-orang yang menegakkan pena untuk berdakwah, hingga raga tak lagi bersatu dengan ruh. Aamiin. Wallahu a'lam bish showab. 

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak