Palestina Urusan Semua Umat




Oleh Cahaya Septi
Penulis dan Aktivis Dakwah

Bumi Palestina kembali memanas. Lebih dari seratus hari militer Israel terus menggempur Gaza dan kompleks Masjid al-Aqsha. Total korban di pihak warga Palestina mencapai 232 orang, 65 di antaranya anak-anak.

Pendudukan kaum Zionis atas tanah Palestina bermula ketika Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour pada tahun 1917. Deklarasi yang dibuat oleh Menteri Luar Negeri Inggris kala itu, Arthur Balfour, merupakan restu Inggris kepada kaum Yahudi di Eropa untuk bermukim di wilayah Palestina. Secara resmi Pemerintah Britania Raya mendukung rencana Zionis mendirikan tanah air di Palestina. Semua dilakukan lewat lobi para pengusaha kaya Yahudi di Inggris.

Tujuan Pemerintah Inggris merestui pendirian negara Yahudi Raya di Timur Tengah tidak lain adalah untuk mendapatkan dukungan dari para pengusaha kaya Yahudi dan untuk melemahkan Dunia Islam dengan menciptakan konflik berkepanjangan di Timur Tengah.

Herzl kemudian mendatangi pemimpin kaum muslim saat itu, Khalifah Sultan Abdul Hamid II. Dia berusaha membujuk dan menyuap Khalifah dengan uang sebesar 150 juta poundsterling (setara Rp 3 triliun) untuk mendapatkan tanah Palestina. Namun, Sultan Abdul Hamid II menolak.
Palestina adalah negeri yang tak bisa dipisahkan dengan ajaran Islam. Dalam beberapa ayat al-Quran disebutkan hal-hal yang berkaitan dengan negeri Syam, negeri yang diberkahi dan disucikan Allah Swt. Sebagaimana diketahui, Syam adalah negeri yang terdiri dari Suriah, Yordania, Libanon dan Palestina (termasuk yang diduduki Israel). Allah Swt. berfirman:

Kami menyelamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” (TQS al-Anbiya’ [21]: 71)

Ibnu Katsir berkata, “Allah memberitahukan tentang Ibrahim yang diselamatkan dari api buatan kaumnya dan membebaskan dia dari mereka dengan berhijrah ke Negeri Syam, tanah yang disucikan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/310).

Berdasarkan nas-nas ini, jelaslah tanah Palestina, Yerusalem dan al-Aqsha adalah bagian dari Islam dan kaum muslim. Sungguh kebodohan dan kampanye busuk yang menyatakan kalau Palestina ataupun Yerusalem bukanlah bagian dari Islam dan umat tidak punya kepentingan di sana.

Fakta lainnya, Palestina adalah tanah air kaum muslim dan telah berabad-abad menjadi bagian dari wilayah Islam. Kaum muslim pun terikat dengan Palestina serta Yerusalem karena dua alasan:

Pertama,  wilayah Yerusalem telah menjadi bagian dari negeri-negeri Islam dengan status sebagai tanah kharaj sejak era Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab ra. pada tahun 637 M. Setelah peperangan yang berkecamuk selama berbulan-bulan, akhirnya Uskup Yerusalem, Sophronius, menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifah Umar bin al-Khaththab secara langsung.

Kedua, kaum Muslim terikat dengan kaum Nasrani Yerusalem untuk melindungi negeri tersebut lewat Perjanjian Umariyyah. Dalam perjanjian tersebut Khilafah berkewajiban memberikan jaminan kepada kaum Nasrani baik terkait harta, jiwa dan ibadah mereka. Khilafah juga diminta untuk tidak mengizinkan orang-orang Yahudi tinggal bersama kaum Nasrani dan kaum muslim di Yerusalem. Khalifah Umar kemudian menjamin tidak ada satu pun orang Yahudi yang lewat dan bermalam di wilayah tersebut.

Pendudukan kaum Zionis atas Palestina bukan sekedar mengakibatkan kematian ratusan ribu warganya, tetapi juga menciptakan penderitaan yang terus-menerus yang dialami jutaan warga lainnya. Dengan demikian, masih bercokolnya kaum penjajah Zionis Israel inilah yang menjadi pangkal persoalan di tanah Palestina dan menyebabkan penderitaan kaum muslim berkepanjangan.

Sebab dari itu, kita sebagai umat muslim tidak boleh tinggal diam melihat kedzaliman yang dilakukan Zionis Yahudi atas Palestina. Sudah banyak solusi-solusi parsial yang dilakukan kaum muslim, namun nyatanya tidak mampu menyelesaikan penderitaan yang dialami saudara kita di Palestina. Untuk mengusir militer Zionis Israel dibutuhkan solusi hakiki, tidak lain hanyalah dengan mengerahkan pasukan melalui komando seorang khalifah dalam institusi al Khilafah.

Wallahu a'lam bi ash-shawwab

(Sumber: Buletin Kaffah)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak