Oleh: Rindoe Arrayah
Di tengah kekhusu’an umat Islam sedunia menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, serta menjelang hari raya Idul Fitri, Al-Quds kiblat pertama umat Islam kembali diserang secara membabi-buta oleh zionis Israel. Peristiwa ini bukanlah yang pertama kali terjadi, tetapi sudah seringkali dilakukan oleh zionis Israel. Penyerangan yang terjadi selama 11 hari sejak 10 Mei2021 lalu itu telah menewaskan 253 warga Palestina, termasuk 66 anak. Lebih dari 1.900 orang mengalami luka-luka (detik.com, 27/5/2021).
Mengapa hal semacam ini selalu terulang kembali? Hal ini dikarenakan; Pertama, kezaliman Israel sejak berdirinya tidak lepas dari kezaliman demi kezaliman. Itu semua tak lepas dari dukungan negara Barat, yaitu Inggris dan Amerika. Tak heran, jika zionis semakin jumawa. Kedua, perlawanan kaum Muslimin di Palestina tidak pernah berhenti. Artinya, apa pun yang terjadi semangat perlawanan harus terus dijaga. Perlawanannya jangan dikanalisasi seolah-olah tunduk kepada penjajah.
Di sisi lain, inilah fakta kaum Muslim Palestina yang harus dibela dikarenakan:
Pertama, Al-Aqsa kiblat pertama. Ini bukan hanya persoalan kemanusiaan tapi persoalan agama yang menyangkut keyakinan, menyangkut tempat yang Allah berikan satu kemuliaan.
Kedua, Palestina ada di bawah kekuasaan Islam antara 634-637M sampai tercipta entitas zionis ini. Dulu peran Umar bin Khathab, menaklukan dan mengambil sendiri kunci dari Pendeta Sofronius saat itu, kemudian membentuk perjanjian Umariyah yang memberikan keputusan yang tegas untuk mengusir zionis ini. Sekarang kaum Muslimin pun harus merebutnya kembali.
Ketiga, tanah Palestina ditaklukkan melalui jihad fisabilillah dan tanahnya menjadi milik kaum Muslimin untuk selamanya atau yang disebut dengan tanah kharajiah.
Keempat, zionis merebut Palestina, lebih tepatnya merampok sehingga tidak ada perdamaian dengan perampok.
Kelima, meskipun kaum Muslimin diizinanuntuk menyerahkan sebagian tanahnya baik itu dijual atau dihadiahkan, akan tetapi dia tidak diizinkan menyerahkannya kepada negara asing penjajah.
Keenam, jika pemilik sah tanah ini lemah tidak memiliki kemampuan untuk membela, bukan berarti sah diambil orang lain. Ini harus dipahami kaum Muslimin tidak boleh lemah di hadapan para penjajah itu.
Ketujuh, Al-Quds tanah Palestina ini memiliki status berbeda. Lebih mulia dengan berkah yang Allah berikan itu.
Kedelapan, tanggungjawab tanah kharajiah bukan bagi rakyat Palestina saja, tetapi kita umat Islam semuanya.
Kesembilan, perpecahan dalam kontek ini (kaum Muslimin)tidak diterima di dalam Islam.
Kesepuluh, negara-negara yang membela Israel merupakan bagian dari musuh kaum Muslimin.
Sebagai tempat suci, Palestina menyimpan banyak keunggulan yang tidak dimiliki negeri muslim lainnya. Palestina adalah negerinya para nabi. Allah Swt mengutus beberapa nabi untuk berdakwah dan bermukim disana diantaranya Nabi Ibrahim, Ishak, Luth, Ya’kub, Musa, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, hingga Isa AS. Di Palestina pula Allah Swt menyelamatkan Nabi Musa As dari kejaran Fir’aun setelah menyebrangi laut merah.
Ketegangan yang terjadi antara Israel-Palestina telah menyita perhatian dunia. Palestina adalah bagian dari umat muslim. Apapun yang menimpa Palestina harusnya menjadi urusan umat muslim sedunia. Namun, adanya ikatan nasionalisme telah memutuskan hubungan persaudaraan yang terjalin antar umat agama Islam di seluruh dunia. Walhasil, negara muslim hanya bisa mengecam tindakan keji Israel tanpa bisa melawan secara jantan. Kebengisan Israel atas Palestina riil penjajahan bukan sekadar perebutan wilayah apalagi konflik kemanusiaan.
Ikatan nasionalisme yang telah menjerat di berbagai negeri kaum Muslimin saat ini hanya bisa dilepaskan oleh sebuah kekuatan yang adidaya, yaitu Khilafah Islamiyah. Untuk itu, mari kita bersama bersatu dalam barisan yang padu demi menegakkan kembali syari’at Islam di muka bumi ini.
Wallahu a’lam bishshowab.