Oleh: Wahidah ummu Afifah
Konflik Palestina-Isreal kembali memanas sejak akhir Ramadan lalu. Konflik terus berlanjut sejak bentrokan berdarah di Masjidilaqsa, (7/5/2021). Kekerasan dipicu oleh ancaman penggusuran puluhan rumah warga Palestina dari lingkungan Sheikh Al-Jarrah di Yerusalem. Lahan tersebut akan digantikan dengan pemukiman yahudi.
Serangan menyebar ke kompleks Masjidilaqsa di mana polisi Israel menggerebek masjid yang disucikan, bahkan menggunakan granat kejut pada jamaah yang berdemonstrasi di sana sehingga memicu lebih banyak demonstran.
Keadaan berubah secara dramatis pada Senin (10/5/2021) ketika Hamas dan Jihad Islam Palestina mengirim roket salvo besar-besaran ke Israel untuk membela masjid yang disucikan kaum muslimin yakni masjidilaqsa dan orang-orang Palestina.
Pertempuran berakhir dengan gencatan senjata pada jumat (21/5/2021), namun sebelumnya tercatat 253 warga palestina di jalur gaza yang menjadi korban, termasuk anak-anak dan 1900 terluka.
Awal Penderitaan
Tanah Palestina sesungguhnya merupakan tanah wakaf milik kaum muslim. Bukan hanya milik bangsa Arab atau bangsa Palestina saja. Palestina telah berada di bawah kekuasaan Islam saat dibebaskan oleh Khalifah Umar bin al-Khathab ra. pada tahun 15 H. Beliaulah yang langsung menerima tanah tersebut dari Safruniyus di atas sebuah perjanjian yang dikenal dengan Perjanjian ‘Umariyah, yang di antara isinya yang berasal dari usulan orang-orang Nasrani, yaitu “agar orang Yahudi tidak boleh tinggal di dalamnya.”
Namun, sejak Khilafah Utsmaniyah runtuh tahun 1924, akhirnya Bumi Palestina jatuh ke tangan Zionis Yahudi, sang agresor dan penjajah. Zionis Yahudi berhasil mendirikan entitas negaranya pada tahun 1948 dengan menduduki 77% tanah Palestina dan setelah mengusir 2/3 (dua pertiga) rakyat Palestina dari tanah mereka. Yang tersisa tinggal 156 ribu jiwa (17%) dari total warga entitas Israel saat didirikan. Itu pun mereka seperti warga asing di tanah mereka sendiri.
Sejak pendudukan itu, menurut Dr. Ibrahim Abu Jabir, sebanyak 478 desa dilumatkan dari total 585 desa yang ada di wilayah Palestina 1948. Akibatnya, sebanyak 804 ribu orang Palestina hijrah ke luar wilayah terjajah 1948. Sebanyak 30 ribu orang lainnya diusir dari tanah mereka ke daerah-daerah lain.
Di bawah pendudukan dan kekejaman Zionis Yahudi sang penjajah, penderitaan adalah hal yang sudah sangat ‘akrab’ dengan bangsa Palestina. Sejak pendudukan Israel tahun 1948, sudah ratusan ribu orang Palestina tewas dibantai. Puluhan ribu luka-luka dan cedera bahkan cacat. Ratusan ribu kehilangan rumah, tempat tinggal dan pekerjaan. Ribuan wanita dilecehkan kehormatannya bahkan diperkosa. Ribuan anak-anak menjadi yatim piatu.
Di luar itu, sejak 1967 kelompok Zionis radikal telah menyerang Masjid al-Aqsha lebih dari 100 kali. Padahal, bagi kaum muslim, al-Aqsha adalah salah satu masjid agung. Al-Quds adalah tempat yang amat mulia, tanah wahyu dan kenabian.
Namun hingga saat ini, negari-negeri kaum muslimin tidak melakukan tindakan apa pun selain mengecam, menandakan menyusutnya peran mereka.
Khilafah Solusi Konflik Palestina-Israel
Satu hal yang pasti, untuk membebaskan tanah mulia ini tentu dibutuhkan kekuatan militer yang hebat yang mampu mengalahkan tentara Israel dan sekutunya. Tentu saja, kekuatan itu harus datang dari luar Palestina.
Namun, berharap pada negeri-negeri kaum muslimin sekarang ibarat menggantungkan harapan kosong. Satu-satunya negara yang mampu menghadirkan kekuatan militer adalah Khilafah Islamiah. Ikatan akidah Islam akan mempertemukan cita-cita kaum muslimin di Palestina dan semangat jihad tentara kaum muslimin dari Khilafah, dalam satu perjuangan mulia membebaskan tanah yang diberkahi ini dari penjajahan Barat.
Hanya Khilafah Islamiahlah yang pantas menjadi harapan untuk mengakhiri konflik tiada akhir Palestina-Israel, melindungi kemuliaan rakyat Palestina, serta menghadirkan kesejahteraan dan keamanan.
Terakhir, semoga ini menjadi motivasi dan penyulut api semangat bagi kita semua untuk terus berjuang dalam kebaikan, tidak berdiam diri atas penderitaan yang dirasakan oleh saudara-saudara kita di Palestina
Pertama, terkait dengan akidah. Al-Aqsa adalah bagian dari tanah berkah Ash-Sham yang mencakup Lebanon, Palestina, Yordania, dan Suriah. Rasulullah bersabda,
“Berkahlah penduduk Ash Sham. Berkahlah penduduk Ash Sham. Berkahlah penduduk Ash Sham. Para sahabat bertanya mengapa, beliau menjawab, ‘Karena sayap para malaikat yang penyayang diturunkan di atasnya.’”. [HR Tirmidzi].
Al-Aqsa juga merupakan tempat suci ketiga dan tempat ibadah bagi umat Islam, dan disitulah Nabi memimpin para nabi dalam sholat pada saat Al-Isra wal-mikraj
Kedua, Al-Aqsa adalah bagian dari warisan. Yerusalem pertama kali dibebaskan oleh Umar r.a. pada 638 M, kemudian oleh Salahuddin pada 1187 M. Perjanjian Umar menjamin hak-hak dari semua warga negara termasuk kaum Yahudi dan Kristen, yang tinggal dengan damai di bawah naungan Khilafah selama hampir 1.200 tahun. Pada tahun 1948, negara zionis, Israel, yang tidak sah didirikan oleh penjajah. Sejak itu, negara tersebut menjadi sumber kematian dan kehancuran karena dilindungi oleh para rezim boneka di dunia muslim,
Ketiga, kaum muslim tidak akan menolerir penindasan yang dilakukan oleh kaum zionis. Allah Swt. berfirman,
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS ali-Imran: 110).
Pemerintah (Israel) mencoba mencap kaum Muslim sebagai kaum ekstrimis karena berbicara menentang entitas zionis. Namun hal itu tidak berhasil. Umat ini takut kepada Allah saja dan akan selalu berbicara mengenai kebenaran dalam ketidakadilan
Keempat, kaum muslim adalah bagian dari umat yang satu. Rasulullah bersabda,
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut tidak bisa tidur dan panas.” [Sahih Muslim]
Konflik Al-Aqsa bukanlah konflik Palestina atau masalah Arab. Islam menolak pemisahan negara. Kitab kita adalah satu. Nabi kita adalah satu. Penderitaan kita adalah satu. Tujuan kita adalah satu. Hanya Khilafah yang akan membebaskan Al-Aqsa.
Kelima, melobi anggota parlemen, bantuan kemanusiaan, tindakan boikot atau sanksi belum, dan tidak akan melindungi Al-Aqsa dari penindasan entitas zionis. Hanya seorang pemimpin yang tulus ikhlas di bawah naungan Khilafah, seperti Umar r.a dan Salahuddin Al Ayyubi, yang akan mengerahkan tentara kaum muslim untuk membebaskan Al-Aqsa dan kaum Muslim di dunia pada umumnya.
_Wallahu a'lam bishawab_