Oleh : Ummu Irsyad
Banyak negara di belahan dunia kini terancam krisis pangan. Semua ini disebabkan oleh sistem kapitalisme yang rusak. Kapitalisme Menghasilkan manusia-manusia serakah yang menghalalkan segala cara demi memperoleh kekayaan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan benar dan salah. Jalan apapun ditempuh sekalipun harus merusak alam .
Kapitalisme juga menciptakan jurang kesenjangan antara yang kaya dan miskin semakin lebar . Para pemilik modal dengan mudahnya mengembangkan usaha dengan kebijakan pemerintah yang menguntungkan mereka . Sedangkan rakyat kecil harus berjuang mati-matian hanya demi uang recehan . Yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin .
Kondisi ini hampir sama di seluruh negara . Hampir semilyar penduduk dunia kekurangan pangan sementara segelintir negara kapitalis berkelebihan pangan .
Kondisi yang lebih buruk dialami oleh umat islam di wilayah konflik.Sebut saja seperti Suriah. Negara ini mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan hingga kini. Seorang pria dari Kota Zabadani mengatakan, keluarganya yang beranggotakan empat orang telah berhenti makan keju dan daging pada awal 2020. Kini dia hanya mengandalkan roti untuk makanan mereka.
Namun, dengan kenaikan harga roti dan adanya batasan pemerintah, dia dan istrinya terpaksa hanya memakan secuil roti tiap harinya. "Kami memecah roti menjadi gigitan kecil dan mencelupkannya ke dalam teh agar tampak lebih besar," kata orang tersebut, dalam keterangan pers Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang diterima.
Roti telah lama menjadi makanan pokok di Suriah. Sebelum 2011, negara ini mampu memproduksi cukup gandum untuk memenuhi kebutuhan konsumsi roti dalam negeri. Namun, sejak perang berkecamuk di Suriah, produksi dan persedian roti pun mulai menipis.(REPUBLIKA.CO.ID/30/05/2021)
Selain Suriah, jutaan penduduk Myanmar pun terancam kelaparan. Perebutan kekuasaan oleh militer di negara tersebut mengakibatkan ekonomi dan sistem perbankan lumpuh. Mata pencaharian telah hilang setelah pemogokan dan penutupan pabrik .
Ironisnya, kenapa krisis pangan ini melanda kaum muslim sedangkan di belahan bumi lain ada negeri muslim yang kaya raya . Bukankah sebagai saudara seaqidah ketika ada muslim mengalami kesusahan , muslim yang lain harus mengulurkan bantuan.
Nyatanya, sekat nasionalisme masih menjadi penghalang untuk saling menolong sesama muslim . Kapitalisme telah berhasil mendidik kita menjadi manusia individulis . Sehingga berpikir masalah negara lain bukanlah urusan kita.
Kondisi ini sangat berbeda dengan masa lampau, di saat kaum muslim memiliki seorang pemimpin. Ia bertindak sebagai pengayom dan pengurus urusan rakyat. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab. Saat itu dunia arab sedang dilanda bencana kekeringan. Hingga membuat masyarakat hijrah ke ibu kota pemerintahan demi mendapatkan bantuan. Sang Khalifah dengan tangan terbuka menerima mereka, meski berasal dari wilayah nun jauh di sana.
Tindakan yang dilakukan lainnya adalah menulis surat kepada para wali di wilayah lain. Isinya tentang permintaan bantuan makanan. Hal tersebut langsung ditanggapi positif, Saad bin Abi Waqas yang saat itu menjadi Gubernur Mesir langsung mengirimkan bantuan bahan pangan.
Inilah salah satu alasan mengapa kita butuh junnah (perisai). Karena akan selalu melindungi kita dari keterpurukan. Perisai itu adalah pemimpin yang memahami tanggung jawabnya sebagai kepala negara sekaligus sebagai seorang muslim yang terikat dengan hukum Allah.
Namun, di balik para pemimpin yang luar biasa terdapat sistem aturan yang komprehensif. Termasuk pengaturan soal jaminan pangan yang dipastikan dapat mengatasi krisis pangan. Sistem tersebut adalah berasal dari sang pencipta yaitu Islam .
Tags
Opini