Krisis Pangan dan Kelaparan Mengancam Dunia, Dampak Penerapan Ideologi Kapitalisme yang Memiskinkan?



Oleh : Devi Aliya
 
Pandemi covid-19 masih terus saja terjadi dan belum bisa teratasi sejak dua tahun pandemi ini berjalan. Dampak dari pandemi covid-19  berimbas hampir di seluruh sektor kehidupan. Salah satu sektor yang terkena imbasnya adalah di sektor pangan. Krisis pangan pun kini sedang mengintai banyak negara di dunia. Bahaya kelaparan sudah di depan  mata yang bahkan sudah terjadi lama sebelum ada pandemi.

Dilansir dari bisnis.com (20/07/2021), Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau FAO  mengidentifikasi 27 negara terancam mengalami krisis pangan karena pandemi Covid-19. Analisis terbaru FAO dan Program Pangan Dunia atau WFP menunjukkan bahwa pandemi memperparah situasi pangan di negara-negara yang sebelumnya rentan terhadap krisis dan kelaparan. FAO dan WFP menyatakan tak ada yang kebal terhadap krisis pangan.

Lihatlah Suriah negara yang mengalami krisis pangan yang belum terselesaikan  hingga kini. Berdasarkan laporan Human Rights Watch, konflik bersenjata selama satu dekade telah menyebabkan kekurangan gandum yang parah di Suriah akibat lahan-lahan pertanian semakin sedikit. Selain itu, banyak pula toko roti yang ikut hancur dan tidak dapat beroperasi selama konflik.


Hingga Februari 2021, Program Pangan Dunia, setidaknya 12,4 juta warga dari 16 juta warga Suriah mengalami kerawanan pangan. Jumlah ini bertambah 3,1 juta dari tahun lalu. World Food Programme (WFP) juga memperkirakan 46 persen keluarga di Suriah telah mengurangi jatah makanan harian mereka, dan 38 persen orang dewasa telah mengurangi konsumsi pangan mereka, agar anak-anak mereka memiliki cukup makanan. (republika.co.id//30/05/2021)

Program Pangan Dunia (WFP) juga mendengungkan bahwa jutaan warga di Myanmar kini menghadapi ancaman krisis pangan dan kelaparan ekstrem.
Ekonomi dan sistem perbankan nasional negeri itu telah lumpuh sejak perebutan kekuasaan militer yang mendorong pemimpin sipil Aung San Suu Kyi lengser pada Februari lalu. Mata pencaharian telah hilang setelah pemogokan dan penutupan pabrik, harga bahan bakar melonjak dan mereka yang cukup beruntung memiliki tabungan bank harus mengantre sepanjang hari untuk menarik uang tunai. Di negara yang pada waktu normal mengekspor beras, kacang-kacangan, dan buah-buahan itu, jutaan warga akan kelaparan dalam beberapa bulan mendatang. (asiatoday.id//28/05/2021)


Penyebab Krisis Pangan Dunia

FAO dan WFP mencatat empat faktor utama bagaimana pandemi virus corona dapat mendisrupsi krisis pangan lebih dalam. Pertama, lapangan kerja dan upah yang menurun. Kedua, disrupsi penanganan pandemi pada produksi dan pasokan pangan dunia. Ketiga, menurunnya pendapatan pemerintah, dan keempat, meningkatnya ketidakstabilan politik yang memicu konflik berbasis sengketa sumber daya alam.

Sementara itu, berdasarkan survei oleh FAO dan WFP, produksi pangan di masa pandemi muncul sebagai tantangan serius. Petani yang disurvei melaporkan banyak tantangan dalam mengakses benih, sehingga mengurangi penanaman.  (bisnis.com//20/07/2021)

Sistem Kapitalisme Biang Kerok Krisis Pangan

Adanya pandemi memang tidak bisa kita elakkan menjadi salah satu sebab terjadinya krisis pangan yang berujung menyebabkan kelaparan. Namun  adanya pandemi bukan merupakan sebab utama munculnya krisis pangan. Sistem Kapitalisme neoliberal yang sedang diterapkan dunia saat ini menunjukkan ketidakmampuannya dalam mengatasi krisis yang terjadi di dunia. Sistem Kapitalisme yang rakus ini jugalah yang menjadi biang segala krisis yang menimpa umat manusia.  Hal ini seharusnya semakin menyadarkan umat untuk segera meninggalkan sistem yang rusak ini dan beralih untuk menerapka sistem Islam kaffah yang berasal dari al Khaliq.

Dalam sistem Kapitalisme akan menciptakan kesenjangan yang lebar antara si kaya dan si miskin. Di sebagian kecil belahan dunia, masyarakat mampu menikmati pangan dengan cukup. Nanum di mayoritas belahan dunia lainnya hanya mampu berebut remahan makanan untuk sekedar makan hari ini.  

Sistem yang sangat eksploitatif  ini akan terus memberikan akses kepada pemilik modal untuk mengeruk kekayaan bumi tanpa mempertimbangkan kelestarian alam dan lingkungan. Lahan-lahan banyak mengalami alih fungsi dan produktivitasnya pun menurun. Asas manfaat dan mendapat keuntungan materi sebesar-besarnya menjadi patokan sistem ini.

Kebijakan Solutif  Islam Atasi Krisis Pangan Dunia

Negara di dalam Islam adalah penanggung jawab utama dalam mengurusi hajat rakyat yaitu sebagai raain (pelayan/pengurus) dan junnah (pelindung).

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Imam (Khalifah) raa’in (pengurus hajat hidup rakyat) dan dia bertanggung jawab terhadap rakyatnya” (HR Muslim dan Ahmad).

Dalam hadis lainnya Rasulullah menegaskan, “Khalifah itu laksana perisai tempat orang-orang berperang dibelakangnya dan berlindung kepadanya….”(HR Muslim).

Negara akan mengatasi krisis pangan diawali dengan membangun sistem ketahanan pangan yang ditopang dengan pertanian yang mandiri. Jika permasalahan pertanian belum tertata dengan baik akan menyebabkan goncangnya perekonomian negara. 

Selain itu juga akan menyebabkan  bergantung kepada negara lain khususnya masalah pangan jika sistem pertaniannya tidak diatur dengan baik. 
Dalam sejarah Islam, Rasulullah SAW memberikan apresiasi terhadap para petani. Sebuah riwayat Muslim menegaskan pula keutamaan berladang. Terlebih, bila pekerjaan itu dilakukan oleh seorang Muslim. Rasul sangat mengapresiasi ketika mengetahui yang menanam ratusan pohon kurma adalah seorang muslim.

Kebijakan untuk mendukung pertanian sebagai penopang ketahanan pangan yang utama tetap dipertahankan sepanjang sejarah peradaban Islam. Pada era itu umat Islam mampu memilih jenis lahan yang cocok untuk ditanami tanaman tertentu. Mereka juga mampu membedakan tanaman apa saja yang sebaiknya dikembangbiakan pada musim hujan maupun musim kemarau. Bahkan untuk membuat pupuk pun, telah mereka pahami caranya. 

Daulah khilafah akan mengelola sistem pertanian yang selaras dengan lingkungan. Kelestarian dan ekosistem alam akan dijaga dengan baik agar mendapatkan hasil pertanian yang berkesinambungan. Penelitian dan eksperimen dalam bidang pangan dan pertanian pun  akan didukung dan disokong penuh. Teknologi tepat guna pun akan diaplikasikan agar mendapat hasil yang optimal sehingga mampu memenuhi pangan di dalam negeri.   

Hasil pangan akan didistribusikan ke seluruh warga daulah yang membutuhkan secara merata. Ketersedian pangan juga akan dijaga untuk mengantisipasi ketika terjadi kondisi di luar perkiraan. Semisal ketika terjadi ekeringan, bencana alam, pandemi, atau hal lain, maka negara sudah memiliki cadangan makanan. Ketika ada pandemi covid-19 seperti saat ini, negara akan bisa melakukan kebijakan lockdown. Pandemi teratasi, rakyat pun tidak kekurangan pangan karena negara sudah memiliki stok pangan yang mencukupi. 

Konsep dan solusi tuntas ini hanya bisa terealisasi ketika kita menerapkan Islam kaffah. Patutlah kita renungi firman Allah SWT : “Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.” (TQS Al A’raf ayat 96). Wallahu ‘alam.


*(Penulis, Aktivis Muslimah)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak