Ketika Cinta Tak Lagi Suci




Oleh : Layyina Mujahida Fillah
(Aktivis Dakwah Millenial)


Kalau bicara tentang dunia remaja, pastinya ngga bakal jauh-jauh dari kata cinta. Iya atau iya? Iyalah masa iya dong.

Masa-masa remaja itu memang masa di mana manusia lagi maksimal, potensinya sedang tinggi-tingginya. Tenaganya max, pikirannya max, apalagi perasaannya, jelas sangat maksimal, dan gak jarang juga rasa inilah yang mendominasi para remaja.

Atau kalau lebih tepatnya bisa disebut rasa cinta, rasa sayang, juga ada rasa untuk membuktikan eksistensi diri.
Sebenarnya, hal ini memang sudah fitrah manusia, memang sudah alami terjadi.

Jadi wajar saja jika remaja itu ngga mau ketinggalan zaman, maunya diakui, mau jadi yang terbaik dan tertinggi. Semangatnya sedang menggelora, perasaannya juga lagi up, mudah jatuh cinta, sekali cinta bisa menjadi tergila-gila, inginnya hidup mengejar cinta.

Namun sayang seribu sayang, potensi remaja yang sedang maksimal itu seharusnya bisa menjadikannya lebih optimal melakukan kebaikan, menghasilkan karya, dan mempersiapkan masa depan. Saat ini keadaan dan lingkungan tidak sesuai Islam, sehingga salah arah pandang, salah pemikiran dan kerusakan dimana-mana.

Contohnya, bicara soal cinta kepada lawan jenis, itu adalah salah satu nikmat yang Allah berikan kepada manusia untuk melestarikan jenisnya. Sehingga cinta itu adalah sakral dan suci, harus diikat dengan ikrar dan komitmen yang jelas dalam pernikahan.

Namun saat ini, cinta semakin kehilangan artinya, kehilangan kepentingannya, kehilangan kesuciannya. Bagaimana tidak, kini cinta seperti permainan, gampang menyatakan cinta kepada seseorang dalam ikatan pacaran, dan lebih mudah lagi untuk kemudian putus, dan mencari cinta baru.

Akhirnya, seorang remaja, bahkan masih pelajar saja sudah berkoar-koar cinta. Tanpa restu orangtua, pengakuan negara dan masyarakat sudah berani membawa pasangan tak halalnya ke depan umum, tanpa malu memanggil umi abi. Hingga tanpa cinta yang suci membuat dirinya ternodai.

Bahkan remaja yang tinggal di rumah pun tak ketinggalan, perasaannya juga sedang up, maka dia menyalurkannya lewat para idol di layar yang dipoles sedemikian rupa, membuat para hawa menjadi bucin.

Bukannya mendapat inspirasi, tapi malah menjadi halusinasi, tenggelam dalam dunia imajinasi. Segala yang berkaitan dengan idolanya dikejar sedemikian rupa, bahkan makanan dan bungkusnya pun disimpan.

Akhirnya, jika dibiarkan terus menerus begini, lama-kelamaan cinta semakin tak lagi suci. Apalagi, bulan Juni ini bisa disebut pride month oleh para penganut lagibete. Kini mereka sudah diterima dan diakui, lagi-lagi alasannya karena suka sama suka, karena cinta maka harus eksis. Akhirnya jenis pun tak lagi jadi masalah. Benar-benar saat ini cinta menjadi menyimpang dan disalahgunakan. Lama kelamaan, manusia bisa punah. Lah, jeruk makan jeruk ngga mungkin ada hasilnya kan?

Zaman now, beginilah cinta. Mudah dinyatakan tanpa komitmen, perilaku yang lebih rendah dari hewan, menyimpang dari fitrah manusia, tapi tetap dikata cinta. Huek. Remaja tak lagi paham apa sesungguhnya makna cinta, hingga salah mengejar cinta hanya kepada dunia yang sementara. Lupa lah mereka pada Sang Maha Kuasa, Maha Abadi yang jelas lebih pantas atas cinta tertinggi kita. Maka kita harusnya membuktikan eksistensi diri dan rasa cinta kita bukan kepada manusia, tapi kepada-Nya.

Meski sebenarnya banyaknya salah paham dan kerusakan saat ini bukan tanpa sebab, tapi jelas karena keadaan sekarang sama sekali tidak mendukung. Informasi, tontonan, bacaan, lingkungan semuanya mencontohkan kehidupan yang bebas dan sekuler. Tokoh-tokoh masyarakat dan orang-orang terkenal pun tak lepas dari semua itu.

Sehingga remaja mau tak mau juga ikut terlena dan mengejar cinta dunia. 
Akhirnya, akar dari semua ini adalah sistem yang tak menggunakan syariat islam dan mengambil pemikiran lain selain islam, hingga pemuda muslim tak paham agamanya dan tak bisa memanfaatkan potensinya dengan maksimal. Maka suatu sistem pemerintahan sangat penting bagi kita untuk menentukan sikap dan memudahkan pilihan.

Karena sistem negaralah yang menguasai semua hal di dalam dan luar negeri. Jadi pilih dan ikutilah sistem yang dapat menyelamatkan kita di dunia dan akhirat. 

Sistem yang memanusiakan manusia, mengembalikannya pada fitrahnya, dan cinta benar benar dijaga sebagai sesuatu yang suci dan sakral. Yaitu jelas hanya sistem Islam, dalam bingkai negara khilafah yang mengikuti jalan-jalan kenabian. Wallahua'lambishowab. 

Goresan Pena Dakwah

ibu rumah tangga yang ingin melejitkan potensi menulis, berbagi jariyah aksara demi kemuliaan diri dan kejayaan Islam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak