Oleh : Ummu Tsaharo
Serangan udara Israel di Jalur Gaza telah menghancurkan beberapa rumah dan menewaskan puluhan warga Palestina di Jalur Gaza. Ada 42 orang tewas, termasuk 10 anak-anak. Sebagaimana dilansir dari Reuters, serangan itu dilakukan pada Minggu (16/5/2021). Militer Israel mengatakan korban sipil tidak disengaja. Pesawat jet Israel menyerang sistem terowongan yang digunakan oleh militan Hamas, yang runtuh, merobohkan rumah-rumah. Hamas menyebut "pembunuhan yang sudah direncanakan sebelumnya." Korban tewas di Gaza melonjak menjadi 192, termasuk 58 anak-anak, kata kementerian kesehatan Palestina.
Saat Dewan Keamanan PBB bersidang untuk membahas agresi Israel ke Palestina, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kampanye di Gaza terus berlanjut dengan kekuatan penuh. Netanyahu juga membela serangan udara Israel pada hari Sabtu yang menghancurkan gedung 12 lantai tempat Associated Press dan jaringan TV Al Jazeera berkantor.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden akhirnya angkat suara soal serangan dan bentrokan yang terjadi antara Israel dan Palestina sejak beberapa hari lalu.Biden menyatakan 'dukungan kuat' pada Israel untuk mempertahankan diri dari serangkaian serangan roket Hamas dan kelompok teroris lainnya sambil menekankan keprihatinan atas jatuhnya korban dari dua belah pihak.
Sementara itu, Biden juga menghubungi Presiden Palestina Mahmoud Abbas di tengah ketegangan konflik Israel dan Palestina. Seperti dilansir AFP, Minggu (16/5/2021) Biden meminta Abbas menggerakkan kelompok Hamas untuk menghentikan serangan roket ke Israel. Biden juga menekankan perlunya memikirkan solusi antar negara tersebut. Sehingga ada jalan terbaik dan konflik pun selesai.
Kejadian tersebut mendatangkan reaksi dari berbagai negara di dunia. Bahkan pertemuan luar biasa secara virtual oleh Komite Eksekutif Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada tingkat menteri luar negeri (menlu) digelar pada Ahad (16/5) untuk mencari solusi terbaik atas konflik tersebut.
Pertemuan pada 4 syawal 1442 H ini diketuai oleh Arab Saudi yang mengumpulkan negara-negara Islam dan lainnya dalam mengecam agresi Israel terhadap Palestina. Pertemuan ini menghasilkan 18 resolusi yang diadopsi oleh sesi biasa dan luar biasa KTT Islam dan Dewan Menlu. Secara historis, OKI melihat tanggung jawab, moral dan hukum umat Islam terhadap perjuangan Palestina dan Al Quds.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu RI, Retno LP Marsudi, sebagai perwakilan dari negara Indonesia juga menyampaikan tiga langkah kunci membela Palestina. Langkah kunci pertama, yaitu memastikan adanya persatuan.
"Persatuan di antara negara anggota OKI. Persatuan di antara semua pemangku kepentingan di Palestina. Tanpa persatuan, OKI tidak akan mampu menjadi penggerak bagi dukungan internasional untuk Palestina. Di saat yang sama, bangsa Palestina hanya bisa mencapai cita-citanya untuk merdeka apabila mereka bersatu," katanya.
Langkah kunci kedua yaitu, OKI harus mengupayakan gencatan senjata sesegara mungkin. Dia mengajak semua negara OKI menggunakan pengaruhnya.
"Saya menyerukan agar masing-masing negara OKI menggunakan pengaruhnya masing-masing, menggunakan pengaruh yang mereka miliki untuk mendorong gencatan senjata secepatnya. Dan semua tindakan kekerasan harus segera dihentikan," ujar Retno.
Langkah kunci ketiga, yaitu OKI harus tetap fokus membantu kemerdekaan bangsa Palestina. Negoisasi multilateral harus terus didorong.
"Dalam kaitan ini, OKI harus lebih keras berupaya untuk mendorong dimulainya kembali negosiasi multilateral yang kredibel. Yang berpedoman pada parameter-parameter yang telah disetujui secara internasional. Dengan tujuan mencapai perdamaian yang lestari berdasarkan prinsip solusi dua negara," ujar Retno.
Solusi terbaik untuk konflik di Palestina?
Serangan brutal Israel terhadap Palestina telah memancing perhatian seluruh dunia, namun kekuatan Israel yang didukung negara adidaya tidak semestinya hanya dihadapi dengan kecaman dan beragam resolusi. Termasuk apa yg dilakukan negara Arab dan dunia Islam lewat OKI hanya menunjukkan pembelaan setengah hati.
Problem krisis Palestina tidaklah hanya bisa diselesaikan dengan menghapus eksistensi entitas Israel zionis dari tanah kharajiyah Palestina. Namun lebih dari itu. Dibutuhkan kesatuan kekuatan politik dan militer negeri islam. Mengapa demikian? Karena kebutuhan mendasar Palestina saat ini adalah bantuan militer untuk mengusir tentara Israel dari bumi Palestina. Pemberian obat-obatan dan makanan sesungguhnya tidaklah mampu menyelesaikan masalah Palestina.
Faktanya, pemimpin kaum muslim diam tak bergerak. Dari 50 negeri Muslim, tak ada satu pun yang mengirimkan tentaranya. Mereka hanya mampu mengecam tindakan Israel atas Palestina, yang sama sekali tak membuat takut Israel. Kecaman-kecaman yang diberikan tak akan mampu mengusir Israel dari bumi Palestina. Bahkan sekedar menghentikan serangan Israel pun takkan mampu.
Seharusnya tak ada alasan bagi umat muslim untuk takut kepada negara adidaya, apalagi Israel. Meskipun saat ini industri militer dunia Islam dalam keadaan mundur, namun secara kuantitas potensi militer dunia Islam sungguh sangat besar. Satu persen saja dari semiliar penduduk dunia Islam, akan ada 10 juta tentara muslim yang siap membela kaum muslimin.
Faktanya, penggabungan potensi militer ini sulit dilakukan. Kenapa? Tak lain karena paham nasionalisme yang mengakar kuat dalam benak umat Islam. Nation state telah membuat sekat antara negeri-negeri muslim dan menghilangkan ukhuwah atas nama keamanan dalam negeri.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menghapus sekat-sekat kenegaraan sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah Saw., Khulafaur Rasyidin, dan para khalifah selanjutnya. Para pemimpin ini telah menghimpun seluruh wilayah muslim dalam satu kepemimpinan, yaitu Khilafah Islamiyah.
Sungguh, inilah janji yang telah diberikan Allah untuk umat Islam. Bahwa Islam akan kembali memimpin dunia. Kuncinya adalah dengan persatuan umat Islam. Dengan persatuan inilah, umat Islam akan mengguncang dunia. Menghancurkan sistem peradaban barat yang merusak fitrah manusia. Bahkan bisa mengatasi berbagai permasalahan umat Islam tak hanya di bumi Palestina, namun juga di belahan dunia lainnya. InsyaAllah, khilafah rasyidah alaa minhajin nubuwwah akan segera tegak, untuk mengembalikan kejayaan Islam.