Oleh : Melitasari
Pemuda adalah tonggak peradaban suatu bangsa. Baik buruknya suatu bangsa ditentukan oleh para pemudanya, sebab mereka merupakan alat penggerak yang dahsyat. Sebagaimana Bung Karno dalam pidatonya berkata "Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."(Ir.Soekarno)
Seribu banding sepuluh dalam kutipan pidato oleh Ir.Soekarno bukanlah tanpa makna. Hal itu menunjukkan bahwa secara fisik pemuda memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan orang tua. Maka untuk meraih kemerdekaan saat itu Bung Karno membakar semangat para pemuda untuk melakukan pergerakan dan perlawanan kepada para penjajah.
Namun apa jadinya ketika para pemuda suatu bangsa menjadi generasi latah dan pembebek kepada budaya luar? Terjerumus kepada gaya hedonis, materialistis, dan latah mengikuti trend secara berlebihan. Seperti penomena yang heboh baru-baru ini.
Masyarakat beramai-ramai memesan BTS Meal McDonald's (McD) yang berujung kerumunan di gerai McD. Penggemar BTS, ARMY, mengaku membeli produk itu sebagai kecintaannya kepada sang idola. Salah seorang ARMY bernama Lala Han merasa bangga setelah berhasil membeli menu BTS Meal itu. Lala senang atas menu itu karena McD berkolaborasi dengan BTS.
"Istimewa karena ini kolaborasi sama idola kita. Kalau secara menu yang beda itu cuma di sausnya. Sausnya itu ada 2, cajun sama sweet chili, dua saus itu khasnya McD Korea, jadi sebenarnya selalu ada di McD Korea, tapi ini khusus ada di sekitar 50 negara. Dimulai dari tanggal 25 Mei kemarin, jadi bertahap. Ini Indonesia kebagian tanggal 9 Juni," kata Lala kepada wartawan.
Lala mengaku tidak menyukai tiga makanan yang disajikan dalam menu itu. Dia hanya mengincar kemasan BTS Meal. Selain itu, Lala memesan BTS Meal agar meramaikan menu itu di media sosial. Tujuannya agar BTS Meal trending dan diketahui masyarakat umum. Lala juga menghabiskan waktu tiga jam untuk mendapatkan BTS Meal itu. Lala berhasil memesan BTS Meal setelah mencoba tiga aplikasi dan berkali-kali dibatalkan oleh mitra McD di Kota Tangerang. (DetikNews, Kamis 10/6/2021).
Miris memang, dalam negara yang menerapkan sistem sekuler, hal ini merupakan penomena biasa yang kerap kali terjadi. Di mana generasi muda latah dengan trend masa kini serta ikut-ikutan dengan sesuatu yang sedang viral dan naik tagar. Terlebih jika hal itu berkaitan dengan sang idola, maka segala cara akan dilakukannya. Rela mengorbankan waktu, pikiran dan materi demi sang idola hati.
Sedangkan negara menganggap hal ini adalah sesuatu yang wajar dan lumrah, sebab para penguasa menjadikan pemuda sebagai komoditi pasar dan remahan pundi-pundi yang dapat menguntungkan para pengusaha dan penguasa. Keinginan, rasa penasaran, dan obsesi yang besar terhadap sesuatu dalam jiwa mereka membuat para pengusaha dengan mudah memanfaatkannya.
Negara juga tidak memberikan batasan terhadap segala sesuatu yang berasal dari luar. Entah itu tontonan, makanan, pakaian, ataupun sesuatu yang sedang naik trending. Oleh sebab itu para pemuda menjadi generasi latah dan membebek budaya luar. Hal ini tentunya berakibat buruk terhadap perkembangan suatu bangsa. Selain akan mengurangi kecintaannya terhadap produk lokal, hal ini juga akan membuat mereka tidak bangga pada jati dirinya yang mayoritas sebagai seorang muslim.
Padahal seharusnya untuk kemajuan suatu bangsa diperlukan generasi muda yang cerdas, kuat, mandiri, tangguh serta religius dan menanamkan nilai-nilai ketakwaan di dalam dirinya. Namun untuk mewujudkannya tak bisa hanya dicapai oleh masing-masing individu saja, hal ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Dalam Islam tugas menyiapkan generasi yang unggul adalah sinergi dari keluarga, masyarakat, dan negara.
Keluarga merupakan wadah pertama dan pilar utama yang memberikan kontribusi yang besar dalam mendidik generasi. Lingkungan pertama bagi anak-anak untuk belajar berperilaku (akhlakul karimah), belajar tentang hidup dan kehidupan. Keluarga yang kuat, religius , berkarakter akan menjadi pondasi yang kokoh bagi perkembangan generasi muda.
Peran masyarakat pun tidak kalah penting dalam mempengaruhi kepribadian anak, karena anak tidak akan lepas dari interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Maka masyarakat yang terdiri dari sekumpulan individu-individu juga harus berkontribusi dalam memberikan pendidikan yang baik.
Kemudian yang tak kalah penting adalah peran negara, sebagai pelayan dan penjaga keluarga, negara memiliki peran sentral dalam menjaga dan melindungi generasi muda mulai dari paparan pornografi, narkoba, miras, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya. Termasuk dalam hal memfilter budaya asing yang masuk.
Negara juga harus menyediakan pendidikan yang baik, memberikan pendidikan gratis sehingga setiap warga dapat menikmatinya. Memberikan kurikulum pendidikan yang baik juga menjadi usaha negara dalam mencetak generasi unggul. Sehingga pendidikan tak hanya diarahkan pada industri semata.
Maka dengan itu untuk mencetak generasi yang unggul dan tidak membebek pada budaya luar, dibutuhkan peran keluarga, masyarakat dan negara yang baik. Hal itu tidak mungkin didapatkan dari sistem yang mengedepankan asas manfaat sebagai tujuannya. Melainkan hanya dengan sistem Islam lah generasi unggul akan diperoleh, jauh dari latah karena hidup berdasarkan syariah.
Tags
Opini