Oleh: Reliiyanie, S.Pd
(Pemerhati Sosial)
Masih belum hilang dari benak kita, kepiluan yang dialami saudara kita di Palestina ketika Ramadhan dan hari raya Idul Fitri harus mengalami serangan Israel bertubi-tubi. Meski gencatan senjata telah disepakati, tensi antara Israel dan Palestina sampai saat ini masih tinggi. Beberapa bentrokan tetap terjadi di beberapa wilayah, bahkan hingga memakan korban jiwa.
Sabtu (29/5/2021) lalu misalnya, Reuters melansir berita, pada Jumat (28/5/2021) satu lagi pemuda Palestina tewas ditembak tentara Israel. Saat itu, ia turut dalam aksi unjuk rasa memprotes pendudukan wilayah oleh pemukim ilegal Israel di kota Nablus Tepi Barat.
Namun seperti biasa, Israel selalu punya alasan untuk membenarkan tindakan zalimnya. Mereka mengatakan, petugas lapangan merasa perlu melakukan pengamanan. Pasalnya, unjuk rasa berlangsung ricuh, bahkan terjadi pelemparan.
Dibalik Penjajahan Yahudi
Maka dari sejarahlah kita melihat, bahwa pendirian negara Israel sesungguhnya terkait dengan target negara adidaya mencengkeramkan kuku-kuku penjajahan mereka. Tak hanya di wilayah Palestina, tapi juga di wilayah Timur Tengah lainnya.
Bahkan dari sejarah pula kita melihat, bahwa pendirian negara Israel, ada kaitannya dengan perang antara peradaban Barat dengan dunia Islam. Ia dibuat demi menjadi duri di jantung dunia Islam. Karena kawasan ini masih menyimpan potensi besar untuk menjadi pusat kebangkitan peradaban cemerlang yang sebelumnya berhasil mereka tumbangkan.
Pada masa keemasan Islam, yakni saat kaum muslim dan tanah airnya dipersatukan dalam institusi Khilafah, entitas Yahudi bukanlah siapa-siapa. Mereka hanyalah makhluk terkutuk lagi hina yang berdiaspora dan tak disukai di mana-mana lantaran kelicikannya.
Namun semenjak kekalahan di perang Salib, Inggris dan sekutunya terus berusaha menghancurkan Khilafah dengan berbagai taktik licik. Mereka meracuni pemikiran umat Islam demi memecah belah kekuatannya. Mereka pun menyusupkan antek-anteknya ke jantung pemerintahan Islam demi membuat makar dari dalam.
Hingga pasca-Perang Dunia II, tepatnya di tahun 1947, Majelis Umum PBB mengeluarkan sebuah resolusi yang membagi wilayah Palestina menjadi dua. Yakni wilayah untuk bangsa Arab Palestina dan untuk bangsa Yahudi.
Pada tahun berikutnya (1948), “negara” Israel pun dideklarasikan. Sejak saat itu, bangsa Palestina makin menderita di bawah pendudukan Israel. Mereka terusir hingga wilayahnya terus menyempit tanpa ada lagi yang membela. Pemimpin negara-negara Arab pun bungkam, bahkan diam-diam berdiri di belakang negara adidaya.
Kebiadaban Yahudi
Sejak zionis Yahudi menginjakkan kaki ke tanah Palestina, maka saat itulah penderitaan kaum muslim di Palestina dimulai Pada tahun pertama pendudukan saja telah terjadi sejumlah pembantaian keji di antaranya:
1. Pembantaian di Desa Sa’sa’, 14 Februari 1938: 20 rumah warga hancur dan 60 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak tewas. Selama serangan ini, wanita-wanita hamil dicabik perutnya dengan bayonet, hidup-hidup. Anggota tubuh korban dipotong-potong, lalu anak-anak dihantam dan diperkosa.
2. Pembantaian Deir Yassin, 52 orang anak-anak disayat-sayat tubuhnya di depan mata ibunya, lalu mereka dibunuh sedang kepalanya dipenggal. Lebih dari 60 orang wanita terbunuh lalu tubuh-tubuh mereka dipotong-potong. Selama penyerangan, 280 orang Islam, di antara mereka wanita dan anak-anak, mula-mula diarak di sepanjang jalan, lalu ditembak seperti menjalani hukuman mati. Sebagian besar wanita yang masih remaja diperkosa sebelum ditembak mati.
3. Peledakan di Hotel Malik Daud, 12 Juli 1946: lebih dari 200 warga Palestina tewas.
4. Pembantaian King David, 1946: 92 orang terbunuh dan 45 orang terluka parah.
5. Pembantaian Baldat Al-Shaikh, 1947: 60 tewas.
Masih bayak lagi pembantaian yang dilakukan oleh zionis yahudi ini yang terjadi di depan mata dunia, bahkan dengan restu PBB. Semuanya tidak bisa melakukan aksi apapun, kecuali mengecam; mengutuk dan mengusulkan perjanjian-perjanjian yang selalu dilanggar oleh mereka.
Bahkan retorika yang disampaikan oleh negara-negara OKI takkan pernah berarti apapun. Dukungan dari negara adidaya lah yang menjadikan yahudi Israel ini berani berlaku seenaknya dan seakan-akan tidak ada satupun yang ditakuti oleh mereka.
Palestina dan Islam
Palestina adalah bagian dari kaum muslimin, karena kita semua bersaudara, sebagaimana firman Allah Swt.
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS Al-Hujurat: 10)
Ayat ini diawali dengan kata “innama” Dalam bahasa Arab, kata ini berfungsi sebagai “hasr” atau pembatasan. Artinya, yang bisa bersaudara hanyalah orang-orang beriman.
Allahlah yang menisbahkan bahwa setiap muslim adalah bersaudara. Allah nash-kan dalam ayat ini bahwa orang-orang beriman itu bersaudara.
Peduli terhadap urusan saudara seiman adalah wajib, berdosa meninggalkannya. Hal ini tampak jelas dalam hadis. Dari Hudzaifah ra. bahwa Nabi saw. bersabda,
من أصبح و الدنيا أكبر همه فليس من الله في شيء و من لم يتق الله فليس من الله في شيء و من لم يهتم للمسلمين عامة فليس منهم
“Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslim semuanya, maka dia bukan golongan mereka.” (HR Al-Hakim). Hadis ini dikeluarkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak, al-Thabarani dalam Mu’jam al-Ausath, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, dan al-Suyuthi dalam al-Jami’ al-Kabir.
Sudah sangat jelas apa yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslim jika menyaksikan saudaranya terzalimi, terjajah dan teraniaya seperti yang sedang terjadi di Palestina.Tak mungkin bergantung pada Barat yang pasti berpihak pada Israel. Begitu juga, tidak mungkin berharap pada negeri-negeri muslim yang tunduk pada kepentingan Barat, sekalipun tampaknya mereka membela Palestina. Akhirnya, rakyat Palestina harus berjuang sendiri.
Junnah yang Dinanti
Palestina butuh kekuatan militer dari luar yang mampu mengalahkan tentara Israel dan sekutunya. Satu-satunya harapan hanya ada pada negara Khilafah Islamiah, yang akan menyatukan umat Islam seluruh dunia dan mengirimkan pasukan dengan segenap kekuatan untuk melakukan jihad dan mengusir Israel dari tanah Palestina seluruhnya, selamanya.
Hanya perang atau jihadlah yang bisa menghentikan mereka. Namun, jihad defensif yang selama ini sudah dilakukan oleh bangsa Palestina ternyata tak cukup untuk mengusir mereka. Bangsa Palestina benar-benar butuh bantuan kaum muslim lainnya untuk membebaskan mereka.
Hanya saja, siapakah yang mampu mewujudkan harapan mereka? Jelas bukan para penguasa yang sudah teracuni paham kebangsaan dan sudah terjangkiti penyakit wahn.
Harapan mereka hanya akan terwujud jika telah muncul kembali kepemimpinan yang tegak di atas landasan Islam di tengah-tengah umat. Yakni kepemimpinan yang akan menjadi benteng penjaga dan mengerahkan segala daya menghapus penjajahan. Itulah Khilafah Islam ‘ala Minhaj an Nubuwwah yang dijanjikan.
Khilafah inilah yang hari ini sedang terus diperjuangkan oleh sebagian umat Islam yang sadar. Meski mereka berjuang dalam diam, mereka kian mendapat dukungan dari umat. Karena umat tak bisa menutup mata bahwa sistem sekuler yang melingkupi mereka hanya melahirkan kerusakan dan kezaliman.
Khilafah tak hanya akan menjadi solusi tuntas bagi Palestina, tapi juga bagi negeri-negeri muslim lainnya. Khilafah akan menjadi pelindung kita dari berbagai ancaman dan serangan yang menimpa umat Islam, baik fisik maupun nonfisik. Ini karena Khilafah adalah junnah (perisai) bagi umat Islam semuanya.
Rasulullah saw. bersabda,
إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ،
“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).
Frase “Imam” dalam hadis ini bermakna al-Khalifah. Al-Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah berkata, “Al-Imamah adalah pembahasan tentang Khilafah Nubuwwah untuk menjaga agama dan mengatur dunia dengannya.”
Makna ungkapan kalimat “al-imamu junnah” adalah perumpamaan sebagai bentuk pujian terhadap imam yang memiliki tugas mulia untuk melindungi orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya sebagaimana dijelaskan al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim,
“(Imam itu perisai) yakni seperti as-sitr (pelindung), karena imam (khalifah) menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum muslimin, dan mencegah antara manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya.”
Kita dilahirkan pada masa ini, mungkin karena Allah Swt. sedang memberi kita kesempatan untuk berkontribusi dalam perjuangan. Sehingga kita akan mendapat pahala berjuang di akhir zaman, yang pahalanya 50 kali lipat para Sahabat pada masa Rasulullah Shalallaahu ‘alayhi wa sallam.
Tugas kita hari ini hanyalah berusaha. Serius menapaki jalan perjuangan sesuai yang Rasul contohkan. Selebihnya, Allahlah yang akan menyempurnakan hasil sesuai janji-Nya. Allah Swt berfirman, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS At-Taubah: 105).
Wallahu 'alam. (Dari berbagai sumber).