SENDA GURAU YANG MENDATANGKAN MURKA ALLAAH




Oleh : Ummu Aqeela

Islam merupakan agama agung, pengagungan kepada Allâh Azza wa Jalla , pengagungan terhadap syariat-Nya dan Rasul-Nya.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Demikianlah (perintah Allâh). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allâh, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati [Al-Hajj/ 22: 32]. Apabila pengagungan kepada Allâh Azza wa Jalla di dalam hati seseorang begitu kuat, maka ia akan tunduk, patuh, berserah diri dan taat. 

Namun apabila pengagungan kepada Allâh Azza wa Jalla lemah dari hati seorang hamba, maka ia akan membangkang kepada agama ini, bahkan ia akan berubah menjadi seseorang yang suka mencibir, mencela, dan menghinakan agama ini dengan melakukan tindakan-tindakan yang sudah pasti bertentangan dengan syari’at dan mendatangkan murka Allaah.

Ramai di media sosial video aksi anak-anak kecil melakukan freestyle saat shalat. Mereka mengangkat kedua kaki ke atas dan kedua tangan menahan tubuh saat posisi sujud. Di banyak video yang beredar, aksi tersebut tampak dilakukan di dalam masjid saat sedang shalat. Unggahan berisi kumpulan video aksi freestyle yang dilakukan oleh anak-anak kecil itu diduga meniru aksi karakter di salah satu game.

Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas menanggapi aksi freestyle yang dilakukan oleh anak-anak kecil tersebut. Menurutnya, anak-anak memang biasa bersikap usil. Ia pun mengingatkan orang dewasa yang mengetahui aksi anak-anak di dalam masjid agar bersikap arif saat menghadapinya.
“Kita harus bisa mendidik dan membimbing mereka. Kalau dia salah kita betulkan dan kita luruskan dengan baik-baik sehingga mereka sadar akan kesalahannya dan mereka betah serta senang berada di masjid,” ujar Anwar saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/4/2021).

Sungguh, kita tidak pernah membayangkan akan adanya seseorang ataupun sekelompok orang di negeri mayoritas Islam yang berani melakukan perbuatan yang mengandung penghinaan terhadap Allâh Azza wa Jalla , atau celaan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ataupun penistaan terhadap sebagian dari syariat Allâh Azza wa Jalla . 

Akan tetapi hal itu menjadi wajar adanya jika pengagungan kepada Allâh Azza wa Jalla telah sirna dari hati mereka, sehingga tak segan lagi untuk melakukan hal-hal yang sangat aneh dan tidak masuk akal tersebut.
Sesungguhnya menjadikan Allâh Azza wa Jalla , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , atau sebagian dari syariat Islam dan hukum-hukumnya sebagai bahan senda gurau, merupakan bentuk kemurtadan dari Islam, dan bentuk kejahatan keji serta musibah besar yang tidak akan dilakukan oleh hati yang beriman. Karena penistaan terhadap agama merupakan bukti kekufuran dan hilangnya keimanan orang yang melakukannya.

Maka semua bentuk celaan dan penistaan tersebut merupakan kekufuran kepada Allâh dan membatalkan keislaman seseorang. Ini berdasarkan firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ ﴿٦٥﴾ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allâh, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. [At-Taubah/ 9: 65-66].


Dalam firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya, “Janganlah kalian beralasan, sungguh kalian telah kafir setelah beriman” terdapat dalil bahwa orang yang mengucapkan perkataan tersebut sebelumnya adalah orang yang beriman, namun ia berubah menjadi kafir (murtad) disebabkan perkataannya ataupun perbuatannya tersebut. Hal ini menjelaskan kepada kita maksud dari sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tertera dalam shahîh al-Bukhârî dan lainnya, yaitu sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kalimat yang mendatangkan murka Allâh sedangkan ia memandangnya suatu hal yang sepele, namun dikarenakan hal tersebut ia terperosok di neraka Jahannam. [HR. Al-Bukhârî]

Dan dengan adanya virus seperti ini, serta munculnya berbagai macam perbuatan yang mengandung penghinaan terhadap agama, yang dilakukan oleh orang-orang yang mereka itu generasi peradaban masa depan, anak-anak kaum Muslimin, yang hidup dan tumbuh di lingkungan Islam; maka semakin besar tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai pilar utama untuk menjaga anak-anak kita.

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. [At-Tahrîm/ 66: 6]

Sungguh ini adalah bahaya besar yang menyerang anak-anak kaum Muslimin dari berbagai penjuru melalui berbagai media yang terbuka lebar, sehingga mendatangkan musibah besar dan keburukan yang begitu parah tersebar di sekitar kita. Untuk itulah perlu adanya sistem yang mengayomi sehingga pilar utama yaitu keluarga tidak berjuang secara sendiri dalam pembentukan pribadi-pribadi Islami. Sistem ini mengadopsi total Syari’at Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah yang tentunya memberikan penjagaan penuh terhadap seluruh umat agar senantiasa ta’at dan jauh dari maksiat, sehingga pengagungan total terhadap Allaah berserta seluruh syari’atNYA akan tertancap kuat dihati semua umat.

Wallahu’alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak