Oleh: Siti Aminah, S. Pd (Pemerhati Kebijakan Publik Lainea, Sulawesi Tenggara)
Patut diacungi jempol para petani padi yang ada di Konawe karena produksi padi mereka melimpah. Sebagaimana yang dilansir oleh (rakyatsultra.com, 24/03/2021) Panen padi di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara (Sultra) tembus 9,5 ton gabah kering panen.
Tentu, jika pemerintah serius memperhatikan kepentingan masyarakat, maka negri ini tidak perlu impor beras. Karena tanah Indonesia sangat subur. Andai saja para petani diriayah secara penuh atau pemerintah mampu memetakan wilayah mana saja yang subur dan para petani didampingi baik pupuk, bibit, pengolahan, produksi dan pendistribusian, maka negri ini mampu mensejahterakan rakyatnya. Dan pangan akan tetap stabil. Di Sulawesi Tenggara saja satu kabupaten bahkan satu desa mampu memproduksi hingga 9,5 ton per hektar.
Namun, panen padi yang melimpah tidak signifikan dengan impor yang meningkat. Mestinya jika panen melimpah, maka impor tidak perlu dilakukan. Hanya saja, negri ini seakan tidak lepas dari impor.
Bagaimana tidak, sebagian besar negri memiliki hasil panen melimpah sementara pemerintah pusat lagi gencar-gencarnya mengimpor beras. Sebagaimana yang dilansir oleh (CNN Indonesia, 04/03/2021) Pemerintah akan impor 1 juta-1,5 juta ton beras dalam waktu dekat ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan itu dilakukan demi menjaga ketersediaannya di dalam negeri supaya harganya tetap terkendali.
Mestinya, pengelolaan, produksi dan distribusi harus sejalan antara satu dengan yang lain. Karena, jika tidak sejalan maka kestabilan pangan tidak akan teratur. Bisa jadi, dari sisi produksi banyak namun disisi lain impor masih tetap jalan. Dan ini fakta yang terjadi di negri kita sekarang. Jika demikian, maka para petani menjadi korban. Karena akan berpengaruh terhadap anjloknya harga bagi para petani.
Andai saja rakyat dimotivasi oleh pemerintah dalam hal pengelolaan dan produksi, otomatis mereka akan berusaha keras untuk mencapai target atau untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Karena sesungguhnya, para petani di negri ini pekerja keras dan telaten. Namun, sangat disayangkan pemerintah di negri ini lebih condong kepada para kapitalis.
Mengapa demikian?
Ini semua tentu tidak lepas dari sistem yang diterapkan saat ini. Yaitu sistem kapitalisme sekuler. Dimana yang menjadi pusat perhatian adalah hanya para pemilik modal, sementara rakyat diabaikan. Sungguh, periayahan rakyat tidak akan sempurna ketika sistem ini terus diterapkan di tengah kehidupan kita. Maka selayaknya sistem ini harus ditinggalkan. Karena rakyat akan menjadi santapan para kapitalis dan rakyat selalu menjadi korban atas keberingasan para kapitalis.
Lalu, adakah sistem yang bisa meriayah masyarakat secara keseluruhan tanpa melihat strata atau tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lain, baik muslim maupun non muslim?
Jawabannya adalah ada, yaitu sistem Islam. Sistem Islam mampu meriayah rakyat secara menyeluruh. Tidak memandang kaya atau miskin, muslim atau non muslim. Jika sistem Islam yang diterapkan, maka pasti akan memperhatikan kepentingan masyarakat. Dari sisi kebutuhannya apalagi. Itu yang lebih diutamakan dibandingkan yang lain.
Dalam sistem Islam para petani pasti akan diperhatikan. Karena petani adalah penopang utama ketahanan pangan. Bagaimana mungkin penopang ketahanan pangan akan disia-siakan. Maka, para petani akan senantiasa didampingi oleh pemerintah, diberikan pelatihan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dan hasilnya mampu mensejahterakan masyarakat. Sehingga petani sejahtera dan masyarakat juga sejahtera. Dan kesejahteraan hanya akan didapatkan dalam penerapan sistem Islam yaitu daula Khilafah.
Maka, wajib bagi kaum muslimin mengembalikan kembali kehidupan Islam serta memperjuangkannya. Agar masyarakat diriayah secara menyeluruh dan kepentingan masyarakat lebih diutamakan dibandingkan dengan apapun. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para Khalifah setelahnya. Walla a'lam bi Al-Shabab.