Oleh : Ummu Hanif (Pemerhati Sosial Dan Keluarga)
Tidak terasa, saat ini, kita tengah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan. Bercampur aduk terasa, antara sedih dan bahagia. Sedih karena kita akan berpisah dengan ramadhan, dan bergembira karena kita akan bertemu idul fitri, hari yang memang oleh Rosul pun diminta untuk disambut dengan gembira.
Idulfitri sesungguhnya merupakan hari yang istimewa, terlebih jika dirayakan bersama secara serentak oleh seluruh kaum muslimin di dunia. Alangkah kita bahagia, karena persatuan kaum muslimin akan sangat terasa. Dan semua itu hanya akan mungkin jika kaum muslimin berada dalam satu kepemimpinan.
Namun, apapun kondisi kita saat ini, sebagai bagian dari kaum muslimin sudah seharusnya kita siapkan segala sesuatunya untuk menyambut hari istimewa, termasuk di hari-hari terakhir menjelang idulfitri karena di dalamnya ada hari yang lebih baik dari seribu bulan.
Maka, ada beberapa amal yang telah dicontohkan rosul untuk bisa kita kerjakan. Diantaranya adalah memperbanyak amal kebaikan di sepuluh malam terakhir, terutama di malam-malam ganjil menjelang akhir Ramadan.
“Nabi Muhammad saw. ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah.” (HR Al-Bukhari)
Doa ini sebagaimana hadis Nabi saw. Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra ia berkata, Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, maukah engkau memberi tahu aku apa malam Lailatulqadar itu dan apa yang harus aku baca pada malam itu? Rasulullah berkata, Ucapkanlah doa, Allahuma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul-‘afwa fa’fu ‘anni’. Ia mengatakan ini adalah hadis hasan sahih.” (HR At-Turmudzi).
Selanjutnya adalah mempersiapkan zakat fitrah dan memperbanyak sedekah.
“Rasulullah saw. mewajibkan zakat fitrah pada orang-orang di bulan Ramadan satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum atas umat muslim; baik hamba sahaya maupun merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar.” (HR Bukhari Muslim)
Zakat fitrah ini wajib ditunaikan oleh seluruh anggota keluarga kita, bahkan yang masih bayi. Karenanya ayahlah, sebagai kepala keluarga yang menanggung seluruh anggota keluarga, jika seluruh anggota keluarga masih berada dalam tanggungan sang ayah. Sedangkan waktu ditunaikannya zakat ini adalah hingga sebelum terselenggaranya salat idulfitri, dan afdhaliyah-nya adalah mulai malam takbiran hingga menjelang salat Idulfitri.
Selanjutnya mengkaji kembali hukum-hukun dan amalan-amalan terkait hari raya Idulfitri. Sebenarnya banyak amalan yang telah diajarkan kepada kita. Namun ada kalanya kita lupa, karena hanya setahun dua kali pelaksanaanya.
Amalan-amalan tersebut di antaranya : Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat salat, berpenampilan rapi, dan bagi laki-laki memakai wangi-wangian. Diriwayatkan dari Al-Baihaqi dan Ibnu Abid Dunya, bahwa Rasulullah saw. selalu mengenakan pakaian terbaiknya dan menggunakan minyak wangi. Hal itu sebagaimana dikatakan dalam hadis berikut, “Diriwayatkan dari Nafi’ bahwa Ibnu Umar ra memakai baju terbaiknya di dua hari raya”.
Dalam rangka menyambut hari raya Idulfitri, juga dituntunkan agar orang memperbanyak takbir pada malam Idulfitri sejak terbenamnya matahari hingga pagi ketika salat Id akan dimulai.
“Nabi saw. biasa keluar hendak salat pada hari raya Idulfitri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai salat hendak dilaksanakan. Ketika salat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.” (HR Ibnu Syaibah)
Dan sebelum menuju masjid atau tanah lapang untuk melaksanakan sholat idul fitri, Rasulullah Saw. juga menyempatkan waktunya untuk makan beberapa butir kurma. Seperti dijelaskan dalam hadis berikut, “Dari Anas ra, bahwasanya Rasulullah saw. tidak pergi untuk melaksanakan salat Idulfitri sampai ia memakan beberapa butir kurma. Rasulullah memakannya ganjil,” (HR Bukhari)
Selain berjalan kaki, Rasulullah juga membedakan rute perjalanan pulang dengan pergi. Dalam hal ini, dianjurkan rute pergi lebih panjang dibandingkan rute pulang untuk memperbanyak pahala menuju tempat ibadah. Dan yang tidak kalah penting adalah mengingat kembali seputar tata cara sholad Idul fitri.
Dan yang terakhir adalah saling meminta maaf dan menyediakan hidangan semampunya bagi keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk semakin mengakrabkan keluarga, sebagaimana seruan untuk menjaga silaturhmi. Wallahu a’lam bi ash showab. hanya setahun sekali