Oleh : Eri*
Tak terhitung kejahatan Israel terhadap umat Islam di Palestina. Tindakan terorisme yang dilakukan hanya secuil dari rutinitas kekejaman selama puluhan tahun. Bahkan dipenghujung Ramadhan, warga Palestina tidak bisa beribadah dengan tenang.
Kantor berita Reuters melaporkan, bahwa 178 warga Palestina dan enam petugas polisi terluka setelah polisi Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dan membubarkan jamaah di Yerusalem Timur. Layanan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan 88 orang Palestina yang terluka dibawa ke rumah sakit setelah terkena peluru logam berlapis karet. (republika.co.id 8/5/21)
Insiden kembali terjadi akibat kerusuhan yang terjadi selama berhari-hari. Disertai ancaman pengusiran warga Palestina dari wilayah yang diklaim pemukiman Yahudi. Bentrokan berdarah terjadi di kompleks Masjid Al-Aqhsa Yuresalem Jumat waktu setempat (07/05). Hujan peluru karet dan granat kejut melukai puluhan warga Palestina yang hanya bisa membalas dengan batu.
Aksi tersebut jelas sebagai tindakan kekerasan teror yang menyasar rumah ibadah agama lain, tapi lebih parah karena dilakukan berulang-ulang oleh entitas negara. Mereka menyalahi kesepakatan internasional.
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengecam serangan tentara Israel terhadap Masjid Al Aqsha disertai teror dan kebrutalan terhadap umat Islam yang sedang beribadah tarawih di dalamnya. Dia juga menyerukan kepada dunia internasional untuk bersama-sama menyelamatkan masjid Al Aqsha, menghentikan teror Israel dan memberikan sanksi kepada Israel dengan mengucilkannya secara internasional. (tribunnews.com 8/5/21)
Lalu, bagaimana tanggapan pemimpin Muslim? Sungguh sayang, sampai saat ini mereka bungkam. Kalo ada hanya sebuah kencaman yang tak berarti, tak mampu memukul mundur, tak mampu membuat tentara Israel gentar. Ironis, para pemimpin Muslim menutup mata atas kekejaman zionis Israel. Sering kali, warga Palestina berteriak meminta tolong, namun tak kunjung datang.
Keberanian tentara zionis Israel melakukan aksi teror ada dukungan barat yang melindungi tindakan tersebut, serta para pengkhianat yang berdiam diri melihat itu semua. Maka, berharap perlindungan dari lembaga internasional hanya sia-sia belaka. Palestina butuh kekuatan politik yang bisa menyatukan seluruh umat Muslim melawan Israel.
Kekuatan politik akan terwujud dalam sebuah institusi shahih yang menggabungkan potensi militer. Hingga seruan jihad dalam satu komando terlaksana. Sistem pemerintahan yang menjadikan Islam sebagai aturan hidup masyarakat. Sumber hukumnya Al Qur'an dan As-sunah.
Sistem pemerintahan berbasis Islam memiliki kekuatan militer dan sumber daya alam yang mampu melindungi umatnya. Berdiri tegak untuk melawan penindasan dan kezaliman negara-negara kafir. Segala bentuk penjajahan bisa dihilangkan dari muka bumi.
Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda,
“Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bukan utopis, Allah subhanallah wa ta'ala berjanji bahwa Islam akan tegak kembali memimpin peradaban dunia. Menyelesaikan problematika umat dari kebusukan peradaban barat. Selain itu, kepemimpinan umat dalam pemerintahan Islam mampu menjadi junnah dan membawa umat ke titik kejayaan.
Masalah Palestina akan segera berakhir bukanlah harapan palsu. Bahkan masalah umat Muslim seperti Uighur, Yaman, Rohingya dan diseluruh dunia akan selesai secara tuntas serta menghapus kezaliman yang terjadi.
Waallahu a'lam bis shawwab.
*(Pemerhati Masyarakat)
Tags
Opini