Oleh: Hamnah B.Lin
Kabar terbaru dari konflik Israel Palestina hari ini, Gaza mengalami serangan terberatnya dan Dewan Keamanan (DK) PBB akan rapat darurat. Melansir AFP pada Selasa (18/5/2021), DK PBB akan rapat darurat hari ini untuk mengakhiri konflik Israel dan Palestina terkini yang telah menewaskan lebih dari 220 orang, mayoritas adalah warga Palestina. (Kompas.com, 18/05/2021)
Palestina adalah bagian selatan dari negeri Syam. Penaklukan pertama kali dilakukan pada masa Khilafah Umar bin Khaththab pada tahun 15 Hijriah. Setelah Palestina jatuh ke tangan tentara Salib, Salahudin Al Ayubi merebut kembali tanah Palestina. Pascakekalahan Daulah Khilafah Utsmani dalam Perang Dunia I, Daulah Khilafah bak kue bolu, dipotong-potong oleh negara Eropa khususnya Inggris dan Prancis.
Pada 1916, menteri luar negeri Inggris dan Prancis yaitu Sykes dan Picot menyepakati perjanjian pembagian wilayah timur tengah bagi kedua negara. Perjanjian ini dikenal sebagai perjanjian Sykes-Picot di mana Palestina ditetapkan sebagai perbatasan kedua wilayah. Oleh karena itu mereka menjadikan Palestina sebagai wilayah Internasional.
Dari sinilah mereka mengupayakan penyerahan Palestina kepada Yahudi yang disahkan dalam perjanjian Balfour tanggal 2 November 1917, yaitu sebuah kesepakatan penyerahan Palestina ke komunitas Yahudi dan mendirikan “Negara” Israel bagi Yahudi di Palestina. Inggris dan Prancis memberikan semua kebutuhan untuk terlahirnya “Negara” Israel. Kedua negara tersebut memberikan dana dan senjata besar-besaran demi terwujudnya “Negara” Israel.
Dalam perkembangannya, untuk mengamankan terjaminnya kepentingan AS di timur tengah, AS ikut memberi saham yang bahkan jumlahnya jauh lebih besar dari pendahulunya.
Jika melihat sejarah kependudukan Israel atas tanah Palestina, kita bisa menyimpulkan bahwa sesungguhnya penyebab utama terjadinya konflik di Palestina adalah dirampasnya tanah milik Palestina oleh Israel. Selanjutnya, Zionis Israel meminta tanah Palestina dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Negara Israel (Perampas) dan Palestina (Tuan Rumah).
Sungguh tidak bisa dipikirkan oleh nalar orang sehat, Tuan rumah justru diusir dari rumahnya sendiri, dengan dibunuh agar keluar dari rumahnya. Sungguh kejam. Namun justru perampas rumahlah yang mendapatkan pembelaan dari para pendukung besarnya, berbagai pihak pelerai juga tampak plin-plan dengan memberikan keputusan bahwa pihak perampas harus diberi bagian agar perampas bisa tenang, tidak marah-marah. Sungguh konyol bin ngawur.
Ada apa dibalik dari perampasan tanah Palestina ini, yang seakan tidak ada niat untuk mengakhirinya? Ternyata alasan mendasar pendirian “Negara” Israel oleh Inggris, lalu dibesarkan oleh AS ini, semata untuk menjamin kepentingan mereka di Timur tengah ‘kepentingan ekonomi dan ideologinya’. Sedangkan kepentingan terbesar mereka adalah menghalangi tegaknya kembali Khilafah Islam yang telah terbukti keperkasaannya itu.
Adalah alamiahnya sebuah Negara Adidaya, agar bisa menguasai dunia mereka harus lebih dahulu menaklukkan Negara Adidaya sebelumnya. Tak peduli berapa banyaknya nyawa dan harta yang dikorbankan, semua demi tergulingnya kedigdayaan. Ini adalah prinsip negara adidaya yang batil.
Maka setelah sekian lama mereka menginginkan Daulah Khilafah Islam hancur, dalam konspirasi global perang Dunia pertama akhirnya Khilafah Utsmaniyah kalah melawan sekutu. Saat itulah Negara Adidaya (Khilafah) resmi terpecah belah.
Negara-negara Barat telah mengerahkan daya dan upayanya untuk meruntuhkan Negara Islam, sehingga upaya pelemahan potensi bangkitnya negara adidaya tersebut masif dilakukan.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS Al Baqarah: 120)
Maka solusi yang tepat sesungguhnya bagi masalah Palestina ini adalah mengusir perampas atau perampok dari rumah yang telah dirampok. Karena kekuatan perampok ini sungguh luar biasa besar, maka butuh menghadirkan institusi besar untuk layak dimintai tolong, datang menyelesaikan masalah Palestina ini. Ada 50 an institusi saat ini nyatanya tidak mampu menolong Palestina, karena adanya sekat-sekat negara yaang mengganjal kaki-kaki mereka untuk lari menolong saudara mereka.
Adalah nasionalisme senjata yang terus diasah supaya tetap tajam menghadang giroh-giroh para pejuang sejati untuk mendirikan institusi yang mampu mengusir mereka. Karena Barat ( Inggris, AS dan antek-anteknya) tahu betul, jika sampai institusi besar ini lahir, maka keberadaan mereka akan berakhir
Yakinlah jika kita bersatu, kita akan kuat, dan disegani. Maka seharusnya tak ada alasan bagi umat muslim untuk takut kepada AS, apalagi Israel. Meskipun saat ini industri militer dunia Islam dalam keadaan mundur, namun secara kuantitas potensi militer dunia Islam sungguh sangat besar. Satu persen saja dari semiliar penduduk dunia Islam, akan ada 10 juta tentara muslim yang siap membela kaum muslimin. Inilah potensi kaum muslim.
Adalah Khilafah Islamiyah, institusi besar yang mampu mencabut senjata tajam dari perampok tadi, nasionalisme akan dibuang digantikan persatuan umat tanpa ada batas sekat. Inilah persatuan hakiki yang bisa terwujud dengan kepemimpinan yang satu dibawah Wahyu Ilahi, yakni Sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyah.
Oleh karena itu, urgen untuk mencabut sekat-sekat kenegaraan, karena itulah yang dicontohkan Rasulullah saw., para Khulafa Rasyidin, dan dilanjutkan para Khalifah selanjutnya, telah menghimpun seluruh wilayah muslim dalam satu kepemimpinan, Khilafah Islamiyah.
Pada saat itulah seruan jihad dalam satu komando akan terwujud. Puluhan juta tentara muslim dari seluruh wilayah di bawah naungan Khilafah akan mampu mengusir tentara Israel. Bahkan, induk yang memberinya makan saat ini (AS) akan dengan mudah terkalahkan.
Maka, upaya untuk mengembalikan kekuatan umat di bawah bendera Ar-Rayah dan Al-Liwa’ adalah perkara yang mendesak. Insya Allah kepemimpinan umat yang satu dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah akan mampu menjadi perisai umat, serta akan membawa peradaban dunia menuju titik terangnya.
Wallahu a'lam bishawwab